Masalah poligami selalu menjadi topik hangat
dengan segala pro kontra yang ada. Namun ketika seorang laki-laki memilih
poligami, apakah pilihan itu sepenuhnya salah laki-laki, atau ada alasan lain
sehingga sebuah poligami itu menjadi pilihan?
Novel ini menceritakan tentang Arini. Dia adalah
gadis pecinta dongeng. Sejak kecil, hidup Arini memang seolah sempurna. Memiliki
sahabat-sahabat yang selalu menemaninya, kakak laki-laki yang perhatian. Serta kedua orangtua yang selalu
mencurahkan kasih sayang padanya. Dan dongengnya semakin lengkap dengan
kehadiran Pras yang menjadi suaminya. Arini pun ingin menyempurnakan kebahagian
itu dengan berharap pernikahannya bisa langgeng. Dia dan Pras akan selalu hidup rukun dan
bahagia sampai akhir hayat memisahkan.
Namun sebuah telepon yang dia dengar di sebuah
pagi, seketika merubuhkan dongeng indah yang selama ini Arini bangun. Dia ingat
dengan jelas apa yang dikatakan perempuan itu. “Halo, Nyonya Prasetya di ini
....” (hal. 46) Kecewa, dan syok itulah yang Arini rasakan saat itu. Dia tidak
menyangka Pras telah berpaling pada perempuan lain. Arini bingung bagaimana dia
menghadapi kenyataan bahwa surga yang dibangunnya bersama dengan Pras. Karena
setelah mendengar kabar itu, sudah tidak ada lagi surga yang diridukan. Haruskan
dia bertahan atau melepas Pras?
Ada juga Mei Ros. Sejak kecil kehidupannya
bisa dibilang selalu dalam kubangan kesakitan. Dia tidak memiliki teman. Hidup dengan
tantenya yang tak pernah membiarkan Mei Rose istriahat sejenak. Belum lagi
masalah percintaannya yang juga tidak berjalan mulus. Dia dipermainkan laki-laki
yang menitipkan benih di rahimnya. Laki-laki itu pergi dan dia harus menanggung
semuanya sendiri. Puncak keputusasaannya adalah di hari pernikahan yang sudah
ditunggu-tunggunya, ternyata semua hanya tipuan, Luki, laki-laki yang
mengatakan ingin menikahinya, ternyata tidak lebih dari seorang penipu. Laki-laki
itu hanya ingin menguras tabungan dan mempermalukannya di depan umum. (hal.
169)
Pras dikenal sebagai laki-laki setia yang
memiliki empati tinggi. Dia selalu tidak tahan jika ada orang di depannya
kesusahan. Dia selalu ingin membantu sebisanya. Namun, siapa sangka sikapnya
itu malah membuatnya terjebak pada pilihan sulit. Pras berjanji menikahi
seorang perempuan yang akan bunuh diri di depannya.
Dan pilihan itu harus dibayar dengan harga
yang sangat mahal. Keutuhan rumah tangganya menjadi taruhan. Sepandai-pandainya
tupai melompat pasti jatuh juga. Pras memang sedang mencari waktu yang tepat
untuk menceritakan semua yang telah dilakukan pada Arini. Tapi ternyata Pras
tidak cukup memiliki keberanian untuk jujur. Hinga pada suatu hari yang tidak
terduga. Arini melihat Pras tengah bersama Mei Rose. (hal. 225) Selanjutnya
bisa langsung dibaca sendiri dalam novel ini. Siapa yang pada akhirnya dipilih
Pras.
Sebuah novel yang membuat sisi kewanitaan saya
bergejolak. Apalagi kalau bukan masalah poligami. Novel ini sejatinya pun sudah
difilm kan. Namun, dari sisi pengamatan saya, ada banyak perbedaan yang ada
anatara novel dan film. Tapi meski berbeda, buku ini tetap recomended untuk
dibaca.
Membaca ini saya seperti berada di sebuah
labirin yang membuat saya bingung untuk keluar. Saya tidak habis pikir dengan pilihan Pras
yang memilih menikahi Mei Rose hanya karena rasa kemanusiaan. Apakah menolong
itu harus sampai mengorbankan rumah tangganya sendiri? Duch. Tidak habis pikir sama
sekali. Meski saya tahu poligami memang diperbolehkan, tapi ..., apakah hal itu
bisa langsung dilakukan seketika itu juga tanpa pikir panjang. Berpikir mampukah
saya berbuat adil? Bagaimana pendapat istri saya?
Memang jika dilihat dari segi fiqih, laki-laki
menikah lagi tanpa meminta persetujuan perempuan itu sah. Boleh saja. Tapi
menilik dari segi Kompilasi hukum Islam di Indonesia, setidaknya ada beberapa
alasan laki-laki boleh berpoligami. Yaitu; istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri, istri mendapat cacat badan atau penyakit yang
tidak dapat disembuhkan dan istri tidak dapat
melahirkan keturunan.
Selain itu, alasan untuk menikah lagi pun harus jelas, Kompilasi Hukum Islam juga
memberikan syarat lain untuk memperoleh izin Pengadilan Agama. Syarat-syarat
tersebut juga merujuk pada Pasal 5 UU Perkawinan, yaitu: (Pasal 58 KHI) adanya persetujuan istri; adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka.
Nah dalam novel ini
sayangnya tidak ada hal-hal semacam itu. Seolah bagi laki-laki begitu mudahnya
langsung menentukan menikah lagi. Dan parahnya tanpa memberi tahu istri
pertama.
Kelebihan novel ini adalah
gaya bercerita yang menarik dengan memakai sudut pandang dari masing-masing
tokoh antara Arini dan Mei Rose. Menjadi kelebihan sendiri. Apalagi diceritakan
dengan bahasa yang mudah dicerna dan dinikmati. Serta mampu mengajak pembaca
ikut terjebak pada perasaan tokoh novel. Adanya quote-quote di setiap
pergantian bab juga menjadi nilai lebih sendiri.
Lepas dari semua itu, novel
ini tetap asyik dibaca dan memberikan banyak pesan moral yang bisa kita ambil. Kita bisa belajar tentang masalah poligami lewat
sebuah novel. Dalam novel ini akan ada percakapan para laki-laki dalam memandang masalah poligami. Ada juga pendapat wanita ketika mereka dipoligami.
Spesifikasi Buku
Judul : Surga yang tak Dirindukan
Penulis : Asama Nadia
Editor : The Nita, Diyan Sudihardjo
Penerbit : Asma Nadia Publishing
Cetakan : Tujuh, Desember 2014
Halaman : xii + 308 halaman
ISBN : 978-602-9055-21-4
Kayanya masuk list belanjaan :)
ReplyDeleteMemang harus Mbak. Banyak manfaat yang bisa diambil dari buku itu. ^^
DeleteAlhamdulillahh aku udh pernah baca hingga beberapa bab tapi versi pdfnya mbke.
ReplyDeleteMski ga smpe hbis bcanya hhhe
Keren lagi ini utk sudut pandngnya ya mbk.
Iya cuma masih agak nggak sreg sama cara poligaminya hhehh
Delete