Aku, Kamu dan Dia
Oleh: Kazuhana El Ratna Mida, kazuhanael_ratna@yahoo.co.id
MENATAPMU dalam keadaan seperti ini, jujur buatku ngilu. Tak pernah kusangka ini akan terjadi. Bagaimana bisa? Adakah yang bisa berikanku penjelasan? Kenapa harus aku, kamu dan dia yang terkungkung dalam lingakaran ini.
Tak adakah pilihan lain, hingga aku tak harus berada di antara kalian?
~*~
Masih terekam dalam memoriku, saat kamu masih menampakkan senyum manis wajah ayu. Kamu buat siapa saja menyukaimu. Kau bak seorang peri yang memberi sihir bagi orang-orang yang mengenalmu.
Kamu selalu ramah, menyambut siapapun yang datang ke rumahmu. Tak pernah kamu mencoba kasar, meski itu hanya pengemis jalanan yang ikut menopang di tempatmu. Tapi dengan senang hati kau malah memberi izin untuk bertamu. Tidur sejenak, melepas lelah. Yah, betapa hatimu begitu baik, tak ada duanya.
Kebaikanmu sungguh buatku terkagum-kagum. Hingga diam-diam aku selalu memerhatikanmu. Menikmati indahmu dari sisi nyaman yang kumiliki. Aku sangat menyukaimu. Sungguh.
Namun, ternyata aku tak sendiri. Pernah kulihat dia juga sering memandangmu. Tersenyum penuh arti, kadang buatku cemburu. Setiap hari dia datang mengunjungimu. Duduk bersama saling sapa melepas rindu. Kalian akan berlama-lama, berbagi cerita.
Karena aku selalu mendengar suara merdunya.
Tapi kalian yang terlalu asyik jadi tak memedulikan kehadiranmu. Ah, mungkin karena itu ….
Aku sadar sih, kalian sudah saling kenal sejak dulu. Tepatnya sebelum aku tinggal di sini. Aku hanyalah anak baru yang mungkin belum terlalu mengenalmu. Tapi, sungguh. Aku ingin selalu melindungimu. Lebih dari dia yang kini ada di sisimu.
“Wah, aku harus pulang. Besok aku akan kembali.” Dia bangkit meninggalkanmu sendiri. Dan aku pun harus rela ikut pergi, karena aku adalah bagian dari dia. Tak mungkin aku meninggalkaannya juga. Karena dia aku di sini. Dia yang membawaku membuatku mengenalmu hingga langsung jatuh cinta kala kita bertemu.
“Tak bisakah kita lebih lama lagi, Di?” tanyaku padanya mencoba bernegosiasi.
“Aku harus pergi, Al. Jadi aku tak bisa memenuhi permintaanmu. Besok saja kita ke sini lagi.”
Aku pun pasrah mengikuti dia dan meninggalkanmu sendiri.
~*~
Itulah potret kejadian di masa lalu. ketika aku, kamu dan dia pernah menikmati kebersamaan meski hanya sebentar. Aku yang jatuh cinta padamu, juga dia yang selalu memujamu. Setiap hari kami membicarakan kebaikanmu.
Tak pernah sedetikpun kami lupa bahwa kau itu sungguh telah terpatri indah dalam dada.
“Ya, aku setuju. Dia memang sangat cantik. Memiliki pesona yang luar biasa. Meski harus dipoles sedikit biar lebih memesona,” ucap Di padaku.
“Karena itu, aku ingin merawatnya. Menjadikannya sebagai yang nomor satu di dunia,” lanjutnya.
“Oke, aku mendukungmu.” Aku kegirangan.
Kami tersenyum bahagia. Akhirnya ada yang bisa kulakukan untukmu. Kami saling bahu membahu untuk mewujudkan mimpi itu.
Tapi, sekarang …, lihatlah apa yang terjadi. Kamu rusak sudah tak berbentuk lagi. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang tega melakukan ini padamu.
Kau selalu baik suka membantu. Tapi kenapa masih ada orang jahat yang menghancurkanmu. Katakan padaku, siapa yang tega melakukan ini? Aku akan menuntut balasa padanya. Aku tidak rela kamu disakiti seperti ini.
Kau harusnya dirawat dan dilindungi. Kau adalah pelita yang menyinari bumi. Masih kuingat dengan jelas kebersamaan yang memang tak cukup banyak kita lalui. Tapi membekas di hati.
Aku tak sanggup lagi menahan isak tangis yang sejak tadi kupendam. Sedih melihat ketidakadilan yang kamu alami, La. Malang nian nasibmu. Andai aku bisa membantu.
Sedang dia malah tersenyum senang. Seolah dia puas telah menjatuhkanmu tanpa rasa kasihan. Apa yang membuatnya berubah, ya? Katanya rindu padamu ingin bertemu, tapi setelah perjalanan panjang kembali dari menuntut ilmu, dia malah merusakmu.
“Kenapa kau tertawa, dia dalam bahaya sekarang,” protesku padanya.
“Itu pantas untuknya.”
“Apa kaubilang? Bukankah kau …,” aku tak menerukan ucapanku, karena dia sudah mencengkeramku.
“Apa yang kau lakukan? Kau sudah mengingkari janji yang kita buat dulu,” marahku padanya.
Pada akhirnya, kamu pun bertengkar. Aku marah karena dia egois, dia juga marah karena aku tak mau mencoba mengerti.
Bayangkan, bagaimana aku bisa mengerti jika dia telah bertindak sesuka hati? Dia menghancurkan yang paling kusikai. Dia bahkan bilang akan berjuang membahagiakan kamu bersamaku, dulu. Tapi dia mengingkari janji. Aku tak suka.
Beberapa minggu kami pun tak saling sapa. Aku tak mau diajak ke mana-mana. Dia pun tak berencana mau mengajakku. Aku sangat kecewa. Kupikir dia berbeda dari kebanyakan warga yang kerap mencelamu. Mengatakan ‘untuk apa menjagamu’.
~*~
“Al, kau masih marah? Sungguh tak mau ikut lagi denganku?” tiba-tiba dia sudah ada di depanku. Menatap dengan sungguh-sungguh. Yah, biasanya kami selalu bersama tapi ….
“Akan kutunjukkan sesuatu untukmu,” dia mengulurkan tangan. Aku pun mengalah, mau ikut dengannya. Tak baik berdiam-diaman lebih dari tiga hari antara saudara.
“Maaf, ya. Aku tak jujur padamu, Al. Aku hanya ingin membuat kejutan untukmu. Lala juga setuju.” Di menunjukmu yang tengah tersenyum padaku.
“Kau bilang ingin melihatnya lebih cantik bukan? Supaya kita semakin betah lalu mengumpulkan banyak anggota lain untuk ikut bergabung. Menjadi penggemar Lala yang semakin memesona,” ucapnya panjang lebar.
Aku hanya mengangguk lemah membenarkan setiap kata yang diucapkannya. Meski aku mencintai Lala, aku tak ingin mendominasinya. Aku ingin orang lain juga merasakan cahaya kebaikan darinya. Merasakan lembut kasih sayangnya, jika mau bersamanya.
Mataku mengerjab, melihat sesuatu yang tek terduga.
Aku hampir tak percaya dengan yang kulihat. Lala berubah semakin menawan. Maafkan aku, Di pernah berprasangka buruk padamu. Lagipula manakutahu otakmu memikirkan itu, sedang aku hanyalah benda mati yang selalu menemanimu. Kau tidak pernah cerita tentang hal itu.
Dia tersenyum pun dengan Lala yang makin bersinar. Inilah rumah baru. Tempat kita kan memulai kisah bersama menghidupkan musala yang sempat mati. Yah, itulah kamu musala yang kami cintai aku—Al-Quran dan dia—Adi yang ingin merintis mengajak umat untuk mengaji menghidupkan kembali kejayaan Islam yang hampir mati. Menyeru untuk kebaikan bagi semua warga di sini. []
Srobyong, 4 April 2015
No comments:
Post a Comment