Tuesday 5 March 2019

[Resensi]Pengaruh Gadget pada Perkembangan Anak

Dimuat di Koran Jakarta Kamis 3 Januari 2019 


Judul               : Digital Parenthink
Penulis             : Mona Ratuliu
Penerbit           : Noura Books
Cetakan           : Pertama, Juli 2018
Tebal               : 202 halaman
ISBN               : 978-602-385-513-1
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumna Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

Menjadi orangtua di masa sekarang, kita memiliki banyak sekali tantangan yang harus dihadapi. Keberadaan  gagdet dan internet,  yang sudah menjadi bagian keseharian anak sejak lahir, selain memberi kemudahan bagi hidup, hal itu juga membawa pisau tajam yang bisa berbahaya bagi anak.  Oleh sebab itu sebagai orangtua kita harus memberikan arahan yang tepat kepada anak dalam memanfaatkan gadget.  Karena saat ini gadget sudah menjadi magnet yang digandrungi oleh anak.

Menurut survei yang diselenggarakan oleh google pada Desember 2014 hingga Februari 2015, rata-rata orang Indonesia secara akumulatif menghabiskan waktu selama 5,5 jam sehari menatao layar smartphone-nya. Dan itu belum termasuk bermain online game, nonton YouTube di PC, main game console dan lain sebagainya (hal 29).  Jika hal ini dibiarkan terus, maka keadaan tersebut lambat laun akan merusak anak.

Buku ini  membahas tentang  pengaruh gadget pada perkembangan anak baik dari segi positif dan negatif.  Keberadaan buku ini akan membantu orangtua saat ini dalam mengasuh anak di era milenial ini. Menurut salah satu pakar psikologi, setidaknya ada delapan perkembangan anak yang akan terpengaruh oleh penggunaan gadget.

Pertama, perkembangan motorik.  Pada usia balita, diharapkan anak sudah mencapai aspek motorik halus dan kasar. Misalnya anak sudah bisa menulis nama sendiri (motorik halus), mengancingkan baju secara mandiri (motorik halus), menangkap bola (motorik kasar) dan sebagainya.  Namun, kecenderungan anak yang bermain gadget secara berlebihan membuat anak jadi kehilangan waktu untuk melakukan permainan dan melibatkan fisik. Hasilnya, banyak anak zaman now yang mengalami kesulitan pada keseimbangan tubuh dan lain-lain (hal 32).

Kedua, perkembangan fisik. Membiarkan anak terlalu sibuk dengan gadget akan membatasi aktivitas gerak anak. Padahal sejak kecil anak harus diajarkan melakukan berbagai aktivitas fisik yang menyenangkan. Karena aktivitas fisik bisa mendatangkan banyak manfaat. Di antaranya menghindarkan anak dari obesitas—yang merupakan sumber penyakit, bisa melepaskan hormon endorfin yang dapat mendatangkan perasaan senang dan nyaman sehingga anak berenergi. 

Ketiga, perkembangan moral.  Mudahnya berbagai akses yang bisa dilihat anak, maka kita harus mengarahkan anak agar tidak melihat konten seperti kekerasan fisik, perbuatan asusila yang nantinya bisa merusak moral anak. Keempat, perkembangan sosial.  Ketika anak selalu sibuk dengan gadget, hal ini berakibat anak menjadi malas bersosialisasi. Padahal bersosialisasi sangat penting dilakukan, karena bisa memengaruhi kesejahteraan serta psikis seseorang.

Kelima, perkembangan indentifikasi gender.  Derasnya arus informasi memang memudahkan kita dalam mendapat informasi,  termasuk gambaran mengenai peran gender di lingkungan kita. Sayangnya tayangan yang ada, secara tidak sadar telah menyajikan pergeseran nilai gender wanita dan pria yang sesungguhnya.  Keenam, perkembangan bahasa. Gadget bisa membantu anak saat ini dalam belajar berbagai bahasa asing. Namun di sisi lain, penggunaan gadget sejak dini pada anak bisa menyebabkan keterlambatan bicara  (speech delay). Hal ini disebabkan karena anak terlalu sering mendengar suara dan menonton gadget.

Ketujuh, perkembangan neuroligi. Ketika masih kecil anak memiliki saraf yang bisa menyerap berbagai informasi dengan cepat. Aplikasi yang ada di dalam gadget ini bisa jadi sangat membantu anak untuk  mengenalkan berbagai macam informasi edukatif. Namun perlu kita ingat, saat menstimulus anak kita harus memerhatikan waktu terbaik dan disertai bimbingan orangtua.

Kedelapan, perkembangan kognitif.  Adanya film dan aplikasi games pendidikan marak bermunculan dengan kemasan menarik.  Hal ini mampu menstimulus pola pikir anak menjadi lebih baik. Sehingga anak dapat belajar membaca, menulis, berhitung atau pun keterampilan lain dengan cara yang lebih menyenangkan. Namun tentu saja kegiatan tersebut harus dengan pendampingan dari orangtua.

Jika kita ingin mengenalkan gadget kepada anak, Ikatan Dokter Anak di Amerika Serikat mengeluarkan waktu tatap layar yang tepat. Anak di bawah 18 bulan tidak diperkenankan menggunakan gadget, kecuali untuk aplikasi video chating.  Bagi anak berusia 2-5 maksimal satu jam perhari dalam menatap layar, namun harus dengan bimbingan orangtua. Anak berusia di atas enam tahun ke atas, bisa diberikan batasan waktu yang tegas, dalam menggunakan digital, di luar waktu “wajib” seperti sekolah, mengerjakan tugas sekolah, membantu orangtua dan tidur.  

Srobyong, 21 Desember 2018

2 comments: