Sunday, 31 July 2016

[Resensi]Mengejar Mimpi tak Boleh Menyerah

Judul               : Serpihan Inspirasi
Penulis             : Salim Darmadi
Penerbit           : Elex Media Komputindo
Cetekan           : Pertama, Juni 2016
Halaman          : 225 hlm
ISBN               : 978-602-02-8316-6
Peresensi         : Ratnani Latifah, penikmat dan penyuka literasi, alumni Universitas Islam Nadlatul Ulama Jepara

Buku  ini mengungkapkan bahwa inspirasi itu bisa didapat di mana sana. Baik di tempat yang dekat atau jauh. Dan ini menunjukkan bahwa  hikmah adalah harta terserak. Dan langkah selanjutnya yang bisa kita lakukan adalah  mempelajari dan merenunginya sebagai bekal untuk memperbaiki diri. Read, Reflect dan Revive. Buku ini sangat patut untuk dibaca sebagai penyemangat dalam meraih impian juga sebagai renungan dalam memperbaiki kualitas diri.

Mengisahan tentang apa yang dipelajari Salim  selama melanjutkan program pascasarjana di Negeri Kanguru, Australia—tepatnya di University of Queensland (UQ) di St. Lucia, Brisbane. Bagaimana dia beradaptasi dan hikmah apa yang dia dapat selama tinggal di Negeri Kanguru.  

Di sana Salim belajar tentang arti perjuangan dan kegagalan—menjadi pribadi yang tidak boleh cepat putus asa.  Mimpi  semasa kecilnya memang akhirnya terwujud,  namun itu  menjadi pengingat baginya dalam usaha meraih mimpi-mipi selanjutnya. Karena dia sadar tidak boleh berhenti bermimpi. Mimpi yang tidak diiringi usaha akan selamanya menjadi mimpi. (hal. 16)

Apalagi setelah Salim bertemu dengan teman-teman seperjuangannya yang dalam meraih mimpi harus merasakan jatuh bangun terlebih dahulu. Misalnya saja Mas Arfan yang harus  mengikuti ujian International Language Testing System (IELTS) sampai enam kali baru bisa diterima di UQ.  Padahal untuk mengikuti ujian IELTS tergolong mahal. Tapi Mas Arfan tidak pernah putus asa. Atau kisah Mas Andra yang baru bisa menerima beasiswa setelah mengalami kegagalan sebanyak empat kali. Salim pun menyadari,  “Para pengejar mimpi sejati selalu memiliki “sumbu” yang panjang. Motivasi yang tidak pudar, etos kerja yang tak lengkang dimakan waktu, semangat yang tidak terpatahkan juga doa yang tak putus.” (hal. 26)  

Kisah lainnya yang tidak kalah menginspirasi dan menebar hikmah adalah tentang pertemanan Salim dengan Simon dan  Daniel—warga asli Australia yang bukan muslim, namun kedua temannya ini memberi teladan dalam ketaatan beragama di tengah-tengah masyarakat yang lebih menyukai kebebasan, daripada terikat dengan agama. Atau tentang adik kelasnya—seorang muslim yang memiliki cara pandang yang sama dengan Simon dan Daniel. Mereka  tetap bergaul akrab dengan teman-teman sebaya. Namun teguh mengamalkan nilai-nilai agama di tengah dinamika kehidupan remaja seumuran yang kadang acuh soal agama. (hal. 49)  Ini sesuatu yang patut untuk diteladani.

Ada pula serpihan hikmah tentang sikap saling peduli yang Salim dapatkan dari salah satu perkumpulan—Students for Palestine, begitulah nama perkumpulan itu. Salim pikir perkumpulan itu adalah organisasi siswa yang menyuarakan dukungan kemerdekaan untuk negeri yang rakyatnya terusir. Namun ternyata Salim salah. Students for Palestine bukanlah organisasi formal, melainkan sekadar perkumpulan mahasiswa dari berbagai universitas yang turut mendukung perjuangan bangsa Palestina, tentu saja tanpa melihat latar belakang warna kulit, kewarganegaraan, maupun agama. (hal. 81)

Dan tidak ketinggalan pelajaran penting tentang integritas. Hal ini terlihat dari rasa saling percaya antara satu individu dengan yang lain.  Saat itu Salim bersama Bu Farah dan dua orang sahabatnya baru saja mengunjungi Springbrook. Dalam perjalanan pulang, mereka melintasi daerah pertanian. Di sana ternyata ada sebuah kios kecil, mereka pun memutuskan untuk belanja. Siapa sangka, kios itu ternyata tanpa ada penjaganya. Pada masing-masing buah atau sayur sudah diberi tarif harga. Jadi bagi siapa saja yang ingin memberli tinggal memasukkan uang ke dalam kotak yang sudah disediakan di sudut kios.  Dan kios ini hanyalah salah satu dari  banyak kios yang ada di negeri selatan ini dengan aturan yang sama. (hal. 165)

Diceritakan dengan gaya bahasa yang ringan sehingga mudah dipahami.  Buku ini sangat inspiratif dengan berbagai hikmah yang bisa diambil pelajaran. Selain beberapa hikmah ini masih banyak hikmah lain yang bisa diambil dari buku ini. Misalnya tentang, manfaat berolahraga, bangga dengan budaya sendiri, anjuran untuk berbagi, memiliki sikap optimisme dan jangan suka menilai seseorang berdasarkan covernya saja.

Ini menunjukkan, kita bisa mengikat hikmah di mana saja, baik di negeri sendiri atau negeri seberang.  Dari peristiwa sederhana atau besar. Alam dan ragamnya yang membentang adalah sumber pembelajaran yang berharga.


Srobyong, 18 Juli 2016

Ini merupakan naskah asli ketika saya kirim ke Korjak. Namun pada pemuatannya ada beberapa bagian yang dipotong dan judulnya pun direvisi. Versi pemuatannya  bisa dilihat Korjak

Dimuat di Koran Jakarta, Senin 25 Juli 2016



2 comments:

  1. wah, langganan koran jakarta. :D Nggak kebayang gimana bisa produktif baca dan nulis resensinya. Blognya rapi euy!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah Koko. Yang penting baca dan tulis :). Terima kasih sudah mampir di blog sederhana ini. ^_^

      Delete