Dimuat di Jateng Pos, Minggu 23 Desember 2018
Judul : The Motion of Puppets
Penulis : Keith Donuhue
Penerjemah : Linda Boentaram
Penerbit : Qanita
Cetakan : Pertama, Juni 2018
Tebal : 408 halaman
ISBN : 978-602-402-119-1
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama,
Jepara
Mengambil tema horor psikologi, novel ini cukup
menarik dan mencekam. Sejak awal kita akan digiring penulis untuk memecahkan
sebuah kasus misteri yang penuh teka-teki. Kita akan dibuat penasaran tentang
kebenaran apa yang ada di balik kasus misteri tersebut. Tidak ada pertanda, tidak ada jejak, seolah
sosok yang hilang itu, tidak pernah ada sebelumnya. Selain harus berjibaku dengan rasa kehilangan,
novel ini juga mengungkap tentang kesabaran, saat menerima ujian.
Novel ini menceritan tentang pasangan
suami-istri—Theo dan Kay Harper yang
datang ke Quebeck untuk bekerja. Di mana
Theo sedang menyelesaikan projek menerjemahkan biografi seorang fotografer. Dan
Kay Harper menjadi pemain akrobat di pertunjukan sirkus. Pada awalnya mereka sangat menikmati
perjalanan tersebut. Mereka menyempatkan
mengelilingi kota tua Quebeck yang
indah. Di antara tempat yang paling Kay sukai adalah ketika mereka
melihat toko mainan—Quatre Mains. Di sana Kay akan berlama-lama menandangi
sebuah boneka rupawan yang berdiri di tudung kaca (hal 11).
Namun dalam sekejap mata, kebahagiaan pasangan
pengantin baru itu, berubah menjadi tragedi. Kay Harper yang kala itu
berpamitan untuk melakukan pertunjukan akrobat bersama teman-teman sirkusnya,
tidak pernah kembali. Theo hanya mengetahui bahwa, kala itu Kay Herpen terakhir
pergi bersama teman-temannya untuk pesta dan pulang sendirian, karena tidak mau
diantar salah satu temannya, Reance yang terkenal mata keranjang. Dan ketika Theo melaporkan kejadian itu, dia malah dianggap telah membunuh istrinya
sendiri (hal 77).
Di sisi lain, kita akan dihadapkan pada kehidupan
Kay yang baru yang tidak terduga dan menegangkan. Karena tiba-tiba kita akan
dihadapkan dengan kehidupan sekumpulan boneka yang hidup. Mereka berbicara
laiknya manusia biasa. Hanya saja waktu kehidupan mereka yang berbeba. Mereka
hanya bisa bergerak bebas di malam hari, agar tak ada seorang pun yang
terlihat. Dan di salah Kay Harper berada. Dia menjadi sosok baru yang tidak
pernah dia bayangkan.
Jika Kay mencoba beradaptasi dengan kehidupan
barunya, Theo masih berusaha mencari keberadaan istrinya. Dia merasa tidak bisa berdiam diri tanpa
mengetahui bagaimana nasib istrinya. Hingga suatu hari, Egon, salah satu
kenalan di Qubeck hadir membawa sebuah informasi yang janggal tentang Quatre Mains,
namun menarik untuk diselidiki. Dibantu oleh
Mitchel—salah satu teman dosen Theo di kampus, mereka mencoba
menyelidiki tentang boneka-boneka yang bergerak.
Apalagi ketika tanpa sengaja mereka melihat sebuah
pertunjukan yang memperlihatkan sebuah boneka yang sangat mirip dengan Kay.
Namun yang jadi pertanyaan berhasilkah Theo menemukan boneka itu? Dan
mungkinkah Kay bisa berubah kembali
menjadi manusia?
Sebuah kisah yang tidak terduga sampai akhir dan
akan membuat kita sesak napas, karena rasa penasaran yang menggebu. Dengan gaya
penulisan yang apik dan menarik, penulis berhasil mengeksekusi kisahnya dengan
baik. Di mana penulis berhasil membuat pembaca, gregetan dan terkagum-kagum.
Baik tentang kesetiaan Theo juga mitos boneka yang berbicara dan bergerak. Ini tentang kisah cinta juga mitos kuno.
Hanya saja untuk ending kisah, saya merasa
kurang puas. Bagaimana pun setelah perjuangan yang sangat panjang kita akan
dihadapkan dengan sebuah kenyataan yang tidak pernah kita bayangkan. Namun
lepas dari kekurangannya, buku ini tetap menarik dibaca. Apalagi bari para
penikmat kisah misteri. Saya suka dengan tampilan cover yang bikin merinding.
Sedih tapi juga menakutkan.
Selain itu, banyak kejutan yang akan kita temukan
dari novel ini. Misalnya berbagai
kejutan yang tidak pernah kita duga dengan para tokoh pendamping di sini. Lalu
sebuah kejadian yang sama, yang terjadi dialami seorang petugas polisi, tentang
kasus kehilangan. Dari novel ini kita bisa
belajar tentang sikap tidak mudah menyerah, serta perlunya menghadapi ujian
dengan penuh kesabaran. Di sisi lain,
kisah ini juga menuntut kita untuk
selalu waspada dan hati-hati dalam segala situasi.
Srobyong, 17 Agustus 2018
No comments:
Post a Comment