Thursday, 11 August 2016

[Resensi] Kisah Kelam Putra-Putri Hurin dan Inspirasinya


Judul               : The Children of Hurin
Penulis             : J.R.R. Tolkien
Alih bahasa     : Gita Yuliani K
Editor              : Poppy D. Chusfani
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan           : Pertama, April 2016
Halaman          : 352 hlm
ISBN               : 978-602-03-2703-7
Peresensi         : Ratnani Latifah, penikmat buku dan literasi almuni Universitas Islam Nadlatul Ulama

Bagi penikmat kisah The Lord of the Rings, sudah pasti mengenal J.R.R Tolkien. Karya karyanya dalam genre fantasi sudah tidak diragukan. Bahkan dia disebut-sebut sebagai ‘bapak’ dari genre fantasi tinggi modern.  Selain The Lord of the Rings, buku lainnya adalah The Silmarilion dan  The Hobbit yang sudah difilmkan. Namun siapa sangka ternyata sebelum terciptanya kisah The Hobbit atau The Lord of the Rings, The Children of Hurin-lah yang lebih dulu ada namun belum menjadi catatan utuh sebagai buku. Karena hal itu,  Christopher Tolkien, putra dari J.R.R. Tolkien menyusun narasi utuh dari naskah ayahnya menjadi novel fantasi utuh yang tidak kalah menakjubkan dari karya-karya sang ayah sebelumnya.

Novel ini berkisah tentang keluarga Hurin—penguasa Edain yang bersahabat dengan kaum Eldar. Pada kala itu Hurin dan saudaranya Huor ikut dalam kelompok pengintai dan mereka diserang pasukan Orc, sehingga mereka terpisah-pisah.  Namun Hurin dan Huor beruntung bisa selamat dan bersembunyi di Gondolin, yang belum pernah dilihat manusia lain. (hal. 38)

Sebenarnya raja ingin menahan mereka agar tetap di Gondilin, karena rasa welas asihnya yang tinggi. Namun baik Hurin maupun Huor memint izin untuk kembali ke bangsanya di Dor-lomin.   Dan mereka berjanji tidak akan menceritakan apapun tentang Gondolin pada siapa pun.

Pada masa berikutnya, Hurin dan Huor ikut dalam peperangan besar gabungan dari pasukan manusia dan bangsa elf melawan raja kegelapan—Morgoth. Namun nahas, Huor gugur dan Hurin tertangkap disendera oleh Morgoth. (hal. 67)  Di sisi lain, Morwen—istri Hurin mengirim Turin—putra Hurin ke Doriath, sesuai pesan suaminya, Sedang dirinya yang tengah hamil tetap memilih berada di Hiltum.

Di depan Morgoth, Hurin dipaksa untuk membuka mulut tentang keberadaan Turgon—putra Raja Fingolfin. Namun dengan keras kepala Hurin menutup mulut.  Dan di Doriath Turin disambut hangat oleh Raja Thingol dan bersahabat dengan Beleg. Dari Beleg, Turin diajari kerajinan kayu, memanah dan cara menggunangan pedang.  Tapi sembilan tahun di Doriath, pikiran Turin terus terpaku pada Morwen dan Neinor—ibu dan adik Turin. Sehingga Turin meminta izin pada Raja Thingol untuk kembali menemui keluarganya.

Di sinilah, petualangan Turin dimulai. Dari pertikaiannya dengan Saeros yang selama ini membencinya karena diperlakukan baik di Thingol dan fitnah yang  berujung dia diusir dari Doriath. Pertemuan Turin dengan para penyamun, lalu pertemuanya dengan Min—sang Kurcaci. (hal 133) Turin mengalami berbagai kejadian-kejadian yang tidak terduga. Kepahitan hidup dan tragedi kelam.

Selain itu Turin juga sempat tinggal di Nargothrond dan berteman dengan Gwindor yang kemudian membuat targedi lain karena keberadaannya membuat hubungan Gwindor dan Finduilas diambang kehancuran. Kekelaman hidup Turin semakin menjadi-jedi ketika dia bertemu Glaurung dan Neinor yang berada dalam pengaruh Glaurung.

Membaca novel ini seperti ikut hidup dalam dunia fantasi bersama para elf dan orc. Seakan terjebak pada labirin yang diciptakan penulis dengan sangat apik dan tertata rapi dan tidak tahu kapan bisa keluar dari sana. Novel ini sangat menegangkan karena banyak kejutan yang tidak terduga sampai pada akhir cerita.

Penggambaran settingnya benar-benar hidup  sehingga tidak terasa tempelan. Pun dengan karakter tokoh yang kuat semakin membuat terhayut dalam novel ini. Hanya catatan kaki pada novel berada di bagian belakang buku, membuat sedikit rikuh karena harus membolak-balik jika ada bahasa yang tidak diketahui.

Lepas dari itu,  novel fantasi ini sangat luar biasa dan patut untuk dibaca. Apalagi bagi para penggemar J.R.R Tolkien. Kisahnya sangat berbeda dari buku-buku sebelumnya yang ada kecondongan pada sedikit humor di The Hobbit atau kepahlawanan di The Lord of the Rings. The Children of Hurin lebih pada kisah kelam yang terjadi karena kebencian Morgoth pada Hurin dan mengutuk keturunan Hurin.

Dari novel ini  mengajarkan, agar kita selalu menempati janji dan memiliki sifat sabar. “Waspadalah saat hatimu panas maupun dingin, dan upayakan kesabaran, kalau kau bisa.” (hal. 92)  Dari quote lain diajarkan untuk menjadi seorang yang bijak dan tidak cepat gegabah,  dan tidak angkuh. “Belajarlah menjadi bijaksana! Kau tidak boleh menjadi pembelot.” (hal. 99). Serta ajakan untuk menjaga lisan yang baik, “Diamlah kalau kau tidak bisa mengucapkan hal-hal baik, dan itu akan lebih bermanfaat bagi kita semua.” (hal. 149)

Srobyong, 22 Juli 2016

Dimuat di Radar Sampit, Minggu 7 Agustsu 2016

 


No comments:

Post a Comment