Fenomena Tarawih
Setiap bulan Ramadhan, kita akan
mengamalkan ibadah shalat Tarawih; shalat sunnah yang dilakukan setelah
shalat Isya’. Biasanya, di awal puasa, kita pasti langsung
berbondong-bondong untuk ikut menyemarakkan ibadah itu. semangat masih
tinggi. Bahkan jamaah pun meluber hingga di luar masjid atau mushalla.
Namun, seiring bertambahnya jumlah puasa
yang telah kita lakukan, entah kenapa barisan shaf jamaah Tarawih
semakin berkurang. Perhitungan yang sering saya perhatikan di
sekeliling; kalau pada malam pertama sekitar 12 shaf, maka untuk malam
kedua bisa menjadi 11 shaf. Dan itu akan terus meringsek naik hingga di
akhir biasanya berakhir sampai 5 atau 4 shaf. Astaghfirullah.
Adakah sebuah alasan khusus, kenapa ini terjadi? Atau, mungkinkah semua wanita di tempat itu datang bulan semua? Wallahu a’lam.
Lagi pula, saya pikir ini bukan hanya terjadi pada shaf wanita, namun
juga laki-laki. Lalu, apakah karena malas atau bosan? Semuanya, saya
kembalikan pada pribadi masing-masing. Apa pun alasannya, semoga mereka
segera mendapat hidayah dari-Nya.
Di sinilah kemirisan yang saya rasakan.
Padahal, andai orang-orang tahu, pahala melaksanakan shalat Tarawih itu
sungguh luar biasa.
Rasulullah Saw bersabda, “Barang
siapa mengerjakan shalat malam di bulan Ramadhan karena imannya dan
menghendaki keridhaan Allah dengan niat suci, niscaya diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hr. Bukhari dan Muslim)[1]
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Adalah
Rasulullah Saw senang shalat (malam) di bulan Ramadhan (Qiyamur
Ramadhan) dengan tidak memerintahkan hal itu sebagai keharusan
(‘azimah). Bahkan beliau bersabda, ‘Barang siapa shalat (malam) di
bulan Ramadhan dengan penuh iman dan karena Allah, maka akan diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu.’” (Hr. Jamaah)[2]
Sabda Nabi Saw, “Bulan Ramadhan
adalah bulan yang Allah mewajibkan atas kamu berpuasa di dalamnya. Dan
aku telah mensunnahkan kepada kamu shalat malam (Tarawih) di dalamnya.
Maka barang siapa yang menegakkan malamnya (Tarawih) karena iman kepada
Allah dan mengharap pahala, niscaya ia keluar dari dosa-dosanya laksana
anak yang baru dilahirkan dari perut ibunya.” (Hr. Ibnu Khuzaimah)
Betapa banyak pahala yang akan kita
dapatkan jika rajin menjalankan shalat Tarawih yang hanya datang sekali
dalam setahun. Semoga tulisan ini bisa dijadikan muhasabah untuk
memperbaiki diri. [Kazuhana El Ratna Mida/Bersamadakwah]
Catatan kaki:
[1] T.M. Hasybi Ash-Shiddieqy, 2002 Mutiara Hadist III, cet; ii, (Jakarta : Bulan Bintang, 1977), hal. 441.
[2] A. Qadir Hassan, dkk, Terjemah Nailul Authar Jilid 2 (Himpunan Hadis-Hadis Hukum), (Surabaya, PT Bina Ilmu, 1979), hal. 698.
Editor: Pirman Bahagia
Re-Post dari artikel saya yang pernah dimuat di web bersamadakwah. Atau bisa dibaca langsung di
No comments:
Post a Comment