Monday 18 January 2016

[Review] Mengenal Baiduzzaman Said Nursi Lewat Novel


Bagi sebagian orang mungkin masih asing dengan tokoh Baiduzzaman Said Nursi. Padahal tokoh ini sangat  luar biasa. Sejak kecil dia menjaga diri dari hal-hal syubhat, dan selalu menjaga pandangan. Tokoh yang memiliki sikap welas asih dan sangat teguh dalam memperjuangkan agama Islam. Dan perjalanan hidupnya sangatlah patut diteladani. Karena hal itu maka Kang Abik, sapaan khas Habiburrahman El Shirazy mengungkapkan kisah sejarah tentang tokoh yang menggugah jiwa ini. Namun selain mengungkapkan kisah dari tokoh Baiduzaaman, novel itu juga menceritakan  kisah cinta lain yang tidak kalah menggetarkan hati yang diramu apik oleh Kang Abik.

Novel dibuka dengan kisah Fahmi seorang mahasiswa S2 di Universitas Islam Madinah yang bernadazar untuk iktikaf dengan empat puluh kali khataman di Masjid Nabawi. Dia bersikukuh bertahan sebelum nadzarnya terlaksana. Namun, sesuatu yang dipaksakan tentu tidak baik. Dalam iktikafnya itu ..., Fahmi malah jatuh sakit. (hal.7)

Apa yang terjadi pada Fahmi sejatinya bermula dari kepulangannya dulu ke Tegalrandu, kampung halaman Fahmi. Dia menikah sirri dengan seorang gadis bernama Nuzula. Namun baru beberapa bulan kemudian ayah Nuzula, Kyai Arselan meminta Fahmi untuk menceraikan istrinya tanpa tahu alasan perceraian itu. (hal. 63)

Kejadian itu ternyata sangat memukul jiwa Fahmi. Untungnya Fahmi memiliki sahabat-sahabat yang baik yang selalu menghiburnya. Hamzah bahkan mengajak Fahmi ke Turki bersama Subkhi. Dan siapa sangka di sana, Fahmi malah bertemu dengan dua wanita Turki yang memiliki parasa cantik. Asyel, sepupu Hamzah yang dulunya termakan modernisasi yang kemudian memilih berhijab bahkan bercadar dan Emel, adik Hamzah.

Lalu perjalalan untuk menapaki sejarah Baiduzzaman Said Nursi pun dimulai.  Said Nursi adalah putra dari pasangan Mirza dan Nuriye. Kedua orangtuanya adalah hamba-hamba yang selalu menjaga diri dan hal-hal yang subkat dan menjaga pandaan. Dan sepertinya sikap kedua orangtua itu menurun pada Said Nursi. Siad Nursi juga dikaruniai kepandaian yang luar biasa.  Dia memiliki kekuatan ingatan dan keberanian yang luar biasa. (hal.154)

Sejak kecil Said Nursi sudah menunjukkan keinginan kuat untuk belajar. Dia menuntut ilmu dari satu tempat ke tempat lain, meskipun itu dengan susah payah. Pada usia lima belas tahun, dia sudah mendapat gelar “Molla Said”—sebuah gelar yang sangat prestisius di zamannya. Gelar ini didapat dari Syaikh Muhammad Cellali. Pada gelar ini dia boleh memakai jubah, namun Said Nursi tetapt memiliki pakaian darwis. Ini menunjukkan sikap sederhana yang dimilikinya. Karena kecerdasannya yang luar biasa, Said Nursi pun menjadi terkenal.  Lalu dari Hasan Fehmi Basoglu, Said Nursi mendapat gelar Baiduzzaman—Keajaiban Zaman.

Namun, bersama nama besarnya, selain banyak orang yang menyukai, banyak pula orang-orang yang membenci Said Nursi. Tapi hal itu tidak membuatnya gentar, meski berkali-kali dia harus masuk keluar penjara demi mempertahankan pemikiran yang sesuai dengan ajaran agama Allah. Menurut Said Nursi ada lima pilar menuju surga. Yaitu persatuan hati, cinta bangsa, pendidikan, memaksimalkan daya upaya manusia,dan menghentikan pemborosan dan pemubadziran. (hal. 335-336)

Kembali pada tokoh Fahmi yang begitu ternyuh ketika menapaki sejaha hidup Said Nursi. Dia merasa kesedihan yang dialaminya tidak lebih menyedihkan daripada perjalan hidup tokoh Baiduzzaman itu.  Dan siapa sangka dalam perjalanan menapaki sejarah Baiduzzaman ini, ada sebuah kejadian yang tidak disangka-sangka. Fahmi diculik bersama Asyel. Fahmi juga mendapat kejutan lainnya, Fahmi dibingungkan tentang perasaannya sendiri. tentang Asyel, Emel dan  Nuzula.

Lalu bagaimana kisah Fahmi selanjutnya. Bagimana pula  kelanjutan kisah Baiduzzaman Said Nursi? Semua bisa ditemukan dalam buku ini.

Sebuah novel sejarah yang sarat makna. Diramu dan diracik dengan sedimikian rupa sehingga memiliki kekuatan hebat untuk melebur hati pembaca. Novel yang sangat menggugah jiwa. Mengajarkan banyak hal, kesabaran, tidak pernah putus asa dan hanya kepada-Nya-lah tempat bersandar.  Untuk masalah settting, Kang Abik pun sangat detail dalam penjabarannya. Banyak quote juga  yang menggugah di sini, sehingga bisa dijadikan pembelajaran dan perbaikan diri.

Hanya saja, novel ini sangat banyak sekali typo yang bertebaran.  Misalnya penulisan nafas  yang harusnya ditulis napas. Tulisan ini bertebaran di setiap halaman. Lalu banyak juga kesalahan dalam penulisan sapaan. Sapaan yang seharusnya ditulis besar, malah ditulis kecil.  Ada ketidak konsistenan dalam penulisan saya dan aku.

Lepas dari itu semua, novel ini recomended untuk dibaca. Karena banyak hal yang bisa kita pelajari dan petik dari kisah Baiduzzaman Said Nursi juga pada kehidupan Fahmi. Semua itu termaktub dalam quote-quote yang bertebaran di novel.

  • “Keindahan sejarah itu tiada tandingannya. Karenanya salah satu muatan Al-Quran adalah      sejarah Nabi dan umat terdahulu agar kita menyelami lautan hikmah dalam keindahan.” (hal. 9)
  • “Jangan membeli rokok, mubadzir, membahayakan kesehatan.” (hal. 31)
  • “Adapun pintu rezeki biarlah Allah yang mengaturnya.” (hal. 38)
  • “Kenikmatan yang lebih mahal dari dunia seisinya, yaitu iman dan Islam.” (hal. 101)
  • “Hawa nafsu selalu mengiming-ngimingi dengan kelezatan semu. Bersabarlah, jangan turuti hawa nafsu! Bersabar melawan hawa nafsu akan menyampaikan dirimu pada tujuan sucimu.” (hal. 107)
  • “Cinta yang berakar dari kesucian selalu melahirkan keberhan.” (hal. 127)
  • “Benar bahwa harta paling berharga bagi seorang lelaki beriman sesungguhnya adalah istri yang shalihah.” (hal. 155)
  • “Jika Allah berkehendak, segala keajaiban bisa terjadi.” (hal. 183)
  • “Bersabarlah, karena sabar itu selalu manis buahnya.” (hal. 184)
  • “Agama adalah penerang hati, sedangkan ilmu pengetahuan peradaban adalah penerang akal.” (hal. 305)
  • “Dengan ilmu pengatahuan dan teknologi, kita akan berjuang melawan kebodohan, kemiskinan dan  perpecahan yang tak lain dan tak bukan adalah musuh utama dalam menegakkan kalimat Allah.” (hal. 352)
  • “Manhaj persatuan ini adalah adalah cinta. Adapun musuhnya adalah kebodohan, kemiskinan dan kemunaifikan ...” (hal. 353)
  • “Pengadilan itu sesungguhnya bukan untuk mencari dan memberikan keadilan, pengadilan itu sudah dirancang matang jauh-jauh hari untuk membersihkan sebuah sistem, demi mengganti dengan sistem yang baru. Itu pengadilan untuk memberangus sebuah mentalitas dan menggantinya dengan mentalitas baru  yang tidak mengenal Islam.” (hal. 359)
  • “Seharusnya pengadilan adalah tempat ditegakkannya keadilan, bukan kekejaman.” (hal. 365)
  • Ada enam penyakit yang membuat kita terjebak di abad pertengahan, di saat orang-orang asing, khusunya Eropa, terbang menuju masa depan. Yaitu, mewabahnya keputusasaaan, matinya kejujuran dalam kehidupan sosial dan politik, suka kepada permusuhan,  mengabaikan tali cahaya yang menyatukan sesama orang mukmin, penindasan yang menyebar seumpama penyakit menular, dan perhatian yang hanya tertuju pada kepentingan pribadi. (hal. 371)
  • “Penyakit  putus asa bisa disembuhkan dengan menghadirkan harapan.” (hal. 371)
Spesifikasi Buku 

Judul               : Api Tauhid
Penulis             : Habiburrahman El Shirazy
Editor              : Syahruddin El-Fikri
Penerbit           : Republik Penerbit
Halaman          : xxxvi + 588 hal.
Cetakan           : VIII, April 2015
ISBN               : 978-602-8997-95-9

2 comments:

  1. Kalau nggak ditulis review dari mbke ttng baiduzzaman said nursi ini. Aku nggak akan tau sblumnya dia siapa.
    Hhhhee

    Typonya bertbran d mna2 mbk.e hhheee
    Lepas dri itu tulisan ini mnginspirasi sekali. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ealah masih banyak bertebaran tah. Hadeh :3

      Namanya memang tidak semendunia seperti Imam Al-Ghazali atau Syaekh Abdur Qadir Al-Jailani ^^.

      Delete