Sunday, 26 July 2015

[Review] Taburan di Enam Musim










Kazuhana El Ratna Mida
Judul buku                    : Bunga Rampai “Menebar Asa di Enam Musim”
Penulis                          : 101 Penulis (Antologi)
Editing Aksara              : Dekik Full
Penerbit                         : Pena House Publishing
Setting dan Layout       : Lavira Az-Zahra
Cover                            : Dekik & Virra
Halaman                        : 205 hal. (13cmx19cm)
ISBN                            :9778-602-0937-04-5
Cetakan ke                    : 1 (September 2014)
Marketing                     : Group Dunia Dekik - 0857-7783-8694

Blurb
Menyelami semua puisi di buku ini, seperti menyelami danau yang jernih, yang di dalamnya ada taman keindahan. Beautiful. [Hengki Kumayandi, Founder KOBIMO dan novelis “Tell Your Father I am Moslem’]
Membaca kumpulan puisi dari jiwa-jiwa muda, bagaikan menemukan bongkahan batu yang berkerlip intan di dalamnya. Sebagai penulis, saya merasakan betul dari tiap judul dan tema yang disuguhkan para penulisnya. Betapa tidak, setiap ritme kalimat yang tertuang menyuguhkan kristalisasi cerita dan gubahan hati yang dalam pada alam, negeri, semesta, hidup bahkan pada Tuhan mereka. Inilah kumpulan puisi yang membuat saya rindu untuk bisa kembali menggores pena dan mensejajarkan diri dengan para pujangga muda negeri ini .... Selamat menikmati, dan bersiaplah menjadi jiwa yang terpapar semangat muda! [ Riyanto El Harist, pemuisi, cerpenis dan novelis “Tabir-Tabir Cinta”]

Sinopsis Buku
            Buku ini memuat 101 puisi tentang asa yang ditebar dan enam musim silih berganti. Dari banyak penggiat literasai, yang tersebar diseluru nusantara ini. Di tambah lagi bonus puisi dari beberapa nama yang sudah lama menekuni dunai literasi. Semisal puisi dari Hengki Kumayandi dengan tajuk ‘Musim yang tak berdaun’(halaman 190) dan Lina Amalia Sulaksmi dengan tajuk ‘Tarian Sukma’(halaman191).
            Ada juga, puisi dari Jevindra Delecandrevidezh, Lavira Az-Zahra dan Dekik Full. Semua tentang asa disematkan dalam tulisan apik yang begitu indah dan memberi seberkas cahaya.
            Inilah kumpulan puisi yang begitu indah menggugah hati untuk dinikmati. Diksi yang menawan, dan unsur positif  yang tertanam dalam tiap bait. Sungguh asyik untuk dijadikan sebagai bacaan yang membangkitakn daya imanjinasi.
Ini tentang sebuah harapan yang sedang menjulang, rangkaian kata menjadi sesuatu yang luar biasa. Menorehkan sebuah pengalaman dari tiap insan berbeda, akan suka dan duka.
Dalam kumpulan puisi ini, akan ditemukan banyak esensi rasa yang membuat jatuh cinta. Aksara, kan buat terpesona, dalam tiap bait yang memiliki syarat makna.
Di sini, tak melulu harapan dalam meraih cita, tapi juga melafalkan rindu pada bumi, manusia, dan sang Kuasa.
Seperti sepenggal puisi karya Dinda Sailut bertajuk ‘Dahsyat Kuasa-Mu Yaa Rabb (halaman 101).
Sebuah kerinduan akan sang Penguasa, disematkan dalam nuasa sejuta warna di perpaduan  musim yang berbeda.
Lalu ada juga sepotong puisi yang menggugah hati, sebuah harapan yang disematkan untuk Ilahi, meminta sebuah ajaran untuk tegar, tak mudah menyerah. Sebuah puisi karya Yati Umro ‘Ajarkan Aku Tuhan’ (halaman 57)
Dan masih banyak lagi puisi yang pasti akan menggugah hati dengan berjuta warna selayaknya pelangi.
Ulasan Buku
Sebuah kumpulan puisi yang memiliki banyak makna dan kaya rasa. Ketika menyelami semua makna yang ada, baik tersirat atau tersurat, akan membuat berdecak kagum luar biasa. Ya, di sana, kan kita temukan muara indah dari seni sastra. Halus, dan penuh warna.
Permaianan diksi, dan majas, semakin membuat apik rentetan kata yang tersusun rapi. Irama yang selaras membuat hati terpatri.
Akan sangat bagus untuk para penikmat literasi yang suka dan ingin belajar membuat puisi. Banyak ilmu yang mungkin bisa didapat di sini, dari untaian kata para penyair yang dibuat dengan segenap hati.
Pun, ada juga sisi lemah dalam kumpulan puisi ini. Untuk sebagian orang yang belum paham benar  atau masih awam, akan diksi dan majas yang dimainkan dala aksara, akan sulit menangkap maksud dari isi yang tersirat. Dan hanya akan dianggap tulisan lalu yang tak memiliki makna. Ya, karena setiap rasa itu relative bagi sebagian orang yang ada.
Sebagaimana kita tahu banyak jenis puisi diafan yang dianggap terlalu biasa, dan mudah ditebak maksud dari puisi tersebut. Ya, karena puisi diafan lebih menggunakan kata sehari-hari yang mudah dimengerti.
Lalu ada juga puisi prismatis di mana penyair mampu  bermain, dan menyelaraskan majas, verivikasi, diksi dan imajinasinya. Dalam puisi yang dibuat kadang memliki makna ganda yang sedikit lebih sulit dipahami, akan tafsiran puisi yang dibuat.
Meskipun di sini, tak semua puisi berbentuk prismatis, namun kadang ada juga yang terasa gelap untuk ditafsirkan. Pun banyak juga  puisi sederhana yang layaknya diafan, tapi tetap berbeda dan memiliki rasa.
Penutup
Bunga Rampai “Menebar Asa di Enam Musim”, akan sangat cocok di baca untuk semua kalangan. Baik penikmat puisi yang telah malang melintang, juga para pemula yang ingin belajar. Buku ini bisa dijadikan referensi, dibedah untuk khalayak yang ingin belajar berpuisi. Bagaimana, bermain kata dan berimajinasi dari berselancar membaca buku ini.
Jadi, jangan ragu untuk segera memiliki Bunga Rampai “Menebar Asa si Enam Musim”. Pasti tidak akan rugi. Puas dan senyum mengembang ketika kau selami isi yang tersurat di sini. So, segera pesan dan jadikan tambahan buku koleksi.
Srobyong, 13 Desember 2014.

No comments:

Post a Comment