Monday, 18 January 2016

[Review] Ketika Surga Tak Lagi Dirindukan


Masalah poligami selalu menjadi topik hangat dengan segala pro kontra yang ada. Namun ketika seorang laki-laki memilih poligami, apakah pilihan itu sepenuhnya salah laki-laki, atau ada alasan lain sehingga sebuah poligami itu menjadi pilihan? 

Novel ini menceritakan tentang Arini. Dia adalah gadis pecinta dongeng. Sejak kecil, hidup Arini memang seolah sempurna. Memiliki sahabat-sahabat yang selalu menemaninya, kakak laki-laki yang  perhatian. Serta kedua orangtua yang selalu mencurahkan kasih sayang padanya. Dan dongengnya semakin lengkap dengan kehadiran Pras yang menjadi suaminya. Arini pun ingin menyempurnakan kebahagian itu dengan berharap pernikahannya bisa langgeng.  Dia dan Pras akan selalu hidup rukun dan bahagia sampai akhir hayat memisahkan.

Namun sebuah telepon yang dia dengar di sebuah pagi, seketika merubuhkan dongeng indah yang selama ini Arini bangun. Dia ingat dengan jelas apa yang dikatakan perempuan itu. “Halo, Nyonya Prasetya di ini ....” (hal. 46) Kecewa, dan syok itulah yang Arini rasakan saat itu. Dia tidak menyangka Pras telah berpaling pada perempuan lain. Arini bingung bagaimana dia menghadapi kenyataan bahwa surga yang dibangunnya bersama dengan Pras. Karena setelah mendengar kabar itu, sudah tidak ada lagi surga yang diridukan. Haruskan dia bertahan atau melepas Pras?

Ada juga Mei Ros. Sejak kecil kehidupannya bisa dibilang selalu dalam kubangan kesakitan. Dia tidak memiliki teman. Hidup dengan tantenya yang tak pernah membiarkan Mei Rose istriahat sejenak. Belum lagi masalah percintaannya yang juga tidak berjalan mulus. Dia dipermainkan laki-laki yang menitipkan benih di rahimnya. Laki-laki itu pergi dan dia harus menanggung semuanya sendiri. Puncak keputusasaannya adalah di hari pernikahan yang sudah ditunggu-tunggunya, ternyata semua hanya tipuan, Luki, laki-laki yang mengatakan ingin menikahinya, ternyata tidak lebih dari seorang penipu. Laki-laki itu hanya ingin menguras tabungan dan mempermalukannya di depan umum. (hal. 169)

Pras dikenal sebagai laki-laki setia yang memiliki empati tinggi. Dia selalu tidak tahan jika ada orang di depannya kesusahan. Dia selalu ingin membantu sebisanya. Namun, siapa sangka sikapnya itu malah membuatnya terjebak pada pilihan sulit. Pras berjanji menikahi seorang perempuan yang akan bunuh diri di depannya.

Dan pilihan itu harus dibayar dengan harga yang sangat mahal. Keutuhan rumah tangganya menjadi taruhan. Sepandai-pandainya tupai melompat pasti jatuh juga. Pras memang sedang mencari waktu yang tepat untuk menceritakan semua yang telah dilakukan pada Arini. Tapi ternyata Pras tidak cukup memiliki keberanian untuk jujur. Hinga pada suatu hari yang tidak terduga. Arini melihat Pras tengah bersama Mei Rose. (hal. 225) Selanjutnya bisa langsung dibaca sendiri dalam novel ini. Siapa yang pada akhirnya dipilih Pras.

Sebuah novel yang membuat sisi kewanitaan saya bergejolak. Apalagi kalau bukan masalah poligami. Novel ini sejatinya pun sudah difilm kan. Namun, dari sisi pengamatan saya, ada banyak perbedaan yang ada anatara novel dan film. Tapi meski berbeda, buku ini tetap recomended untuk dibaca.

Membaca ini saya seperti berada di sebuah labirin yang membuat saya bingung untuk keluar.  Saya tidak habis pikir dengan pilihan Pras yang memilih menikahi Mei Rose hanya karena rasa kemanusiaan. Apakah menolong itu harus sampai mengorbankan rumah tangganya sendiri? Duch. Tidak habis pikir sama sekali. Meski saya tahu poligami memang diperbolehkan, tapi ..., apakah hal itu bisa langsung dilakukan seketika itu juga tanpa pikir panjang. Berpikir mampukah saya berbuat adil? Bagaimana pendapat istri saya?

Memang jika dilihat dari segi fiqih, laki-laki menikah lagi tanpa meminta persetujuan perempuan itu sah. Boleh saja. Tapi menilik dari segi Kompilasi hukum Islam di Indonesia, setidaknya ada beberapa alasan laki-laki boleh berpoligami. Yaitu;   istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri, istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan istri tidak dapat melahirkan keturunan.

Selain itu, alasan untuk menikah lagi pun harus jelas, Kompilasi Hukum Islam juga memberikan syarat lain untuk memperoleh izin Pengadilan Agama. Syarat-syarat tersebut juga merujuk pada Pasal 5 UU Perkawinan, yaitu: (Pasal 58 KHI) adanya persetujuan istri; adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka. 

Nah dalam novel ini sayangnya tidak ada hal-hal semacam itu. Seolah bagi laki-laki begitu mudahnya langsung menentukan menikah lagi. Dan parahnya tanpa memberi tahu istri pertama.

Kelebihan novel ini adalah gaya bercerita yang menarik dengan memakai sudut pandang dari masing-masing tokoh antara Arini dan Mei Rose. Menjadi kelebihan sendiri. Apalagi diceritakan dengan bahasa yang mudah dicerna dan dinikmati. Serta mampu mengajak pembaca ikut terjebak pada perasaan tokoh novel. Adanya quote-quote di setiap pergantian bab juga menjadi nilai lebih sendiri.
Lepas dari semua itu, novel ini tetap asyik dibaca dan memberikan banyak pesan moral yang bisa kita ambil.  Kita  bisa belajar tentang masalah poligami lewat sebuah novel. Dalam novel ini akan ada percakapan para laki-laki dalam memandang masalah poligami. Ada juga pendapat wanita ketika mereka dipoligami.

Spesifikasi Buku


Judul               : Surga yang tak Dirindukan
Penulis             : Asama Nadia
Editor              : The Nita, Diyan Sudihardjo
Penerbit           :  Asma Nadia Publishing
Cetakan           :  Tujuh, Desember 2014
Halaman          : xii + 308 halaman
ISBN               : 978-602-9055-21-4

4 comments:

  1. Replies
    1. Memang harus Mbak. Banyak manfaat yang bisa diambil dari buku itu. ^^

      Delete
  2. Alhamdulillahh aku udh pernah baca hingga beberapa bab tapi versi pdfnya mbke.

    Mski ga smpe hbis bcanya hhhe

    Keren lagi ini utk sudut pandngnya ya mbk.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya cuma masih agak nggak sreg sama cara poligaminya hhehh

      Delete