Monday 15 February 2021

Resensi - Novel yang Mengajak Anak Menjadi Pemberani dan Saling Menolong

 



Judul                : Kereta Malam Menuju Harlok

Penulis             : Maya Lestari Gf

Penerbit          : Indiva Media Kreasi

Cetakan           : Pertama, Januari 2021

Tebal               : 144 halaman

ISBN                 : 978-623-253-017-1

Harga              : 45.000

Peresensi         : Ratnani Latifah

“Kita sama-sama sengsara, karena itu  kita saling membantu. Jika kita hanya memikirkan diri sendiri, keadaan akan bertambah sulit.” (hal 97).

Mengambil tema yang antimainstream, unik, berbeda dan bahkan mungkin jarang diangkat oleh penulis lain, tidak heran jika  novel ini menjadi juara 2 dalam Kompetisi Menulis Novel Anak Indiva 2019. Belum lagi ceritanya memang seru, bikin penasaran juga syarat akan inspirasi dan  motivasi.  Sejak awal membaca kita akan langsung dibuat penasaran dan dibuat bertanya-tanya. Cerita anak macam apa yang ditawarkan Mbak Maya? Kenapa Mbak Maya mengangkat tokoh cerita  tentang anak cacat?

Jika kita memerhatikan cover buku kita pasti langsung menyadari bahwa novel ini berbeda. Jika kebanyakan penulis suka memakai tokoh utama yang sehat memiliki kelengkapan jasmani dan rohani, maka novel ini tidak. Tamir, tokoh cerita ini dikisahkan memiliki kekurangan yang pastinya akan membuat siapa pun orang yang melihat akan meremehkannya. Namun siapa yang menyangka di balik kekurangan yang dimiliki kita bisa belajar banyak hal dari tokoh Tamir.  

(Bayangan saya ketika Tamir tiba-tiba berada di kereta. Pixabay/ArtTower)


Novel ini menceritakan tentang petualangan aneh yang dialami Tamir. Anak yang tinggal di Panti Asuhan Kulila, tempat yang memang menampung anak-anak cacat ini, entah kenapa tiba-tiba berada di sebuah tempat aneh bernama Harlok. Bahkan yang lebih parah, di sana Tamir harus bekerja di sebagai penggali tambang batu seruni, bersama anak-anak lain yang sudah berada di sana lebih dahulu—mereka sering disebut anak tambang. Jika Tamir tidak mau bekerja dan hasil tambangnya tidak sesuai dengan target yang diberikan Vled, sang pemiliki tambang, maka ia akan dikurung di ceruk hukuman.

(Mungkin seperti ini ceruk hukuman yang akan ditempati Tamir, dkk. Pixabay/barnarbaspiper)

Padahal sebelum Tamir terdampar di Harlok, ia tengah menanti takbir lebaran yang akan segera menggema. Memberikan kebahagiaan bagi keluarga kecil di panti asuhan, meski di malam itu sang pengasuh panti memilih kabur.

(Tempat penambangan. Pixabay/griepsma)

“Ada sebuah cerita tentang kereta yang khusus menjemput anak-anak yatim piatu di seluruh dunia. Kereta itu datang tidak terduga, menembus kabut gelap, mengambil energi dari gemuruh guntur dan cahaya kilat. Langit yang luas adalah batas perjalanannya. Harapan yang diterbangkan angin adalah awal perjalanannya. “(hal 3).

Sebagai pendatang baru Tamir tentu kaget dengan tugas berat yang harus ia lakukan. Padahal dulu di panti ia hanya melakukan tugas-tugas biasa, seperti masak atau bersih-bersih. Yang membuat Tamir semakin tidak nyaman dengan Harlok adalah menu makanan di sana yang sungguh aneh dan tidak enak di lidah.

Tamir pun bertanya-tanya, kenapa semua anak tambang, juga Baz yang merupakan mandor mereka, tidak pernah berusaha kabur dari tempat aneh itu? Tamir baru tahu jawabannya ketika ia pelan-pelan menjalani rutinitas di tempat baru tersebut, meski dalam hati,  ia tetap memiliki harapan untuk kembali ke dunia asalnya.  Petualangan lengkap Tamir di Harlok, bisa langsung kita baca di novel ini.  Upaya apa yang dilakukan Tamir dan berhasilkan ia melakukan misinya.

Kisah ini sangat seru dan mendebarkan. Saya gemas banget dengan tokoh Vled yang sok berkuasa dan suka menipu. Kenapa ada orang jahat seperti itu? Memanfaatkan keadaan untuk kepentingannya sendiri. Gemas juga dengan tokoh-tokoh lain, khususnya Mo, salah satu anak tambang yang nampak cuek tetapi sebenarnya peduli pada Tamir dan tidak segan menolong.

Secara keseluruhan novel anak ini sangat menarik. Sejak awal membaca bab pertama kita akan dibuat penasaran bagaimana dengan akhir petualangan aneh Tamir. Rasanya kita tidak ingin  bisa berhenti membaca sebelum menemukan ending cerita.

Dari segi tema,  novel ini memang sudah menunjukkan keunikan tersendiri. Out of the box. Dari beberapa novel penulis yang sama baca—meski bukan novel anak—tema-temanya memang menarik. Seperti  Novel “17 Tahun itu Bikin Pusing” atau “Habibie: ya noue elain” atau “Cinta Segala Musim”—semuanya itu memiliki cerita-cerita menarik dan seru untuk dibaca. Pun dengan novel anak ini.  Karena penulis  bisa menceritakan permasalahan di masyarakat dengan cara pandang yang berbeda.  

Keunggulan lain dari novel ini adalah gaya bahasanya yang ringan dan lugas. Jadi anak tidak akan kesulitan ketika membaca novel ini.  Novel yang konon proses penyelesaiannya hanya satu minggu ini, memang sangat sayang untuk dilewatkan.  Apalagi dalam novel ini banyak bertabur pelajaran hidup, motivasi dan inspirasi.  Tidak ketinggalan, anak pun akan menambah banyak kosa kata baru. Misalnya kata ceruk, turbulensi, balincong dan banyak lagi.

Melalui novel ini kita akan diajarkan untuk hidup dengan jujur, bukan menipu sebagaimana tokoh Vled, yang rakus, demi kesenangannya ia tega berbuat jahat dengan memanfaatkan tenaga anak kecil dan mengancam orang lain.

“Vled menahan separuh anak tambang di gua. Kalau kita melapor, anak-anak tambang yang tinggal akan dilempar ke hutan kabut.” (hal 64).

Kita juga diajarkan untuk menjadi anak yang pemberani. Jangan pernah takut dalam melawan kejahatan. Kita harus yakin bahwa kita bisa melawan orang-orang curang agar mereka sadar dan kapok dengan perbuatannya. Hal itu bisa kita lihat dari tokoh Tamir bagaimana cara Tamir melawan Vled dari kesombongannya.

Tak hanya itu melalui kisah ini kita diingatkan tentang kebiasaan untuk saling tolong-menolong. Mungkin nampaknya anak tambang saling tidak peduli. Tapi di sana mereka menunjukkan sikap saling peduli, saling menolong juga kompak.  Kemudian tidak kalah penting, di sini kita akan dibuat sadar, meski  Tamir anak catat ia tetaplah seorang anak yang luar biasa. Ia berani, jujur,  tulus, suka menolong, setia kawan dan banyak lagi.  Kekurangan yang dimiliki tidak membuatnya menjadi anak manja. Ia tetap mau bekerja keras dan selalu rajin. Jadi kita tidak boleh memandang rendah orang lain hanya lewat fisik.

Sedikit kekurangan dari novel ini mungkin masih ditemukan sedikit salah ketik. Meski sejatinya kesalahan ini tidak terlalu menganggu.

“JelastidakadakesalahandalamberkasTamir.” (hal 38) tulisannya tidak berspasi.

“Tidak. Dia bekerja jadi pengasuh Sora, anak Baz.” (hal 46) è mungkin maksudnya anak Vled?

Terlepas dari semuanya,   kalau boleh jujur, novel ini cukup berbeda dari novel-novel anak  yang pernah diterbitkan Indiva. Jika mengingat kembali novel anak Indiva lebih pure pada kehidupan, misteri atau petualangan yang terselesaikan dengan baik berdasarkan fakta yang sudah terkonfimasi. Berbeda dengan novel ini yang masih membuat kita bertanya-tanya atau membuat kisah sendiri setelah membaca akhir novel. “Apa yang sebenarnya terjadi” Ending kisahnya sungguh tidak terduga.

Meski begitu, novel ini tetap saya rekomendasikan untuk dibaca.  Karena buku ini sarat makna dan menyimpan banyak sekali nilai-nilai karakter baik bagi anak.  Dari sikap rajin, peduli pada sesama, tulus, gigih, tidak mudah menyerah, saling tolong menolong, selalu bersyukur, berjiwa pemberani, cerdas dan banyak lagi.

Srobyong, 14 Februari 2021

 Alhamdulillah resensi ini menjadi salah satu pemenang lomba resensi favorit yang diadakan Penerbit Indiva Media Kreasi, 2021.




No comments:

Post a Comment