Cerpen ini dimuat di Flores Sastra, 1 Juli 2016 juga
menjadi juara pertama dalam lomba menulis cerpen yang diadakan Mbak Ajeng Mahari "EventCerpenAnimus tahun 2015 lalu dengan tema “Danau, Kebencian dan Pengorbanan Cinta” di mana tiga kata itu
merupakan ciri khas dari novel Animus Karya Mbak Ajeng Maharani.
Kazuhana El Ratna Mida*
Saya selalu membenci pagi. Pagi bagi saya adalah sebuah bencana. Saya akan
ditinggalkan. Saya akan kesepian. Ah, sungguh pagi membuat saya ingin gila.
Saya ingin melenyapkan pagi, agar saya dan dia bisa terus berada di malam hari
yang membuat saya bisa tertawa renyah. Memuja kebahagiaan. Yah, saya sangat
bahagia jika di dunia ini hanya ada malam yang paling perkasa. Untuk apa ada
pagi, jika setiap jam yang dilewati hanyalah akan menguras energi. Bekerja
banting tulang. Ah, itu sungguh menyebalkan. Sungguh berbeda dengan malam.
Ketika malam datang ..., saya akan dipuja, dimanja dengan tumpah ruah. Malam
hari saya adalah ratu yang paling berkuasa. Sedang di pagi hari ..., saya
dilupakan, saya benci jika tidak diperhatikan. Padahal jika malam dia selalu
merapatkan tubuh pada saya. Membelai
saya, mengajak bercumbu dengan napas memburu. Baiklah mungkin saya perlu mengambil matahari
agar pagi tidak akan datang. Selamanya. Agar dia tetap bersama saya karena pagi
sudah tidak akan lagi menganggu.
~*~
No comments:
Post a Comment