Sumber Google
Kiran tiba-tiba terdampar di tepat asing. Di sebuah hutan yang
sangat seram. Bunyi burung-burung hantu mengusik gendang telinga.
Belum lagi suara-suara aneh lain yang menghantui dirinya.
Srek ... srek ... srek.
Kiran menenal ludah. Dia mencoba tenang meski otaknya tak terkontrol.
“Tolong aku ... siapa saja tolong aku.”
Kembali sebuah suara membuat Kira gelagapan. Di tempat seperti ini mana
mungkin ada manusia? Pikirnya sendiri.
Kiran pun mencoba tak peduli. Dia terus berjalan menyusuri jalan menuju sebuah tangga yang sempat
dilihat dari kejahuan.
Yah, mungkin itu kunci yang
bisa membawanya pulang kembali.
“Kumohon tolong aku.” Kini suara itu ditambah dengan tangis keras yang membuat Karin tambah
bergidik ngeri.
“K-k-ka-u si-sia-pa?” tanya Kiran tergagap.
“Ini aku Ibu, aku putrimu.” Suara itu menggema.
“Jangan bercanda. Aku tak memiliki anak,” teriak Karin ketakutan. Dia
berlari menjauhi suara aneh itu.
Napas Karin tersengal-sengal ketika akhirnya dia sampai di sebuah tangga
yang dilihatnya tadi. Segera dia menaikinya dengan susah payah. Bagaimana tidak
kayu di tangga itu sudah lapuk dan hampir membuatnya terjatuh. Untunglah
dia bisa selamat sampai di rumah susun yang megah itu.
Karin pun segera masuk, mencoba untuk mengistirahatkan diri, sambil
berpikir cara untuk kembali. Namun betapa kagetnya dia ketika di sana dia disambut
banyak anak kecil yang terus berteriak meminta tolong dan memanggil ibu
berkali-kali.
“Si-apa ka-li-an?”
“Selamatkan kami, ibu.”
“A-aku tak mengenal kalian.” Teriak Karian ketakutan.
Kini anak-anak itu mengelilingi Karin yang semakin pias.
“Kau benar-benat jahat Ibu. Bagaiman kau melupakan kami.”
Wajah yang tadinya penuh harap kini berubah bringas. “Baiklah aku akan
membuat Ibu ingat dengan kami,” ucap salah seorang anak.
Mereka memegangi Karin, lalu membawanya ke belakang rumah. Di antar mereka
ada yang mencangkul, setelah selesai segera mereka mengubur Karin hidup-hidup.
“Inilah yang kau lakukan pada kami, Ibu.”
“Kau bunuh kami, lalu kau menikmati harta berlebih.”
“Kumohon ampuni aku.” Teriak Karin dari dalam. Namun semua anak itu telah
menghilang. Tinggal dia yang terkapar di bawah kasur, menyadari ini mimpi buruk
yang baru menimpanya. Menyindiri akan ulah bejatnya.
No comments:
Post a Comment