Monday, 21 December 2015

[Resensi] Nila-nilai Luhur Warisan Ki Hajar Dewantara




Judul               : Sang Guru; Novel Biografi Ki Hajar Dewantara
Penulis             : Haidar Musyafa
Penerbit           : Penerbit Imania
Cetakan           : 1, November 2015
Halaman          : 420 hlm
ISBN               :978-602-7926-24-0



Pendidikan merupakan sarana paling utama untuk membebaskan masyarakat negeri dari kebodohan. Pendidikan adalah media untuk menyiapkan generasi yang kuat jasmani dan rohani.
Dulu karena para penduduk Indonesia yang kurang berpendidikan maka membuat negara ini dengan mudah dijajah. Karena itulah demi mengusir penjajah, Raden Mas Seowardi atau yang dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, berjuang keras untuk masalah pendidikan untuk anak-anak Inlander.

Mulanya Ki Hajar Dewantara memang terjun pada perjuangan politik. Di mana dia dan teman seperjuangannya; Tjipto Mangoenkoesoemo dan Douwes Dekker mendirikan sebuah partai bernama IP (Indische Partij). Selain itu mereka juga terjun dalam dunia jurnalistik. Menerbitkan  banyak artikel yang mengecam ketidakadilan Governemen Hindia Belanda.

Pada 1921, Ki Hajar Dewantara memutuskan keluar dari NIP (National Indische Partij) yang pada awalnya adalah pemekaran dari IP. Dan sejak itu pula Ki Hajar Dewantara memutuskan berjuang dengan cara mengembangkan pendidikan. (hal. 241). Langkah awalnya dia membantu perjuangan kakak sulungnya, Kangmas Soerjopranoto menjadi guru di sekolah Boemi Putra. Namun berjalannya waktu, Ki Hajar Dewantara akhirnya memutuskan untuk membuat sekolah sendiri yang kemudian disebut Tamansiswa yang  diririkan pada tanggal 3 Juli 1922. (hal. 266)

Sistem pendidikan yang diterapkan Ki Hajar Dewantara adalah sistem yang pendidikan yang menekankan pada kebudayaan dan karakter bangsa Indonesia yang tidak mengenal paksaan. Pendidikan akan mudah berkembang jika dididik dengan nilai-nilai tradisional yang berangkat dari kehalusan, kasih sayang, kejujuran dan sopan santun.

Bahwa dalam pendidikan, perserta didik itu sebagai subjek, bukan objek pendidikan yang bisa dipaksa seenaknya dengan aturan dan perintah-perintah. (hal. 287-288).

Tamansiswa memiliki semboyan : Ing Ngarso Sung Tuladha, artinya seorang guru adalah pendidik yang harus memberikan teladan yang baik pada anak didiknya, Ing Madya Mangun Karsa,  artinya seorang guru adalah pendidik yang selalu berada di tengah-tengah anak muridnya, memberi semangat untuk berkarya dan Tut Wuri Handayani, artinya seorang guru adalah pendidik yang terus menerus menuntun, memberi dorongan semangat dan menunjukkan arah yang benar untuk anak didiknya. (Hal. 288) 

Sebuah novel biografi yang sangat inspiratif dan sarat makna. Patut untuk dibaca oleh para guru saat ini. Memakai bahasa yang mudah dipahami. Meski ditemukan beberapa kesalahan penulisan, namun tetap tidak mengurangi kenikmatan membaca novel ini.

[Ratnani Latifah, Penikmat Buku Berdomisili di Jepara, Jawa Tengah] 



[Dimuat di Harian Nasional, Edisi, Sabtu-Minggu,  19-20 Desember 2015]

2 comments:

  1. Keren sangat mbak...
    semoga bisa menulis resensi yang baik.
    O iya, emailnya apa ini mbak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, ^^ alamat-email sudah saya inbokkan di Fb ^^

      Delete