Judul : Galau Secukupnya Move On Secepatnya
Penulis : Ali Abdullah
Editor : Endang Suryana
Penerbit : Tinta Medina, Creative Imprint of
Tiga Serangkai
Cetakan : Pertama, Oktober 2015
Halaman : x + 230 hlm
ISBN : 978-602-0894-08-9
Peresensi : Ratnani
Latifah, penikmat dan penyuka literasi, alumni Universitas Islam Nadlatul Ulama
Jepara
Dalam menjalani kehidupan, sesekali
meresakan kegelisahan atau yang saat ini lebih dikenal galau itu sangat wajar. Hidup memang akan selalu ada masalah yang
datang silih berganti. Namun seyogyanya, perasaan gelisah atau galau itu tidak seharusnya dibiarkan secara berlebihan. Namun perlu
dihadapi dengan cara cerdas dan bijak. Menjadikan permasalahan yang ada itu
sebagai renungan, bukan malah menjadi tekanan.
Cobaan yang datang itu sejatinya
menunjukkan nikmat. Bahwa setelah ada cobaan pasti akan ada hikmah yang bisa
dipetik. Allah memberikan cobaan sesuai dengan kemampuan hamba-Nya.
Galau sendiri adalah suatu keadaan hati yang tertekan, keadaan pikiran yang ruwet
dan kacau. (hal. 14) Alasan seseorang merasa galau itu pun bermacam-macam. Ada yang terjadi karena
cinta, sulit mendapat rezeki atau karena berbagai masalah hidup lainnya. Namun harus disadari bahwa galau berkepanjangan
itu pun tidak baik. Karena bisa mengakibatkan hati resah dan pikiran kacau.
Merasa depresi hingga mempunyai keinginan untuk bunuh diri. Karena itu kita
perlu cara cerdas dan bijak agar
terhindar dari kegalauan.
Dimuat di Singgalang, Minggu 17 Juli 2016 |
Pertama, memulai dengan membuka
jalan keluar. Masalah itu seperti rumah yang memiliki banyak pintu. Jadi ketika
satu pintu tidak bisa dibukan untuk keluar, maka kita harus mencari pintu yang
lain yang terbuka. Setiap masalah pasti
ada jalan keluarnya. Lalu Mengingat
Allah. Jika di setiap kesempatan selalu
mengingat Allah, maka seberapa pun berat cobaan yang menerpa, maka bisa segera menyadari bahwa sejatinya setiap
cobaan itu sebagai pengingat dan jalan untuk kembali dekat pada Tuhan. Hanya pada Allah seorang hamba meminta dan
bersandar. Allah selalu bersama
orang-orang yang bersabar dan melapangkan hati.
Tidak lupa selalu bertanggung jawab
terhadap hidup. Dalam menjalani kehidupan memang akan selalu ada aral melintang
yang harus dihadapi. Seperti halnya masalah kegaulan. Manusia hidup tidak
mungkin tidak mengamali galau. Tidak
mungkin seseorang akan bahagia selamanya. Begitulah hidup akan terus berputar. Dari
senang menjadi susah dari galau dan berganti move on. Karena setiap hal
selalu memiliki pasangan.
Dalam menghadapi kegaulaun kita
tidak boleh putus asa, tapi mengganggap
cobaan itu sebagai rahmat Allah. Karena rahmat Allah itu menjadi kunci
kebahagiaan dan keselamatan manusia. (hal. 141)
Jika kita berani untuk bermimpi maka kita juga harus berani
memperjuangkan mimpi tersebut hingga menjadi sebuah kenyataan. Jika kita berani
untuk bercita-cita maka kita harus berani mencapainya. (hal. 160) Sama
halnya jika kita berani hidup maka kita harus tanggung jawab dengan segala hal
yang akan terjadi. Jika kita galau maka harus segera move on.
Kita juga harus mau bersabar. Dalam menghadapi berbagai masalah selalu
bersikap sabar memang selalu dianjurkan. Karena dengan sabar akan membuat diri
menjadi tegar dan tidak mudah menyerah. Orang sabar itu berani, sedangkan orang yang tidak
sabar itu penakut dan pengecut. (hal. 179)
Dan selalu berprasangka baik. Memiliki prasangka yang baik akan membuat
jiwa selalu positif dan mudah untuk move on. Dan keenam adalah selalu bersyukur. Jika
dalam setiap masalah mau bersyukur, maka hal itu akan membuat perasaan lebih
tenang. Karena sesungguhnya Allah memang telah memberi banyak sekali kebaikan
dari pada kesedihan. Bersyukur kepada Allah merupakan sebuah amal yang
mengejawantahkan keyakinan akan keberadaan dzat Yang Mahakuas. (hal. 220)
Sebuah buku yang patut dibaca dan
diamalkan. Agar ketika galau menyapa bisa menghadapi dengan cara elegan dan
tidak terjebak pada kegelisahan yang panjang.
Dipaparkan dengan bahasa yang renyah dan tidak menggurui. Ulasannya
sangat lengkap dan sarat makna, hanya saja ada beberapa pengulan dalam
penjelasan disetiap bab. Namun lepas dari itu buku ini tetap asyik
dinikmati.
Srobyong, 2016
Dimuat di Singgalang, Minggu 17 Juli 2016 |
No comments:
Post a Comment