Sumber Google. |
*Kazuhana El Ratna Mida
Nana
memonyongkan bibirnya lima senti. Gadis berkuncir dua itu tidak suka dengan
permintaan sepupunya, Lili.
“Kenapa harus
museum, sih Li? Di Solo banyak tempat wisata yang lebih bagus dari museum.”
Nana memprotes pada Lili yang minta ditemani ke Museum di solo.
“Museum juga
bagus, Nana.” Lili tersenyum lebar.
“Kenapa sih
kamu jadi suka museum gini, dulu kayaknya tidak deh. Kamu selalu menolak kalau
diajak ke museum.” Dulu Lili memang
tidak suka kalau diajak ibunya mengunjungi musem, tapi sekarang sudah berbeda.
Dia malah selalu penasaran dan ingin mengetahui lebih banyak tentang museum di
seluruh Indonesia.
“Kan itu dulu,
Na. Sekarang sudah beda. Kamu mau, ya. Mumpung aku liburan di Solo. Nanti kalau
kamu ke Jogja, aku ajakin ke tempat-tempat yang seru.” Lili masih memohon
dengan sungguh-sungguh.
“Nanti aku juga
akan cerita deh, kenapa aku jadi suka museum.”
Nana bingung,
menurutnya mengunjungi museum itu sudah pasti akan sangat membosankan. Teman-teman
Nana di sekolah juga berkata seperti itu setelah mengunjungi Museum. Tapi Nana juga tidak enak meminta permintaan
saudara sepupunya itu. Dia juga penasaran kenapa sepupunya jadi berubah sangat
tertarik dengan museum. Akhirnya dengan agak terpaksa dia pun mengangguk.
Museum Bati
Danar Hadi menjadi pilihan pertama,
untuk urutan museum yang akan mereka kunjungi. Selain mereka, ada juga Mbak
Intan, kakak Sulung Nana yang bertugas mengantar dan mengawasi dua gadis kecil
yang masih duduk di bangku kelas 4 di
sekolah dasar itu.
Di sana, Nana
dan Lili melihat berbagai koleksi batik yang ada bersama pemandu museum. Mereka
dikenalkan dengan Batik Belanda di mana
warna dan pola Batik Belanda itu didominasi oleh bunga-bungaan, dedauan,
bintang bahkan ada yang di antaranya ada yang mengambil tema dongeng. Seperti Snow
White dan Sleeping Beauty.
Sumber Google. |
Selain Batik
Belanda, ada pula Batik China, Batik
Djawa Hokokai, Batik Nitik, Batik Sembagi dan Batik Polikat, Batik Madura,
Batik Jambi, Batik Banyumas, Batik Cirebon dan masih banyak lagi.
Tidak
ketinggalan pula ada jenss baik keraton, seperti Batik Keraton Surakarta, Batik
Keraton Yogyakarta, Batik Puro Pakualam dan Batik Puro Mangkunegaran.
“Setiap jenis
dan motif batik keraton ini memiliki makna dan fungsi masing-masing, Dik.” Kak
Sita, pemandu museum itu memberi tahu.
Lili
mendengarkan dengan saksama. Begitupun Nana yang semula nampak tidak tertarik.
Kini dia juga penasaran. Dari penjelasan Kak Sita, mereka tahu, jika mereka bisa
mengetahui kedudukan seseorang di keraton hanya dengan jenis kain yang
dipakainya.
Setelah puas
melihat koleksi batik di Danar Hadi, Nana dan Lili menyempatkan membeli
beberapa suvenir batik berupa boneka. Mereka terlihat senang sekali.
“Jadi
bagaimana? Asyik kan, Na mengunjungi museum?” tanya Lili di sela-sela menjilati
eskrim yang baru dibelikan Mbak Intan setelah mereka dalam perjalanan pulang.
Nana mengangguk
mantap. “Iya, banyak sekali koleksi batik di sana. Dan semuanya bagus-bagus.
Ternyata seru juga.”
“Eh, tadi ada
berapa kata Kak Sita koleksi batik di sana?” Nana balik bertanya.
“10.000 koleksi
batik, Nana,” jawab Lili cepat masih dengan es krim di tangannya.
Sumber Google. |
“50 di
antaranya jenis batik kuno,” imbuh Mbak Intan yang sedari tadi diam
memerhatikan Nana dan Lala yang nampak begitu bahagia.
“Wah, Mbak
Intan denger juga, ya?”
“Ya, dong, masa
nggak denger, Mbak kan ada di sana jadi pengawal kalian.” Nana dan Lala langsung tertawa lebar
mendengar guraun Mbak Intan.
“Apa aku
bilang, Na? Mengunjungi museum, membuat kita banyak pengetahuan, Na. Makanya
aku jadi suka sekali kalau diajak ke museum,” cerita Lili.
“Khususnya
tentang sejarah di Indonesia,” lanjut Lili.
“Memang sih,
dulu aku benci banget kalau diajak ibu ke museum. Masa setiap hari diajak
liburan ke museum. Tapi lama-lama ternyata asyik juga. Apalagi banyak
pengetahuan sejarah yang aku dapat. Jadi, sekarang aku malah yang terus
mengajak ibu untuk mengantarku, mengelilingi museum di Yogyakarta.”
“Aku malah
bercita-cita ingin mengunjungi semua museum di Indonesia. Pasti asyik sekali.” Mata
Lili terlihat bersinar.
Nana diam
menyimak cerita sepupunya. Dia membenarkan semua ucapan Lili. Memang jika di
awal-awal museum itu terlihat tempat yang membosankan. Tapi ternyata di
dalamnya banyak pengetahuan yang bisa diambil pelajaran.
“Nanti kalau
pergi jangan lupa ajak-ajak, aku ya?” Nana berucap dengan yakin.
“Eh, serius?”
Lili senang mendengar Nana yang tidak lagi membenci museum.
Nana
mengangguk. “Dan ingat, kamu hutang menemaniku mengunjungi museum kalau nanti
aku liburan ke Yogyakarta.” Nana tersenyum
manis diikuti Lili dan Mbak Intan. Sekarang mereka melanjutkan perjalanan ke
museum berikutnya untuk dikunjungi.
Srobyong, 21
Juli 2016
Keterangan
*Informasi
tentang Museum Batik Danar Hadi, diambil dari buku “3 Emak Gaul Keliling 3
Kota” karya, Fenny Ferawati, Ika Koentjoro, Muna Sungkar, terbitan Bhuana Ilmu
Populer, 2015.
*Kazuhana El Ratna Mida, penulis bisa dihubungi di akun FB Ratna Hana Matsura. Atau
mengunjungi blog http://tulisanelratnakazuhana.blogspot.co.id/
Dimuat di Joglosemar, Minggu 18 Agustus 2016 |
cerita yang menarik mba, karena memang anak2 kurang meminati jika harus mengunjungi meseum
ReplyDeleteIya Mbak banyak anak yang belum menikmati kunjungan ke museum. Terima kasih sudah mampir membaca :)
Delete