Thursday, 6 September 2018

[Resensi] Orang Tua Harus Mendidik Anak dengan Benar

Dimuat di Padang Ekspres, Minggu 2 September 2018


Judul               : Home Learning : Belajar Seru Tanpa Batas
Penulis             : Natalia Ridwan, Ning Nathan, Yulia Hendra
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, 1 Januari 2018
Tebal               : 224 halaman
ISBN               : 978-602-03-8086-5
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

“Education is the way to move mountains, to build bridges, to change teh world. Education is the path to the future. I belive that education is indeed freedom.” (hal 32).

Menjadi orangtua merupakan tantangan besar.  Selain memiliki tanggung jawab dalam merawat anak dari bayi hingga dewasa, kita juga memiliki tanggung jawab dalam memilihkan konsep pendidikan yang baik pada anak.  Namun perlu kita catat dalam masalah pilihan soal pendidikan,  kita tidak boleh menekan atau memaksakan kehendak pada anak. Kita tetap harus berbicara dari hati ke hati, agar masing-masing pihak—orangtua dan anak bisa enjoy dan tidak  merasa terpaksa.

Akan tetapi, saat ini upaya memilihkan pendidikan bagi anak itu gampang-gampang susah. Untuk itulah orangtua kini dituntut lebih kritis dan kreatif dalam menyikapi berbagai ragam pilihan pendidikan yang ada. Di antara metode pendidikan yang bisa kita pilih adalah, membiarkan anak memperoleh pendidikan di luar rumah—dalam artian bisa masuk sekolah  nasional sekolah pendidikan kerja sama (SPK), sekolah internasional, sekolah alam, dan madrasah.

Pilihan lain adalah orangtua bisa memilih home learning. Yaitu sebuah konsep mendidik anak berbasis rumah atau keluarga—di mana metode ini memiliki kebebasan dalam berlajar. Anak bisa belajar dengan bebas, di mana saja, kapan, saja dan dengan siapa saja. Buku ini sendiri mencoba mengungkap sisi menarik dan fleksibel dalam pilihan metode pendidikan home learning.  Tentu saja hadirnya buku ini bukan berarti memengaruhi pilihan orangtua dan mengesampingkan tugas guru dalam sekolah. Akan tetapi buku ini bisa menjadi wacana yang mungkin bisa kita pertimbangkan tanpa lupa memikirkan tentang bibit, bebet dan bobot serta dampak yang akan diperoleh anak.

Saat ini disadari atau tidak, kegiatan  mengajar sering dilakukan semata-mata untuk mengejar target kurikulum. Padahal membuat anak senang belajar jauh lebih penting.  Sir Ken Robinson mengatakan, “Tugas kita adalah mendidik anak-anak agar mereka bisa menghadapi masa depan. Kita mungkin tidak bisa melihat masa depan, tapi merekalah yang akan menghadapinya dan tugas kita adalah membantu mereka mewujudkannya.”

Perlu kita pahami tiap anak memiliki kecepatan belajar yang berbeda-beda. Ada yang cepat tanggap, namun ada juga yang memerlukan waktu lebih lama untuk mempelajari sesuatu. Ada yang bisa belajar di mana saja, ada pula yang membutuhkan suasan tenang dalam kesendirian. Dengan demikian, pendekatan belajar yang tepat bukanlah standardisasi, tetapi pemelajaran individual (hal 8-9).

Jika anak adalah subyek, yang mereka butuhkan sebenarnya bukanlah guru super yang menguasai segala-galanya, namun pembimbing yang bisa menciptakan atmosfer yang merangsang minat dan rasa ingin tahu mereka dalam belajar, berpikir, mengajukan pertanyaan dan membandingkan berbagai pandangan.  Galileo Galilie pernah berkata, “Anda tidak bisa mengajari seseorang tentang sesuatu, Anda hanya bisa membantuknya menemukan diri sendiri.” (hal 30).

Sedangkan home learning  sedikit banyak akan membuat anak memiliki kebebasan dalam belajar. Artinya mereka bisa belajar di mana saja, bisa belajar dengan cara apa saja, baik lewat keseharian, saat traveling atau dengan cara-cara yang tidak konvensional.  Anak tidak dituntut untuk mengejar materi sebagaimana yang kerap terjadi dalam sekolah formal. Yang terpenting adalah kenyamanan anak dalam belajar.  

Home learning dianggap sebagai salah satu  metode pendidikan bijak yang bisa membantu anak untuk menambah pengetahuan juga dalam pembelajaran pendidikan moral secara langsung.  Mahatma Gandhi berkata, “There is no school equal to a decent home and no teacher equal to avirtuous parent.” (hal 121). Namun perlu kita catat meskipun home learning mewarkan berbagai kebebasan,  kita juga harus memahami berbagai persiapan materi bagi anak.

Dilengkapi dengan berbagai kisah menarik dari pengalaman para orangtua pelaku home learning, di sini kita akan mendapat gambaran nyata tentang bagaimana cara memilih pendidikan yang terbaik bagi anak. Buku ini akan sangat membantu orangtua dalam mengarahkan anak menekuni bidang sesuai minat dan bakat anak. kesimpulan saya, apa pun pilihan kita dalam menerapkan pendidikan, yang terpenting adalah orangtua tetap menjadi pendamping yang baik, memberikan pengarahan dan tidak memaksakan kehendak pada anak. Karena bagaimana pun orangtua adalah madrasah pertama bagi anak.

Srobyong, 29 Juli 2018

No comments:

Post a Comment