Bagi sebagian orang mungkin masih asing dengan
tokoh Baiduzzaman Said Nursi. Padahal tokoh ini sangat luar biasa. Sejak kecil dia menjaga diri dari
hal-hal syubhat, dan selalu menjaga pandangan. Tokoh yang memiliki sikap welas
asih dan sangat teguh dalam memperjuangkan agama Islam. Dan perjalanan hidupnya
sangatlah patut diteladani. Karena hal itu maka Kang Abik, sapaan khas
Habiburrahman El Shirazy mengungkapkan kisah sejarah tentang tokoh yang
menggugah jiwa ini. Namun selain mengungkapkan kisah dari tokoh Baiduzaaman,
novel itu juga menceritakan kisah cinta
lain yang tidak kalah menggetarkan hati yang diramu apik oleh Kang Abik.
Novel dibuka dengan kisah Fahmi seorang
mahasiswa S2 di Universitas Islam Madinah yang bernadazar untuk iktikaf dengan
empat puluh kali khataman di Masjid Nabawi. Dia bersikukuh bertahan sebelum
nadzarnya terlaksana. Namun, sesuatu yang dipaksakan tentu tidak baik. Dalam
iktikafnya itu ..., Fahmi malah jatuh sakit. (hal.7)
Apa yang terjadi pada Fahmi sejatinya bermula
dari kepulangannya dulu ke Tegalrandu, kampung halaman Fahmi. Dia menikah sirri
dengan seorang gadis bernama Nuzula. Namun baru beberapa bulan kemudian ayah
Nuzula, Kyai Arselan meminta Fahmi untuk menceraikan istrinya tanpa tahu alasan
perceraian itu. (hal. 63)
Kejadian itu ternyata sangat memukul jiwa
Fahmi. Untungnya Fahmi memiliki sahabat-sahabat yang baik yang selalu
menghiburnya. Hamzah bahkan mengajak Fahmi ke Turki bersama Subkhi. Dan siapa
sangka di sana, Fahmi malah bertemu dengan dua wanita Turki yang memiliki
parasa cantik. Asyel, sepupu Hamzah yang dulunya termakan modernisasi yang
kemudian memilih berhijab bahkan bercadar dan Emel, adik Hamzah.
Lalu perjalalan untuk menapaki sejarah
Baiduzzaman Said Nursi pun dimulai. Said
Nursi adalah putra dari pasangan Mirza dan Nuriye. Kedua orangtuanya adalah
hamba-hamba yang selalu menjaga diri dan hal-hal yang subkat dan menjaga
pandaan. Dan sepertinya sikap kedua orangtua itu menurun pada Said Nursi. Siad
Nursi juga dikaruniai kepandaian yang luar biasa. Dia memiliki kekuatan ingatan dan keberanian
yang luar biasa. (hal.154)
Sejak kecil Said Nursi sudah menunjukkan
keinginan kuat untuk belajar. Dia menuntut ilmu dari satu tempat ke tempat
lain, meskipun itu dengan susah payah. Pada usia lima belas tahun, dia sudah
mendapat gelar “Molla Said”—sebuah gelar yang sangat prestisius di zamannya.
Gelar ini didapat dari Syaikh Muhammad Cellali. Pada gelar ini dia boleh
memakai jubah, namun Said Nursi tetapt memiliki pakaian darwis. Ini menunjukkan
sikap sederhana yang dimilikinya. Karena kecerdasannya yang luar biasa, Said
Nursi pun menjadi terkenal. Lalu dari
Hasan Fehmi Basoglu, Said Nursi mendapat gelar Baiduzzaman—Keajaiban Zaman.
Namun, bersama nama besarnya, selain banyak
orang yang menyukai, banyak pula orang-orang yang membenci Said Nursi. Tapi hal
itu tidak membuatnya gentar, meski berkali-kali dia harus masuk keluar penjara
demi mempertahankan pemikiran yang sesuai dengan ajaran agama Allah. Menurut
Said Nursi ada lima pilar menuju surga. Yaitu persatuan hati, cinta bangsa,
pendidikan, memaksimalkan daya upaya manusia,dan menghentikan pemborosan dan pemubadziran.
(hal. 335-336)
Kembali pada tokoh Fahmi yang begitu ternyuh
ketika menapaki sejaha hidup Said Nursi. Dia merasa kesedihan yang dialaminya
tidak lebih menyedihkan daripada perjalan hidup tokoh Baiduzzaman itu. Dan siapa sangka dalam perjalanan menapaki
sejarah Baiduzzaman ini, ada sebuah kejadian yang tidak disangka-sangka. Fahmi
diculik bersama Asyel. Fahmi juga mendapat kejutan lainnya, Fahmi dibingungkan
tentang perasaannya sendiri. tentang Asyel, Emel dan Nuzula.
Lalu bagaimana kisah Fahmi selanjutnya.
Bagimana pula kelanjutan kisah
Baiduzzaman Said Nursi? Semua bisa ditemukan dalam buku ini.
Sebuah novel sejarah yang sarat makna. Diramu
dan diracik dengan sedimikian rupa sehingga memiliki kekuatan hebat untuk
melebur hati pembaca. Novel yang sangat menggugah jiwa. Mengajarkan banyak hal,
kesabaran, tidak pernah putus asa dan hanya kepada-Nya-lah tempat
bersandar. Untuk masalah settting, Kang
Abik pun sangat detail dalam penjabarannya. Banyak quote juga yang menggugah di sini, sehingga bisa
dijadikan pembelajaran dan perbaikan diri.
Hanya saja, novel ini sangat banyak sekali
typo yang bertebaran. Misalnya penulisan
nafas yang harusnya ditulis
napas. Tulisan ini bertebaran di setiap halaman. Lalu banyak juga kesalahan
dalam penulisan sapaan. Sapaan yang seharusnya ditulis besar, malah ditulis
kecil. Ada ketidak konsistenan dalam
penulisan saya dan aku.
Lepas dari itu semua, novel ini recomended
untuk dibaca. Karena banyak hal yang bisa kita pelajari dan petik dari kisah
Baiduzzaman Said Nursi juga pada kehidupan Fahmi. Semua itu termaktub dalam
quote-quote yang bertebaran di novel.
- “Keindahan sejarah itu tiada tandingannya. Karenanya salah satu muatan Al-Quran adalah sejarah Nabi dan umat terdahulu agar kita menyelami lautan hikmah dalam keindahan.” (hal. 9)
- “Jangan membeli rokok, mubadzir, membahayakan kesehatan.” (hal. 31)
- “Adapun pintu rezeki biarlah Allah yang mengaturnya.” (hal. 38)
- “Kenikmatan yang lebih mahal dari dunia seisinya, yaitu iman dan Islam.” (hal. 101)
- “Hawa nafsu selalu mengiming-ngimingi dengan kelezatan semu. Bersabarlah, jangan turuti hawa nafsu! Bersabar melawan hawa nafsu akan menyampaikan dirimu pada tujuan sucimu.” (hal. 107)
- “Cinta yang berakar dari kesucian selalu melahirkan keberhan.” (hal. 127)
- “Benar bahwa harta paling berharga bagi seorang lelaki beriman sesungguhnya adalah istri yang shalihah.” (hal. 155)
- “Jika Allah berkehendak, segala keajaiban bisa terjadi.” (hal. 183)
- “Bersabarlah, karena sabar itu selalu manis buahnya.” (hal. 184)
- “Agama adalah penerang hati, sedangkan ilmu pengetahuan peradaban adalah penerang akal.” (hal. 305)
- “Dengan ilmu pengatahuan dan teknologi, kita akan berjuang melawan kebodohan, kemiskinan dan perpecahan yang tak lain dan tak bukan adalah musuh utama dalam menegakkan kalimat Allah.” (hal. 352)
- “Manhaj persatuan ini adalah adalah cinta. Adapun musuhnya adalah kebodohan, kemiskinan dan kemunaifikan ...” (hal. 353)
- “Pengadilan itu sesungguhnya bukan untuk mencari dan memberikan keadilan, pengadilan itu sudah dirancang matang jauh-jauh hari untuk membersihkan sebuah sistem, demi mengganti dengan sistem yang baru. Itu pengadilan untuk memberangus sebuah mentalitas dan menggantinya dengan mentalitas baru yang tidak mengenal Islam.” (hal. 359)
- “Seharusnya pengadilan adalah tempat ditegakkannya keadilan, bukan kekejaman.” (hal. 365)
- Ada enam penyakit yang membuat kita terjebak di abad pertengahan, di saat orang-orang asing, khusunya Eropa, terbang menuju masa depan. Yaitu, mewabahnya keputusasaaan, matinya kejujuran dalam kehidupan sosial dan politik, suka kepada permusuhan, mengabaikan tali cahaya yang menyatukan sesama orang mukmin, penindasan yang menyebar seumpama penyakit menular, dan perhatian yang hanya tertuju pada kepentingan pribadi. (hal. 371)
- “Penyakit putus asa bisa disembuhkan dengan menghadirkan harapan.” (hal. 371)
Spesifikasi Buku
Judul : Api Tauhid
Judul : Api Tauhid
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Editor : Syahruddin El-Fikri
Penerbit : Republik Penerbit
Halaman : xxxvi + 588 hal.
Cetakan : VIII, April 2015
ISBN : 978-602-8997-95-9
Kalau nggak ditulis review dari mbke ttng baiduzzaman said nursi ini. Aku nggak akan tau sblumnya dia siapa.
ReplyDeleteHhhhee
Typonya bertbran d mna2 mbk.e hhheee
Lepas dri itu tulisan ini mnginspirasi sekali. :)
Ealah masih banyak bertebaran tah. Hadeh :3
DeleteNamanya memang tidak semendunia seperti Imam Al-Ghazali atau Syaekh Abdur Qadir Al-Jailani ^^.