Blurb
“Mbesok yen wis tekaning patikoe,
donjo brono iki separo dibagi adil kanggo anak poetoekoe, separo kanggo anak
poetoekoe sing ndoewe tondho toh poetih sing ono woeloene. Anak poetoekoe koewi
sing biso ngresiki donjo brono iki lan dosa-dosakoe.”
Tanda lahir berupa toh putih
berbulu di punggung Jaka menyeretnya ke dalam sungai takdir yang tak
disangka-sangkanya. Kelahirannya sudah diramalkan oleh sesosok genderuwo yang
pernah mengawini neneknya. Perkawinan demi
pesugihan yang melahirkan sesosok dalbo penghuni lereng Merapi. Hanya Jaka yang
mampu membersihkan harta pesugihan akibat perjanjian leluhurnya. Dan Jaka pula
yang berhak mewarisi separuh harta itu. Tetapi, ada pihak lain yang iri
kepadanya dan berusaha menggagalkan pewarisan itu dengan segala cara.
Wuni adalah sebuah kisah berdasarkan pengalaman nyata sang
penulis yang berupaya mengabadikan sekeping legenda tanah Jawa yang bersungkup
rahasia.
~*~
Novel ini
menceritakan tentang keluarga besar Seontoro. Dia terkenal sebagai keluarga
paling kaya di desa Wuni, sebuah desa yang berjarak sekitar 25 Km ke arah Barat
laut Klaten. Kekayannya melimpah ruah. Dia memiliki tiga istri, yaitu Sumi, Darmi
dan Suminah. Ketika meninggal dia mewariskan tanah pertanian dan perkebunan
seluas hampir dua ratus hektar di beberapa desa. Seratus dua puluh hektar yang
sudah dibagikan pada anak-anaknya dan sekitar delapan puluh hektar masih
dikelola istrinya. (hal. 8) Namun selain itu ternyata dia juga
meninggalkan sebuah wasiat yang tidak terduga.
Jaka adalah
salah satu cucu dari Seontoro dari istri keduanya. Mulanya hidup Jaka
damai-damai saja. Namun, telepon dari Pakdenya yang bernama Sunar, ternyata
membawa Jaka pada sebuah kehidupan paru yang tidak pernah dia sangka
sebelumnya. Ternyata wasiat yang ditinggalkan kakeknya itu berhubungan dengan
dirinya. Sang kakek mewasiatkan agar mewariskan semua harta yang dimiliki
kepada anak atau cucunya yang memiliki toh putih. (hal. 40) Karena seseorang
yang memiliki toh putih atau tanda putih itu diramalkan akan bisa membersihkan
harta yang dimiliki kakeknya.
Belum lepas
kekagetan Jaka tentang masalah warisan, dia bertambah terkejut ketika
mengetahui bahwa harta yang dimiliki kakeknya ternyata adalah harta yang
didapat karena penjanjian dengan makhluk gaib. Kakeknya menyerahkan Sumi
istrinya untuk kawin dengan Jin—gendewuro. (hal. 43) Namun,
sebelum meninggal kakeknya sadar bahwa perbuatan itu salah dan ingin salah satu
anak atau cucunya membersihkan harta itu. Dan orang yang bisa melakukan itu
adalah anak yang memiliki toh putih, seperti yang pernah dikatakan genderuwo
sendiri.
Jaka sungguh
tidak menyangka dengan keadaan yang begitu tiba-tiba. Padahal sebelumnya dia
sudah memiliki rencana sendiri setelah lulus dari IPB. Namun, takdir ternyata berkata lain. Selain berurusan dengan masalah warisan, Jaka
juga dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa ada salah satu keluarga yang tidak
ingin dia menerima warisan itu. Dan orang itu berusaha merencakan sesuatu untuk
mencelakakan Jaka dengan cara apapun.
Orang itu
menculik Jaka dan hampir mencelakakannya, namun sosok yang tidak pernah ada di
bayangan Jaka datang membantunya. Sosok yang mirip monyet, mengingatkan Jaka
pada sosok Anoman. Seluruh tubuh bagian dada hingga lengan ditumbuhi bulu lebat
berwarna ungu. Sosok itu mengaku masih saudara dari Jaka dan bernama Slamet.
(hal.231) Seketika Jaka ingat Pakdenya pernah bercerita bahwa neneknya Sumi
pernah melahirkan dalbo, anak genderuwo. Ternyata sosok itu memang benar-benar
ada. Tapi kenapa dalbo itu menolong Jaka dan kenapa dalbo bisa lahir? Kelanjutannya
bisa langsung membaca sendiri untuk mengatahui berhasilkan Jaka mensucikan
harta seperti yang diwariskan kakeknya dan alasan apa dalbo menolongnya. Serta siapa
di balik penculikan Jaka dan kelahiran dalbo.
Sebuah novel
yang sejak awal sudah menggelitik saya untuk membacanya. Apalagi membahas
tentang misteri dalbo dan saya suka
cerita yang berbau mistis. Dan kebetulan saya memang sedang memikirkan tentang
apakah benar ada kejadian manusia melahirkan anak genderuwo? Dan dalam buku ini
saya menemukan jawabannya. Ah, sungguh tidak menyangka. Kejadian ini
benar-benar terjadi.
Dan novel ini
selain berbau mistis ada juga selipan tentang kisah percintaan anatara Jaka,
Euis, temannya sewaktu di Bogor dan Sukesi yang masih sepupunya. Mereka memiliki
peran yang cukup kuat dalam novel ini. Padahal saya pikir hanya sebagai pemanis
saja.
Pemilihan tema
tentang legenda tanah Jawa menjadi unsur
menarik dari novel ini. Membuat penasaran. Cerita dikemas dengan bahasa ringan
dan mudah dicerna. Settingnya sangat detail dan pilihan cover yang saya rasa
cukup membuat penasaran, karena ditampilkan dengan suasan gelap dan mencekap. Merah
dan hitam adalah perpaduan warna yang menunjukkan kekuatan dan mistis.
Hanya saja
ada beberapa kalimat yang agak mengganggu dan diulang-ulang. Tapi keseluruhannya buku
ini recomended untuk dibaca. Cerita ini membuat saya belajar lagi tentang
bahasa Jawa. Mungkin beberapa kalimat di sana tidak asing namun ada juga yang
memang belum pernah saya ketahui. Dari novel ini mengingatkan pada saya bahwa sudah sepantasnya hanya pada Allah-lah
seharusnyanya kita meminta. Berserah diri.
Memohon petunjuk, kelapangan rezeki dan pengampunan. Dan harta itu kadangkala memang sebuah
anugerah, namun kadang harta pun bisa mejadi bencana, memecah kekeluargaan.
Judul : Wuni
Penulis : Ersta Andantino
Penyunting : Joni Sujono
Penerbit : Javanica—PT Kaurama Buana Antara
Cetakan : Pertama, November 2015
Halaman : 332 hlm.
ISBN : 978-979-16110-5-3
Harga : Rp 75.000,00
Amboiii dibikin penasaran sama mbak Ratna [Lagi-lagi]
ReplyDeleteSungguh tega dikau mbak... padahal aku sudah khusyuk sekali bacanya.
Eh lagi2 dibikin penasarann...
Gimana si Jaka selanjutnya? Dan dan dan masih banyak lagi questionnyyyaaa :3
Aduh, tega nggak tega, eh. sok atuh beli bukunya keren ^^ nanti bisa tahu kelanjutan nasib Jaka ^^
Delete