Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 26 Februari 2017
Judul : Closed Casket
Penulis : Shophie Hannah
Penerjemah : Lulu Wijaya
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Pertama, 1 September 2016
Tebal : 448 hlm
ISBN :
978-602-03-3385-4
Peresensi : Ratnani Latifah
Bagi penikmat novel detektif misteri,
pasti tidak akan asing dengan nama Hercule Poirot. Salah satu tokoh detektif
karya Agatha Christie yang memiliki sifat eksentrik dan unik dalam setiap kali
memecahkan kasus-kasus yang dihadapi. Di mana Poirot lebih mengedepankan
pendekatan psikologis, menganalisis sifat dan karakter orang-orang yang
terlibat dalam kasus untuk mencari pelaku yang sebenarnya.
Sophie Hannah mencoba menuliskan
kembali tokoh gubahan penulis fiksi kriminal asal Inggris dengan cerita yang
tidak kalah seru dan memikat. Di sini kisah terpusat pada seorang penulis
misteri anak yang paling dicintai, bernama
Lady Athelinda Playford. Di mana Lady Playford entah dengan maksud apa
mengundang Hercule Poirot, detektif asal Belgia dan Inspektur Erdward Catchpool
dari Scotland Yard (hal 40). Seolah sang
Lady seperti sengaja menunggu sebuah pembunuhan terjadi di rumahnya.
Dan sebagaimana yang sering terjadi,
ketika terlibat dengan aksi Poirot, kita harus bersiap-siap dengan deretan
nama-nama yang cukup banyak untuk diingat. Di sini setidaknya ada delapan tokoh
yang memiliki andil cukup besar dalam kisah ini. Sebut saja putranya—Harry Viscount Playford
dan istrinya Doroty. Lalu
putrinya—Claudia Playford dan tunangannya Dr. Randall Kimpton. Ada juga Michael Gathercole
dan Orville Rolfe—pengacara Lady Plaford. Terakhir Joseph
Scotcher—sekretarisnya, lalu perawatnya Shopie Bourlet.
Kisah dimulai dengan pengumuman
rencana besar yang dibuat Lady Playford. “Berdasarkan ketentuan surat
wasiatku yang baru—yang disusun tadi dan disaksikan oleh Michael gathercole dan
Hotton—seluruh harta milikku akan diwariskan kepada Joseph Scotcher.” (hal
82). Entah dengan alasan apa sehingga
dia melimpahkan semua harta kekayaannya kepada Joseph, sekretaris yang konon
katanya tidak akan hidup lama lagi. Berita ini tentu saja cukup membuat semua
orang tercengang bahkan marah—tidak terima dengan isi wasiat tersebut. Namun
mereka menyadari, apa yang sudah diputuskan Lady Playford tidak bisa ditarik
lagi.
Pasca makan malam, mereka pun segara
kembali ke tempat masing-masing. Kecuali Poirot dan Edward yang memutuskan
jalan-jalan di kebun dulu sebelum ke kamar. Siapa sangka saat mereka sedang
membahas alasan Lady Playford mengundang mereka dan juga masalah wasiat, mereka
mendengar suara isakan tangis dan
kemudian berganti suara mendesis-desis (hal 105).
Dengan bergegas Edward mencari tahu
asal suara itu, dan mulai mengecek siapa saja orang yang tidak berada di kamar,
sebagaimana intruksi Poirot. Yang mana diketahui saat itu yang tidak berada di
kamar adalah Shopie dan Michael. Dan tidak lama kemudian sebuah teriakan
terdengar yang ternyata berasal dari suara Shopie yang melihat Joseph dalam
keadaan terbunuh dengan keadaan yang mengenaskah. Lalu detik itu juga Shopie
menuduh Claudia sebagai pembunuhnya (hal
156).
Di sinilah akhirnya Poirot mulai
beraksi, untuk mencari pembunuh yang sebenarnya. Dia mulai memikirkan kembali
tiap-tiap benang merah kejadian yang ada di rumah Lady Plaford. Dia mencoba
mempelajari kisah hidup dan masa lalu orang-orang yang tinggal di rumah mewah
itu. Mungkin dari sana ada keterkaitan siapa yang memiliki alasan kuat membunuh
Joseph, atau pembunuhan itu terjadi hanya karena masalah wasiat yang dengan
terbunuhnya laki-laki itu, maka wasiat lama bisa berlaku lagi, sebagaimana yang
pernah diterangkan Michael.
Sebuah novel yang memikat dan
menarik. Kisah dipaparkan dengan gaya bahasa yang lues dan renyah.
Terjemahannya tidak rumit sehingga mudah dipahami. Alurnya pun menarik, penuh
kejutan di sana-sini. Penulis pandai membuat pembaca terus membalik halaman
selanjutknya hingga cerita berakhir. Dan pemilihan sudut pandang pertama dari
Edward membuat novel ini terasa unik.
Hanya saja pada beberapa bagian,
masih ditemukan beberapa kesalahan tulis dan ada bagian di mana saya akhirnya
bisa menebak dengan benar siapa pembunuh yang sebenarnya. Tapi lepas dari
kekurangannya, novel ini sangat asyik untuk dinikmati. Dari novel ini saya bisa
mengambil pelajaran, bahwa memelihara dendam hanya akan merugikan diri sendiri.
Selain itu di sini kita diingatakan untuk menjadi seorang yang cermat. “Tindakan
tanpa fondasi yang tepat akan menghasilkan bencana.” (hal 307).
Srobyong,
20 Februari 2017
Entah alam sedang bersekongkol atau tidak, tapi akhir-akhir ini banyak sekali saya membaca review buku misteri. Dan bikin iri aja ingin ikutan baca.
ReplyDeleteBerarti memang pertanda buat baca novel misteri, hehh. Baca aja seru, lho, jadi serasa ikut petualangan memecahkan kasus, hehh
Delete