“Hidup
tanpa buku seperti ruang gelap tak berlampu”
~Titon Rahmawan~ [1]
Melihat
buku entah kenapa selalu memberi sensasi yang berbeda. Bahkan saking
istimewanya buku selalu menjadi prioritas utama untuk dibeli daripada kebutuhan
sekunder lainnya. Saya
rela tidak membeli tas, atau sepatu baru yang penting ada buku baru. J
Karena
buku seperti emas yang selalu nampak berkilau di mata. Seperti bunga yang
selalu menerbar harum serta sedap dipandang mata.
Laksana
sebuah jendela. Terbuka lebar menawarkan banyak pemandangan baru yang tak terduga,
tumpukan pengetahuan yang tersimpan bisa selami kapan pun dan di mana pun. Laksana teman yang setia menemani dalam suka dan duka. Memberi hiburan tatkala saya sedih. Dia menerima saya apa adanya.
Menjadi
vitamin menyehatkan jiwa. Laksana lilin yang siap menjadi penerang hati dengan
petuah-petuah yang tersimpan rapi. Juga menjadi guru yang tak pernah marah. Melihat tumpukan buku sungguh
serasa mendapat tenaga baru. Jadilah berbagai buku menjadi santapan lezat yang
tak ingin terlewatkan. Buku adalah godaan yang tak bisa dihindari. Dia melekat, menempel dengan kuat. Sulit
rasanya jika harus berjauhan dengan buku.
Kenapa
saya bilang begitu? Maka saya akan mencoba mengulas sedikit bagaimana hubungan
yang tercipta antara saya dan buku.
~*~
Awal Perjumpaan
Membicarakan buku itu selalu menarik
di mata saya. Dia seolah memiliki magnet yang mampu menarik saya untuk menempel padanya. Saya sangat ingat bagaimana awal perkenalan
saya dengan buku.
Saat itu saya masih duduk di bangku
sekolah dasar. Kala itu minat baca saya sedang meningkat. Buku-buku kisah Nabi,
wali songo dan dongeng menjadi bacaan favorit saya kala itu. Beruntung di rumah
kakek saya, buku-buku itu bertebaran di sana. Jadilah saya suka menghabiskan
waktu di sana.
Sampai kemudian, kakak saya mulai
mengenalkan saya pada kisah-kisah lain—dongeng moderen dan cerpen dari majalah
bobo dan fantasi. Di sini minat baca dan
minat buku saya semakin meningkat. Tanpa sadar sejak itu saya sudah jatuh cinta
dengan buku. Dan saya selalu tergoda
untuk membelinya.
Di zaman Madrasah Tsanawiyah, saya
rela tidak menghabiskan uang saku di kantin. Saya menyisihkannya demi melegakan
dahaga saya pada buku. Berpuluh-puluh
majalah dan tabloid menjadi teman setia saya. Saat itu untuk buku seperti novel
saya belum mampu membelinya. Saya hanya bisa mengandalkan perpustakaan di
sekolah. Mengingat saya tinggal di desa yang belum memiliki toko buku
lengkap—bahkan hingga sekarang tidak ada Gramedia di kota saya. Poor me. :( Apalagi di daerah terpencil tempat saya tinggal. Atau entah karena saya yang
terlalu cupu, sehingga tidak tahu di mana ada toko buku. Dan pastinya belum marak juga penjulana buku
secara online.
Beruntungnya di masa Aliyah sudah
ada sebuah toko buku di bangun. Di sinilah, saya semakin menggila. Saya
berpikir itu adalah kesempatan. Jadi uang tabungan saya habiskan untuk menambah
buku saya. Dan kalau pergi ziarah ke Kajen, maka prioritas pertama setelah
berziarah adalah berburu buku. Buku
telah mengikat saya begitu erat.
~*~
Alasan Kenapa Tergoda dengan Buku
Kenapa saya bisa tergoda dengan
buku? Karena saya meyakini dengan bersahabat
dengan buku saya akan mendapat banyak manfaat. Dan inilah beberapa manfaat yang
saya rasakan. Dan pastinya hal ini semakin menggoda saya untuk bisa merengkuh
buku sebanyak-banyaknya.
1.
Buku Adalah Sumber Berbagai Ilmu Pengetahuan
Saya sangat percaya, dari buku tersimpan banyak
sekali ilmu. Berbagai macam pengetahuan
bisa diserap siapa saja yang mau membaca buku. Bagaimana tidak, jika di dunia
ini tak ada buku? Bagaimana ilmu pengetahuan bisa disalurkan? Bagaimana orang
menjadi pintar tanpa adanya buku? Media buku adalah sarana yang paling
diperlukan di dunia ini. Menyalurkan
berbagai ilmu baik ilmu. Sahabat Ali bin Abi Thalib pernah berkata : “Semua
penulis akan meninggal, dan karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah
yang akan membahagiakanmu di akhirat nanti.”
Perkataan ini selain merujuk kita agar menulis
juga menyimpan kesimpulan bahwa buku itu akan abadi dan bisa terus disalurkan
pengetahuannya untuk orang banyak. Berbeda dengan penulisnya—manusia yang bisa
meninggalkan kapan saja. Coba kita pikir
bagaimana ilmu bisa tetap disalurkan tanpa seorang cendekiawan? Maka buku
adalah salah satu solusinya. Dia menyimpan ilmu-ilmu yang selalu dibutuhkan di
berbagai zaman dari pengetahuan yang dikuiasai penulis.
2.
Buku Sebagai Jendela Dunia
Buku memang laksana jendela yang membuka berbagai bentang
dunia di depan mata. Hanya dengan membaca jejak para penulis kita seolah diajak
menyusuri setiap lekuk dunia. Keindahan, panorama semua termaktub dan bisa kita
akses melalui buku. Dan buku bisa menjadi panduan yang menarik jika kita
benar-benar ingin mengunjungi tempat-tempat yang telah dipamerkan pada kita. sebagaimana yang dikatakan Henry Ward Beecher “Buku
adalah jendela Sukma kita melihat dunia luar lewat jendela ini. Rumah tanpa buku bagaikan ruangan tak berjendela.” [2]
3.
Buku Adalah Sumber Imanjinasi
Degan membaca banyak buku bisa merangsang pembaca untuk
menciptakan imajinasi-imajinasi yang tidak terduga. Bagaimana tidak, kenyataan
saat ini banyak sekali penulis yang terinspirasi dari sebuah buku bacaan lalu
menuangkannya lagi dan sebuah tulisan lain hingga menjadi buku baru. Tentu dalam
artian bukan menjiplak, namun memberi rangsangan agar menciptakan sesuatu yang
baru dengan sentuhan eksekusi yang berbeda. Karena toh, setiap orang itu
memiliki keunikan sendiri dalam menulis. Tema boleh sama tapi cara penyajian
baik dari gaya bahasa, plot dan karakter saya yakin beda. Inilah gunanya membaca.
4.
Memiliki Pancingan untuk Menemukan Ide-Ide Baru
Sebagaimana buku bisa merangsang imajinasi, berbagai ide baru
juga bisa didapatkan di sini. Yah, saya merasakannya sendiri. Sebagai seorang yang
suka membaca buku, membuat saya juga mencintai dunia kepenulisan. Dan Buku bagi
saya adalah tumpukan ide yang bisa digali kapan saja. Setiap kali membaca buku,
banyak ide berseliweran yang kemudian bisa saya jadikan cerita menurut versi
saya. Dan mungkin di tempat lain banyak orang yang memiliki pemikiran serupa
dengan saya.
5.
Menambah Kosa Kata Baru
Ini salah satu kenapa buku menjadi godaan terbesar bagi saya.
Dengan menambah koleksi buku dan membaca, saya bisa menyerap berbagai kosa kata
baru yang mungkin tidak saya kenal sebelumnya. Yah, mengingat penulis itu
terlahir dengan latar belakaang berbeda dan pastinya mereka memiliki keunikan
tersendiri sehingga bisa menciptakan hal-hal baru yang kemudian menginspirasi
pembaca.
6.
Menghibur
Ini sudah pasti. Buku adalah penghibur yang paling
menyenangkan. Alasan inilah yang semakin membuat saya tergoda untuk menjadi
pemburu dan pecinta buku. Membaca buku membuat saya bisa melepaskan penat. Dia bisa
membuat saya tertawa ketika kesedihan kadang mendera.
7.
Menjadi Salah Satu Sarana Memperbaiki Diri
Betapa buku memiliki banyak khasiat yang membuat
siapa saja tergoda untuk memilikinya. Termasuk
saya. Memiliki dan membaca buku-buku motivasi sudah pasti akan membawa dampak
baik. Yaitu mensugesti pembaca untuk meniru dan memperbaiki diri. Kisah inspiratif
yang ditawarkan bisa memberi dorongan dan motivasi untuk menjadi seseorang yang
terus memperbaiki diri.
Tujuh alasan ini setidaknya memberi saya
dorongan untuk selalu mencintai buku. Membuat saya selalu tergoda untuk memilikinya. Keberadaan
buku sungguh berarti bagi yang belum mumpuni dalam berbagai ilmu pengetahuan. Sedang
saya sangat ingin menambah wawasan agar otak saya tidak mudah karatan.
Genre Buku yang Menggoda
Jika saya ditanya genre buku apa yang bisa
menggoda saya untuk segera membeli dan mengoleksinya?
Maka jujur saya harus mengaku, saya termasuk
pecinta buku dengan berbagai jenis genre buku. Bahkan bisa dibilang semua
genre. Kecuali yang agak berat—sastra tertentu. Kembali pada selera tentang
berat yang saya maksud.
Kenapa saya bisa suka membaca berbagai genre?
Oh itu simple karena saya memadang setiap buku sudah pasti menyimpan
pesan-pesan tersendiri dan pastinnya bisa memberi saya inspirasi. Inilah beberapa koleksi buku saya dengan
berbagai genre yang campur aduk. Baik itu romance, horor, misteri, non-fiksi, keagamaan, manga , religi dan buku anak. Semua ini selalu menggoda membuatku ingin memeluk mereka. Menimbun dan berselancar dalam lautan ilmu yang dibentangkan.
Romance |
Andai Hidup Tanpa Buku
Membayangkan jika hidup tanpa buku, maka dunia
saya akan gelap. Karena buku itu seperti cahaya. Dia menjadi lilin yang menerangi
jiwa. Selain itu buku itu seperti napas yang harus saya hirup agar bisa
bertahan hidup. Dan buku laksana makanan yang harus saya makan akan bisa
menambah gizi pengetahuan. Maaf jika
agak lebai, hehhh. Tapi inilah yang memang saya rasakan.
Hal Gila Jika Sudah Menyangkut Buku
Membicarakan hal gila yang pernah saya lakukan
sehubungan dengan buku? Saya tidak yakin enntah ini bisa disebut gila atau
tidak. Karena ini hanya saya lihat dari kacamata saya sendiri. Tapi saya tetap akan menceritakannya. J Jujur menjadi orang yang mudah tergoda dengan buku juga
membuat saya lebih posesif terhadap buku. Bagaimana tidak? Buku bagi saya itu seperti
harta karun, jadi harus selalu saya jaga sedemikian rupa agar tetap dalam
keadan baik dan segar di mata saya. Ketika
habis membeli buku saya langsung menyampulnya dengan rapi. Memberi tanda
kepemilikan.
Saya tipe orang yang tidak suka jika melihat
buku berantakan. Dalam artian ada lipatan dalam buku untuk dibuat pembatasan
buku atau tangan yang kotor menyentuh buku. Pembatasan buku dilipat-lipat. Atau
malah tekena tumpahan minyak, teh atau kopi. Aih, jujur saya tidak tahan.
Alasan-alasan itu menutut saya menjadi orang
yang sangat cerewet jika berhubungan dengan buku. Terkhusus bagi mereka yang
ingin meminjam buku saya. Bisa jadi orang mungkin akan malas juga. Tapi mau
bagaimana lagi?
Jujur saya kadang ada rasa enggan meminjamkan
buku pada orang lain. Karena dalam istana pikiran saya, akan ada banyak
pertanyaan-pertanyaan gila mengenai kekhawatiran saya.
“Bagaimana jika mereka tidak merawat buku saya
dengan baik?”
“Saya takut buku saya nanti rusak. Padahal selama
ini saya selalu menjaganya dengan baik.”
“Bagaimana kalau mereka lupa mengembalikan buku
saya?”
“Saya selalu mengembalikan buku pinjama tepat
waktu.”
“Bagimana kalau buku saya nanti dilipat-lipat?”
“Saya tidak suka buku dilipat. Karena itu
membuat buku terlihat berantakan dan tidak sedap dipandang mata.”
Dan masih banyak pertanyaan dan penyetaan lain menggema di kepala. Sehingga ketika ada teman atau saudara yang
meminjam saya akan menjelaskan dengan detail bagaimana cara perawatan buku
menurut versi saya. Saya akan mewanti-wanti agar buku itu jangan sampai kenapa-napa.
Menjelaskan apa yang boleh dilakukan dan tidak bolek dilakukan dengan koleksi
buku saya. Lebai, kan? L Tapi mau bagimana lagi itu demi melindungi buku-buku kesayangan
saya.
Lagi pula memang ada kejadian teman yang kalau
suka meminjam buku malas mengembalikannya.
Atau kalau dikembalikan, sampulnya
rusak, buku ada lipatan atau bahkan terkena hujan. Duh rasanya mangkel banget.
Pengen nangis. Padahal selama ini saya selalu menjaga buku dengan sepenuh hati.
Hal ini membuat saya kadang harus
menagih agar segera dikembalikan. Tidak enak, sih harus meminta-minta, tapi
salah dia sendiri meminjam kok tidak bertanggungjawab. Padahal jika saya meminjam saya akan menjaga
buku pinjaman dengan baik dan mengembalikannya tepat waktu. L
~*~
Kisah lainnya adalah masalah saya dalam
memanage uang jika berhubungan dengan buku.
Jangan tanya seberapa saya ini terlalu boros jika menyangkut buku. Hal ini-lah
yang kadang menjadi pemicu bagi saya dimarahi orangtua. Saya dianggap boros dan
buang-buang uang L Duh salah lagi.
Karena seberapa pun uang yang saya pegang jika
ke toko buku atau bazar sudah dipastikan akan habis. Bahkan kadang mengambil
jatah uang lain demi menuntaskan rasa haus dengan buku. Ini sungguh di luar kendali. Melihat buku di
rak-rak itu seolah memanggil saya untuk
segera membelinya. Mata saya langsung
hijau dan ingin memborong semuanya. Hhheh. Duh, buku kenapa kau selalu menggodaku?
Yah, saya tidak peduli, meskipun di rumah sudah
banyak buku menumpuk dan antri dibaca, jika memang ada buku baru yang menggoda
iman, pastinya akan saya beli. Kalau tidak
beli itu bisa membuat saya gelisah dan kepikiran terus. Jadi lebih baik beli
dulu saja. Masalah baca nanti bisa diatur waktunya. J Yang penting buku sudah di tangan dulu. Hhehh.
Buku memang selalu menjadi godaan yang paling sulit
dihindari. Tapi selain itu, buku adalah teman suka duka, teman paling setia.
“Buku adalah teman yang
paling tenang dan konstan; mereka adalah konselor paling mudah dan bijaksana,
serta guru yang paling bijak.”
~Charles William Eliot~ [3]
Srobyong, 6 November 2016
Ket
Terimakasih sudah mengikuti GA Kisah Antara Aku dan Buku. Nantikan pengumuman pemenangnya di tanggal 15 Nopember 2016.
ReplyDeleteSalam,
Izzah Annisa
Sama-sama Mbak ^_^ Senang bisa ikut berprtisipasi
Deletesiip.!
ReplyDelete:) Terima kasih
Delete