Thursday, 10 December 2015

[Review] Cinta Suci di Madinah


Judul Buku                  : 77 Cahaya Cinta di Madinah
Penulis                        Penulis                         : Ummu Rumaisha
Penerbit                       : Al-Qudwah Publishing
Cetakan,                      : 1, 2015
ISBN                           : 978-602-317-023-4
Harga                          : Rp. 49.000,-
Halaman                      : vii+256 halaman

Umat terdahulu adalah suri tauladan yang seharusnya kita contoh—mengidolakan kelebihan-kelebihan yang dimiliki mereka—khususnya para sahabat. Tidak dipungkiri saat ini rasa cinta terhadap sahabat-sahabat nabi mulai tergeser karena kita lebih suka mengidolakn selebritis. Selebritis terlihat lebih hebat. Kita melupakan kehebatan pada sahabat yang rela menjadi syuhada demi kemakmuran Islam. Dengan adanya buku ini penulis memaparkan harapannya agar orang-orang saat ini mulai mencoba meneladani kisah sahabat.

Buku ini akan membahas tentang kisah-kisah sahabat berdasarkan kisah nyata. Kisah yang jika kita membacanya akan membuat kita tahu tentang nikmat cinta yang paling tinggi. Cinta yang  membuat tidak bisa berpaling, ketika sudah mengetahui nikmat cinta suci.  Cinta itu akan membuat dampak ingin selalu berada didekat-Nya. Setiap detik setiap waktu. Bahkan siap mengorbankan jiwa jika memang itu perlu. Begitulah yang dirasakan para sahabat Nabi Muhammad saw. di Madinah. Ketika cinta yang dimiliki hanya disandarkan pada Allah, maka apa pun yang dilakukan itu murni untuk mengharapkan ridha-Nya.  Kecintaan yang berlimpah itu menjadikan Madinah layaknya kota suci yang disinari cahaya terang.

Cinta yang begitu dahsyat itu  terangkum dalam buku 77 Cahaya Cinta di Madinah. Buku ini memaparkan kisah-kisah para pecinta yang luar biasa. Selain memaparkan cinta kepada Allah juga mengisahkan cinta pada sesama manusia dan Rasul. Keikhlasan dan keberanian yang dimiliki sungguh patut diteladani.

Seperti kisah cinta Zainab dan Abu al-Ash bin Rabi’. (hal. 9) Mereka adalah pasangan suami istri yang saling mencintai. Namun setelah kenabian Nabi Muhammad, Zainab memilih ikhlas mengimani  agama yang dibawa ayahnya—Rasulullah saw. Berbeda dengan suaminya yang masih meempertahankan agama lamanya. Meski cinta yang ada di antara mereka tidak pernah sedikit pun berubah. Namun apa mau dikata Rasulullah meminta Abu al-Ash untuk membiarkan Zainab  ke Madinah. Mereka harus berpisah karena perbedaan keyakinan. Zainab sungguh sedih dengan perpisahan itu, apalagi dia dalam keadaan hamil. Tapi perintah Allah adalah yang utama.

Ada pula kisah cinta yang  dialami Zaid bin Haritsah. (hal. 22). Dia dulunya adalah budak Siti Khadijah, namun setelah Khadijah menikah dengan Rasulullah Zaid dibebaskan daan kemudian memeluk Islaam. Dia terkenal sebagai seorang yang rajin membaca Al-Quran, shalat malam dan puasa. Karena keimanan dan cintanya yang luar biasa itu, Zaid mendapatkan sesuatu yang tidak pernah diduga.

Kisah lainnya bisa kita baca tentang Julaibab yang menjadi rebutan bidadari. Dia bukanlah seorang yang tampan—malah lebih tepatnya dikenal dengan seorang yang buruk rupa. Lalu apa yang sebebarnya dimiliki Julaibab hingga dia bisa menjadi rebutan bidadari? Bahkan Julaibab bisa menikahi putri pemimpin Anshar yang cantik jelita.  (hal. 37)

Tak tertinggal kisah Amr bin  Uqaisy ‘Masuk Surga Tanpa Shalat’. Entah bagaimana hal itu bisa terjadi. Allah memang Maha Besar. Memiliki cara tersendiri untuk mengangkat derajat hamba yang dipilih. Keburukan yang pernah dimiliki di masa lalu, bisa terhapus dengan cahaya terang yang sudah menyapa qalbu. Subhanallah. (hal. 158) Dan tidak kalah apik kisah-kisah lain yang bisa ditemukan dalam buku ini.

Kisah-kisah yang terurai di sini sungguh memancarkan sinar terang, menggetarkan hati dan bisa menjadi cambuk penambah keimanan. Banyak dari kisah yang jarang diuraikan dalam buku-buku sejarah nabi yang hampir serupa.  Apalagi yang dibahas di sini adalah utamanya cinta dari sahabat yang menyinari kota Madinah. Keunikan dari buku ini dari yang lain adalah selain memaparkan cerita-cerita yang jarang diangkat juga mengikutsertakan gambar-gambar yang disesuaikan dengan isi cerita.  Walaupun dalam pemberian gambar terkesan tidak konsisten. Karena sebagian cerita ada yang bergambar ada yang tidak.

Lepas dari kekurangan yang ada, buku ini tetap asyik untuk dinikmati. Dengan menggunakan  gaya bahasa yang mudah dipahami, penulis menceritakan kembali kisah-kisah yang begitu mengharukan. Buku ini sangat sarat makna.  Misalnya mengajarkan kepada kita untuk selalu ingat  pada Allah dan Rasul-Nya, membuat keimanan kita terpupuk dan semakin kokoh, mengajarkan keikhlasan dalam mencintai Allah, serta pada apun yang kita kerjakan. Jika cinta yang kita miliki bersandar pada Allah dan Rasul-Nya. Insya Allah, keberkahan akan selalu menyertainya. Sebuah renungan untuk  bermuhasabah diri. Menyadarkan kepada kita bahwa seyogyanya umat terdahulu adalah suri tauladan yang baik. 




4 comments:

  1. Pertamax.

    Cihui. Kalau sudah diikitkan lomba gak bisa dikirim ke media, ya? Jadi kalau mau kirim juga, kayaknya ambil angle yang beda. Oops. malah ngomong sendiri. Resensi yang memikat. Aku malah baru mencermati gambarnya setelah baca resensi ini.

    ReplyDelete
  2. Sepertinya begitu Mbak. Buat resensi lagi aja dengan gaya bahasa yang lain. Aku pernah buat dua resensi dari novel namaku Subardjo yang satu sudah terposting di blog. yang satu kemarin dimuat di radar saampit. ^^ Hehh gambarnya menrik sayang tidak semua cerita ada gambarnya.

    ReplyDelete
  3. Aku cari buku ini udah ga ada di gramed deket rumah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, coba tanya penulis atau penerbitnya Mbak Anggarani, siapa tahu bisa pesan dari sana

      Delete