Judul buku :
Bumi Kuntilanak
Penulis :
Denny Herdy dan Sandza
Penerbit :
UNSA Press
Tahun Terbit :
Agustus 2014
ISBN :
978-602-711-760-0
Halaman :
138 (viii + 130 hal)
Harga : 36.000
Harga : 36.000
Blurb
Konflik cerita dalam kumcer ini seolah sengaja
membenturkan antara kebaikan dan kejahatan, antara obsesi dan kegagalan, yang
kemudian membuat tokoh-tokohnya bermetaformosa menjadi seseorang yang kalah
(Yetti A.KA)
Dongeng-dongeng yang direkontruksi, mitos-mitos
yang seolah-olah “diledek” dan diubah menjadi tragedi yang ceritanya
cenderung “terang”.(Danu Wahyono)
Ulasan
Kumpulan cerpen ditulis dua penulis yaitu
Denny Herdy dan Sandza.
Cepen Denny Herdy
Lunatic, Lulu Samak, Memelihara Burung Koreak,
Dunia Setelah Senja, Kuntilanak, Dongeng Luna, Pelet Marongge.
Cepen Sandza
Membunuh Angka, Hikayat Guru Semut, Ustaz
Maya, Iblis Penolong, Bumi, Ritual Hari
Buruh, Teruntuk: Budi di Buku Kelas Satu.
Semua cerpen di sini, memiliki keunikan masing-masing. Menyuguhkan
kisah yang tidak pernah terduga, sedari awal hingga akhir. Penulis mampu
mengacak-acak emosi pembaca dari kisah yang diangkatnya. Marah, kaget, hingga
geleng-geleng kepala.
Misal Lunatic; Berkisah tentang wanita paling
cantik bernama Luna di Negeri Azogh. Kecantikannya membuat semua orang tunduk
dan suka. Namun, entah kenapa dia malah dieksekusi—dibakar hidup-hidup bersama
kucing hitam peliharaannya. Dia menjadi momok yang ditakuti warga ketika bulan
purnama tiba. Entah apa yang salah dengan Luna. (Hal. 1)
Ada juga kisah lain yang tak kalah
mendebarkan. Dunia Setelah Senja; cerpen ini menuturkan hilangnya anak
perempuan menjelang waktu Magrib tiba. Anehnya itu bukan karena dia diculik
oleh makhluk dunia lain yang sering disebut Kelong Wewe—hantu wanita yang
sangat suka anak-anak. Dia datang
sendiri ke Kuta Gandok tempat tinggal para demit. Dia tidak seperti kebanyak
anak-anak yang akan ketakutan pada para hantu. Dia sangat tenang dan biasa saja. Baginya dunia setelah senja di Kuta Gandok
adalah kebahagiaan yang tiada tara. Anak perempuan itu senang di sana. Kehangatan
dan kasih sayang dia dapatkan di sana, bersama para hantu yang tak terkira.
Entah kenapa anak perempuan itu memiliki kelainan seperti itu. Kelainan yang
sebenarnya Terjadi. (Hal. 33).
Lalu tentang Kuntilanak; ini tentang kisah Si
Enok. Sosok yang dulunya cantik jelita, mendadak aneh bahkan suka bertelanjang.
Si Enok suka berteriak-teriak sendiri tidak bisa dikendalikan. Sesekali dia
bersikap wajar namun selebihnya dia seperti orang gila yang tak dapat
dikendalikan, kecantikannya berangsung hilang, dia semakin kurus. Berbagai cara
sudah dilakukan untuk penyembuhannya, namun sampai harta orang tuanya mau habis
Si Enok tak juga sembuh. Dia malah makin parah, tubunya itu seolah tidak hanya
dia tempati sendiri tapi berbagi dengan sosok lain yang tak pernah terduga.
Siapakah sosok lain itu? Kenapa harus tubuh Si Enok. Bagaimana nasib Si Enok
selanjutnya. (Hal. 43)
Bumi; perjuangan suami istri yang sangat
menginginkan memecahkan bumi, dengan tangis bayi dalam rahimnya. Segala cara
ditempuh agar cita-cita itu terwujud nyata. Bahkan sempat terbesit oleh si
wanita agar sang pria untuk mencari perempuan lain untuk memukimkan bumi di
rahimnya. Namun, sang pria tak setuju.
Dia tetap berharap hanya si wanita yang akan menjadi tempat bumi yang mereka
inginkan. Mereka bahkan selalu berkonsultasi dengan dokter kandungan, namun
masih nihil. Sampai suatu ketika ada keanehan dalam tubuhnya. Dia merasa aneh
lalu setelah diperiksa ternyata .... (Hal. 107)
“Kandungan ibu tidak sehat. Kista Ovarium
dengan nama Kista Endomertium telah menghuni rahim ibu. Kista ini ...” (Hal 110)
Ditengah keputusaaan Tuhan berkehendak lain,
Rahimnya telah dihuni janin. Si wanita tak sabar menunggu buminya lahir, meski
dia tahu dalam keempat purnam kista itu telah melahap sang janin. Tapi, dia
tetap menunggu dan menunggu. Tak tahu kapan akan berakhir.
Itulah sedikit tentang beberapa cerpen yang
ada dalam Bumi Kuntilanak. Setiap cerpen ini memiliki keistimewaan
masing-masing. Baik dari segi penyampain, isi dan kandungan yang tersirat.
Semua dikemas apik hingga tak bosan untuk melanjutkan setiap pergantian
halaman. Semua memiliki kejutan yang tak
pernah disangka-sangka. Menegangkan, apik, dan setiap membaca ending membuat
berdecak “Oh, ternyata.”
Walau masih ada sedikit tentang kesalahan
penulisan yang ada, serta sedikit kalimat-kalimat yang terkesan bulet dan perlu
dibaca berulang-ulang, namun tidak mengurangi nikmat cerita yang disajikan.
Buku ini patut dibaca dan dijadikan koleksi. Apalagi bagi pecinta cerita mitos
dan dongeng kontemporer.
Srobyong, 2015
Bagus kayaknya buku ini ...
ReplyDeleteBaca review berasa duduk di bawah pohon ... sambil baca menikmati angin sore ... (dan ini mungkin hanya masa kecilku, sekarang udah rempong)
Iya Mbak buku ini bagus dan penuh kejutan.
ReplyDeleteRempong-rempong Mbak masih selalu produktif. Salut pake banget
Mudah-mudahan ... Aamiin
ReplyDeleteMakasih reviewnya. Salam sastra
ReplyDeleteMakasih reviewnya. Salam sastra
ReplyDeleteSama-sama. Salam sastra kembali.
Delete