Dimuat di Koran Pantura, Selasa 31 Januari 2017
Judul : Starlight
Penulis : Dya Ragil
Editor : Abduraafi Andrian
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama, April 2016
Halaman : 264 hlm
ISBN : 978-602-03-2753-2
Peresensi :
Ratnani Latifah (Penikmat buku dan penyuka literasi. Alumni Universitas Islam
Nahdlatul Ulama Jepara)
Starlight adalah sebuah
novel yang mencoba mengingatkan
bahwa setiap anak tidak boleh dibeda-bedakan dan berhak bermimpi dan berjuang dengan sekuat tenaga
untuk mencapai harapan yang disukai. Selayaknya
teori Big Bang atau teori asal-usul alam semesta. Di mana itu berarti,
setiap orang punya potensi. Jika mau berusaha, meski berasal dari nol bisa meledak menjadi hebat. (hal. 10-11)
Novel ini
menceritakan tentang Wulan yang sangat menyukai bintang dan bermimpi ingin
menjadi astronom. Karena memang sejak
kecil, ayahnya sudah mengenalkan Wulan
dengan bintang. Memberitahunya tentang teori Big Bang, mengenalkan Proxima
Centauri, bintang yang paling dekat dengan bumi setelah matahari, atau
tentang Sirius—bintang kembar dan Pleiades—kumpulan ratusan,
mungkin ribuan bintang. Namun sang ayah tidak terlalu peduli dengan impiannya dan
malah lebih mendukung saudara kembarnya—Lintang untuk menyukai astronomi.
Suatu hari di
sekolah diadakan seleksi olimpiade sains, di mana salah satu pilihannya adalah
bidang astronomi. Tentu saja dia sangat girang.
Karena tahun lalu perwakilan dipilih langsung melalui nilai rapor. Di
mana dia tak mungkin terpilih, karena bisa dibilang dia bukanlah murid yang
cukup berprestasi. Tapi berbeda dengan seleksi, dia masih punya kesempatan.
(hal. 50)
Tiba-tiba Wulan
teringat saudara kembarnya. Jika nanti
Lintang tahu tentang seleksi olimpiade ini, sudah pasti ayah mereka akan
memaksa Lintang ikut ambil bagian astronomi, meski anak itu tidak akan setuju. Karena
ayah mereka sangat yakin, Lintang mampu bersaing untuk lolos dalam olimpiade
nasional dengan kecerdasan yang dimiliki. Berbeda dengan Wulan yang hanya memiliki
kecerdasan pas-pas-an.
Selain Lintang
yang menjadi saingannya, ada juga Bagas
dan Nindi, siswa yang tidak kalah cerdas dengan saudara kembarnya itu. Untungnya, pada seleksi awal itu, Wulan bisa
lolos, meski dia harus marah mengingat ulah kembarannya yang tidak serius dalam
seleksi itu. (hal. 102)
Namun olimpiade
harus tetap berjalan. Apalagi sekarang Wulan punya dua misi. Harapan tentang
impiannya sendiri, menekuni bidang astromoni, juga sebuah harapan bisa menunjukkan kemampuannya agar ayahnya
bisa bangga pada dirinya, bukan hanya bangga pada kepandaian Lintang.
Bersama Bagas
dan Nindi, Wulan dibimbing Pak Hadi
untuk sampai di seleksi tingkat
kabupaten. Mereka berlajar dengan sangat
tekun meski sesekali ada masalah yang kadang membuyarkan konsentrasi. Salah
satunya tentang pertengkaran Teguh dengan Lintang, juga ketidakharmonisan
hubungan antara dirinya, Bagas dan Nindi.
Dan betapa
kagetnya Wulan ketika melihat pengumuman siapa saja yang lolos dalam seleksi
olimpiade sains tingkat kabupaten—dua di antaranya dari bidang astronomi. (hal.
163) Padahal dia sudah menyiapkan diri jika memang gagal. Namun ternyata Tuhan
berkehendak lain, dia lolos.
Impian Wulan
pun terasa semakin dekat. Dia sudah belajar sungguh-sungguh untuk menyongsong
olimpiade sains tingkat provinsi. Tapi wajah gadis itu malah terlihat mendung.
Ternyata setelah diusut, kemurungannya terjadi karena ucapan sang ayah. Ayahnya
bilang, “Kalau gagal di olimpiade, jangan merasa terbebani.” (hal. 181)
Ucapan itu seolah menunjukkan dia tidak diharapkan ayahnya menang. Dan pasti akan berbeda jika Lintang yang
ikut, ayahnya pasti akan memberi semangat. “Semangat kamu pasti bisa.”
Melupakan
kesedihan itu, Wulan tetap melakukan yang terbaik. Entah bagaimana kelanjutan
usaha Wulan. Apakah nantinya dia bisa memperoleh pengakuan dari sang ayah dan
lolos dari olimpiade astronomi apa tidak.
Selain membahas
tentang usaha Wulan yang ingin mendapat pengakuan sang ayah, olimpiade
atronomi, novel ini juga menceritakan tentang arti persahabatan juga cinta.
Penulis meramunya dengan sangat baik dan dengan porsi yang pas. Novel yang
sarat makna, mengajarkan tentang keluarga, khususnya orangtua yang seharusnya
tidak boleh pilih kasih, lalu tentang semangat dalam mengejar impian juga ada
bumbu persahabatan dan cinta. Diceritakan dengan gaya bahasa yang renyah,
sehingga membuat kisah ini mudah dinikmati. Dan tidak ketinggalan, pengetahuan
tentang ilmu astronomi juga banyak bertebaran dalam buku ini.
Srobyong, 9
Juni 2016
No comments:
Post a Comment