Friday, 29 July 2016

[Cerpen] Menjual Kenangan

Dimuat di Tanjungpinang Pos, Minggu 24 Juli 2016 


Kazuhana El Ratna Mida

Entah kali keberapa aku beradu mulut dengan ibu. Tunggu jangan berpikir aku beradu mulut karena aku tidak sayang pada ibu. Aku bukan kacang yang lupa dengan kulitnya. Bukan! Malah sebaliknya aku sangat menyayangi perempuan yang berbagi nyawa denganku. Aku ingin ibu tinggal bersamaku. Hidup dengan damai tanpa perlu kerja keras. Aku hanya ingin ibu bahagia.  Itu saja. Makanya aku sangat berharap ibu mau memahami keinginanku. Aku tak ingin ibu tinggal sendirian setelah aku menikah dan bapak juga telah berpulang.

“Ayolah, Bu. Kali ini saja.” kugenggam tangannya sambil bersimpuh. Tapi sampai detik ini, ibu tetap  pada pendiriannya. Tidak. Ibu menggeleng kuat.

“Ibu tidak bisa meninggalkan rumah ini, Ris. Ini adalah nyawa ibu juga.” Begitulah alasan yang selalu dikemukakan ibu.

“Tapi, Bu,  bapak sudah meninggal. Aku ingin ibu hidup lebih baik.”

“Kamu tahu, Ris. Tinggal di rumah sendiri adalah pilihan yang terbaik. Ibu tidak apa-apa. Ibu suka.” Ibu menatapku dengan lembut. Senyumnya ranum membuatku ingin menangis.

“Tapi bagaimana dengan warga—,” aku menarik napas, “mereka pasti menganggap aku anak tidak berbakti yang tega meninggalkan ibunya sendiri di rumah ini. Padahal aku sudah memiliki rumah lain yang cukup besar yang bisa menampung kita semua.”

“Sudah tidak usah memikirkan pendapat orang lain.”

Aku menggigit bibir. Lagi-lagi aku gagal membujuk ibu.

~*~


No comments:

Post a Comment