Sumber Google |
Kazuhana El Ratna Mida
Ini artikel lama yang saya buat ketika belajar membuat artikel parenting di Grup LovRinz, semoga bermanfaat. :)
Kadang kita melihat ada anak yang sangat aktif dan begitu percaya diri.
Lalu kita melihat anak lainya, yang
begitu pendiam dan pemalu. Kenapa bisa begitu? Apa masalahnya? Bukankah usia
mereka sama? Lalu apa yang membedakan? Pertanyaan itu mungkin kerap menghantui
para ibu. Mereka penasaran kenapa anak mereka berbeda dengan yang lain.
Mungkin kebanyakan orangtua tidak menyadari, tenyata pola asuh anak itu
sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pola asuh merupakan cara menjaga dan
mendidik anak dari waktu ke waktu. Dampak dari pola asuh bisa dilihat dari kecerdasan
intlektual anak juga kecedasan emosinya. Bukankah orangtua adalah keluarga
terdekat anak? Dari keluarga anak-anak mendapat pendidikan awal. Orangtua
adalah contoh; panutan dari anak itu sendiri. Bagaimana sikap mereka akan
terkekam dalam pandangan mereka.
Kita akan menemukan banyak perbedaan bagaimana sikap anak dari orangtua
yang menerapkan pola asuh secara
otoriter dan pola asuh demokrasi. Dan
akan berbeda pula jika orangtua menerapkan pola asuh Laissez faire—polas asuh yang menanamkan kebebasan pada anak karena
menganggap mereka sudah dewasa. Tidak ada teguran, arahan dan bimbingan.
Anak yang diasuk secara otoriter akan menjadi anak yang suka membangkang
atau tertekang. Anak yang diasuh secara dekomaris akan menjadi pribadi yang
menghargai orang lain. Dan anak yang diasuk dengan pola asuh Laissez faire akan menjadi anak yang penuh kebebasan tanpa adanya
kontrol. Dan itu cukup membahayakan.
Nah untuk membuat anak memiliki rasa percaya diri, ada baiknya kita menggunakan
pola asuh demokrasi—kita menghargai namun tetap mengawasi anak.
Inilah Kiat Mengembangkan Rasa Percaya Diri Pada Anak,
jika menerapkan pola asuh demokrasi, intip beberapa tips ini yuk:
1. Orangtua memberi pengakuan pada anak, menghargai pendapat anak
Pengakuan atau menghargai ini sangat penting untuk anak.
Jika anak diakui keberadaannya, mendapat yang dimiliki dihargai itu akan memupuk
rasa percaya diri anak. Walapun pendapat
itu tidak dipakai,tapi mengajari anak berani berpendapat itu baik. Dari pada
mendidik anak dengan otoriter hingga anak merasa takut dan tertekan.
2. Membiarkan anak membatu dalam kehidupan sehari-hari.
Ini tidak akan menjadi bencana, kok. Kalau sejak kecil
anak dibiarkan membantu, dengan sendirinya itu akan memupuk rasa percaya diri
mereka. Lihatlah ketika anak-anak merasa puas dan bangga ketika selesai
membantu menyapu. Atau membantu membawakan belanjaan.
3. Mengajari anak untuk mandiri dan bertanggungjawab
Ini juga penting. Jangan melarang anak jika anak kita bisa
melakukan sendiri. Seperti membersihkan kamar tidurnya atau mandi sendiri. Kita
hanya mengawasi ketika anak kita benar-benar kesulitan dan meminta bantuan
kita.
4. Memberikan teladan yang baik pada anak
Orangtua adalah contoh anak, karena orangtua adalah orang
terdekat mereka. Jadi apa yang orangtua lakukan akan dicontoh. Kalau sejak dini
kita memberikan contoh teladan yang baik, maka dengan sendirinya anak akan
mencontoh itu dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.
5. Luangkan waktu untuk anak
Ini juga penting. Seberapa pun sibuk,orangtua harus
meluangkan waktu. Berbicara dengan anak untuk mengetahui masalah yang terjadi.
Jika orangtua terlalu sibuk akan membuat anak merasa diabaikan dan rendah diri.
6. Jangan pelit untuk memuji
Sama halnya seperti guru, orangtua jangan pelit
memberikan pujian jika anaknya mendapat nilai bagus atau dapat menyelesaikan
pekerjaan prakarya atau tugas. Karena dengan begitu anak merasa dihargai akan
jerih payah yang telah dilakukannya.
7. Sayangi anak
Ini bukan berarti memanjakan anak, bukan. Menyayangi
adalah suatu tahap kita mengajari anak bagaimana kita berinteraski dengan orang
lain. Menerima apa adanya.
8. Jangan membanding-bandingkan atau pilih kasih
Anak itu sangat peka. Kalau kita membandingkan antara
anak pertama dengan kedua, dengan mengatakan “Kamu kenapa tidak sepintar
kakakmu?” itu bisa membuat anak merasa rendah diri. Pun dengan pilih kasih.
Jika orangtua lebih condong pada satu anak dari anak lainnya, itu akan membuat
mereka merasa rendah diri. Bertanya-tanya “Kenapa aku tidak disayang seperti
dia? Apakah karena aku tidak pintar, cantik?” dan pertanyaan lainnya.
9. Mengajari sikap displin
Dengan mengajari anak disiplin, itu akan membuat anak
terbiasa dan akan memupuk rasa percaya diri jika anak bisa mematuhi kedisplinan
yang diterapkan secara bersama.
10. Mengajari anak untuk menjadi seorang
pemaaf.
Sebuah langkah awal untuk mengajari anak bersikap dewasa
dan menjadi seorang yang bijak. Kita memberi contoh melakukan kesalahan itu
bukan dari akhir segalanya,kita bisa saling memaafkan dan memulai dengan saling
berbaikan.
Semoga bermanfaat.
Referesni
Soeparwoto, dkk, Psikologi Perkembangan, 2007, Semarang : UPT UNNES PRESS
Dalyono,M. Drs, 2009, Psikologi
Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta
Berbagai sumber.
Srobyong, 14 Agustus 2015.
kadang pujian bisa jadi penyemangat ya :)
ReplyDeleteIya Mbak ^_^
DeleteSehubungan saya belum punya anak, khusus artikel ini saya kasih baca ke kakak perempuan saya. Dia justru ketawa karena merasa selama ini suka membanding-bandingkan anaknya dengan teman sebayanya. InsyaAllah, hal serupa tidak terulang :) Terima kasih atas artikel bagusnya Mbak!
ReplyDeleteRecent Post: [Buku] Gravity by Rina Suryakusuma
Sama-sama Mas, semoga bermanfaat. ^_^
Delete