Friday, 17 February 2017

[Resensi] Mencari Pengakuan Lewat Olimpiade Sains Astronomi

Dimuat di Koran Pantura, Selasa 31 Januari 2017

Judul               : Starlight
Penulis             : Dya Ragil
Editor              : Abduraafi Andrian
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan           : Pertama, April 2016
Halaman          : 264 hlm
ISBN               : 978-602-03-2753-2
Peresensi         : Ratnani Latifah (Penikmat buku dan penyuka literasi. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara)


Starlight adalah sebuah  novel yang  mencoba mengingatkan bahwa setiap anak tidak boleh dibeda-bedakan dan  berhak bermimpi dan berjuang dengan sekuat tenaga untuk mencapai harapan yang disukai. Selayaknya teori Big Bang atau teori asal-usul alam semesta. Di mana itu berarti, setiap orang punya potensi. Jika mau berusaha, meski berasal dari  nol bisa meledak menjadi hebat.  (hal. 10-11)

Novel ini menceritakan tentang Wulan yang sangat menyukai bintang dan bermimpi ingin menjadi astronom.  Karena memang sejak kecil, ayahnya  sudah mengenalkan Wulan dengan bintang. Memberitahunya tentang teori Big Bang, mengenalkan Proxima Centauri, bintang yang paling dekat dengan bumi setelah matahari, atau tentang Sirius—bintang kembar dan Pleiades—kumpulan ratusan, mungkin ribuan bintang. Namun sang ayah tidak terlalu peduli dengan impiannya dan malah lebih mendukung saudara kembarnya—Lintang untuk menyukai astronomi.

Suatu hari di sekolah diadakan seleksi olimpiade sains, di mana salah satu pilihannya adalah bidang astronomi. Tentu saja dia sangat girang.  Karena tahun lalu perwakilan dipilih langsung melalui nilai rapor. Di mana dia tak mungkin terpilih, karena bisa dibilang dia bukanlah murid yang cukup berprestasi. Tapi berbeda dengan seleksi, dia masih punya kesempatan. (hal. 50)

Tiba-tiba Wulan teringat saudara kembarnya.  Jika nanti Lintang tahu tentang seleksi olimpiade ini, sudah pasti ayah mereka akan memaksa Lintang ikut ambil bagian astronomi, meski anak itu tidak akan setuju. Karena ayah mereka sangat yakin, Lintang mampu bersaing untuk lolos dalam olimpiade nasional dengan kecerdasan yang dimiliki.  Berbeda dengan Wulan yang hanya memiliki kecerdasan pas-pas-an.

Selain Lintang yang menjadi saingannya,  ada juga Bagas dan Nindi, siswa yang tidak kalah cerdas dengan saudara kembarnya itu.   Untungnya, pada seleksi awal itu, Wulan bisa lolos, meski dia harus marah mengingat ulah kembarannya yang tidak serius dalam seleksi itu. (hal. 102)

Namun olimpiade harus tetap berjalan. Apalagi sekarang Wulan punya dua misi. Harapan tentang impiannya sendiri, menekuni bidang astromoni, juga sebuah harapan  bisa menunjukkan kemampuannya agar ayahnya bisa bangga pada dirinya, bukan hanya bangga pada kepandaian Lintang.

Bersama Bagas dan Nindi, Wulan dibimbing  Pak Hadi untuk  sampai di seleksi tingkat kabupaten.  Mereka berlajar dengan sangat tekun meski sesekali ada masalah yang kadang membuyarkan konsentrasi. Salah satunya tentang pertengkaran Teguh dengan Lintang, juga ketidakharmonisan hubungan antara dirinya, Bagas dan Nindi.

Dan betapa kagetnya Wulan ketika melihat pengumuman siapa saja yang lolos dalam seleksi olimpiade sains tingkat kabupaten—dua di antaranya dari bidang astronomi. (hal. 163) Padahal dia sudah menyiapkan diri jika memang gagal. Namun ternyata Tuhan berkehendak lain, dia lolos.

Impian Wulan pun terasa semakin dekat. Dia sudah belajar sungguh-sungguh untuk menyongsong olimpiade sains tingkat provinsi. Tapi wajah gadis itu malah terlihat mendung. Ternyata setelah diusut, kemurungannya terjadi karena ucapan sang ayah. Ayahnya bilang, “Kalau gagal di olimpiade, jangan merasa terbebani.” (hal. 181) Ucapan itu seolah menunjukkan dia tidak diharapkan ayahnya menang.  Dan pasti akan berbeda jika Lintang yang ikut, ayahnya pasti akan memberi semangat. “Semangat kamu pasti bisa.”

Melupakan kesedihan itu, Wulan tetap melakukan yang terbaik. Entah bagaimana kelanjutan usaha Wulan. Apakah nantinya dia bisa memperoleh pengakuan dari sang ayah dan lolos dari olimpiade astronomi apa tidak.

Selain membahas tentang usaha Wulan yang ingin mendapat pengakuan sang ayah, olimpiade atronomi, novel ini juga menceritakan tentang arti persahabatan juga cinta. Penulis meramunya dengan sangat baik dan dengan porsi yang pas. Novel yang sarat makna, mengajarkan tentang keluarga, khususnya orangtua yang seharusnya tidak boleh pilih kasih, lalu tentang semangat dalam mengejar impian juga ada bumbu persahabatan dan cinta. Diceritakan dengan gaya bahasa yang renyah, sehingga membuat kisah ini mudah dinikmati. Dan tidak ketinggalan, pengetahuan tentang ilmu astronomi juga banyak bertebaran dalam buku ini.

Srobyong, 9 Juni 2016 

No comments:

Post a Comment