Thursday 23 January 2020

[Resensi ] Perjuangan Panjang Perang Diponegoro







Judul               : Sang Pangeran dan Janissary Terakhir
Penulis             : Salim A. Fillah
Penerbit           : Pro-U Media
Terbit               : 2019
Tebal               : 632 hlm
ISBN               : 9786237490067

Dalam pelajaran sejarah, sudah pasti kita pernah membaca kisah Perang Diponegoro atau dikenal juga dengan sebutan Perang Jawa. Hanya saja penyajian kisah yang ada dalam teks pelajaran itu,  tidak begitu lengkap.  Namun jangan khawatir, melalui buku ini kita bisa mengenal lebih dalam tentang Perang Jawa.

Buku ini mengungkapkan lebih detail tentang pertarungan sengit antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda.  Bagaimana dampak peperangan terhadap orang-orang Belanda, juga para pejuang. Semua dipaparkan dengan apik dan menarik. Lewat buku ini pula,  kita bisa menyingkap berbagai sejarah yang mungkin tidak pernah kita temukan dalam teks pelajaran. Misalnya saja tentang adanya Janissary, pejuang asal Turki  yang ikut dalam barisan Perang Diponegoro. 

“Tuan Nurkandam Pasha, Tuan Katib Pasha, Tuan Murad dan Tuan Orhan Arga, maka dengan ini aku gandeng tangan kalian, para pewaris sah Janissary kebanggan Ustmani untuk mendampingi jihad rakyat Mataram, Perang Sabil Muslimin Nusantara.” (hal 19)

Uniknya dari berbagai tokoh yang ikut berjuang dengan Pangeran Diponegoro,  kehadiran dua Janissary—Nurkandam Pasha dan  Katib Pasha, paling banyak memberikan warna tersendiri dalam kisah buku ini. Menghidupkan dan juga mendebarkan.

Membaca buku ini, kita akan dibuat larut, seolah kita ada dan melihat peperangan yang tengah berlangsung. Apalagi penulis mendeskripsikan  kisahnya dengan sangat detail—baik dari segi setting hingga penokohan. Meski buku ini memiliki halaman yang  sangat tebal, kita tidak akan dibuat bosan untuk merampungkan kisah yang ada. Kenapa? Karena kisahnya memang benar-benar menarik dan membuat penasaran sejak dari awal. Alur maju mundur, yang digunakan penulis dalam menyampaikan cerita, telah berhasil membuat emosi pembaca tidak karuan.

Melalui novel ini pula kita akan melihat bahwa seyogyanya Belanda sempat kewalahan dan merasa cemas dengan sikap Pangeran Diponegoro yang tidak mudah dipatahkan semangatnya. Meskipun dalam peperangan itu, Pangeran Diponegoro berkali-kali harus menghadapi pengkhianatan yang menyakitkan dari orang-orang yang ia percayai, ia tetap teguh berjuang.

“Dikhianati tidaklah berbahaya. Yang berbahaya adalah berkhianat. Ditipu tidaklah berbahaya. Yang berbahaya adalah menipu. Dibunuh tidaklah berbahaya. Yang berbahaya adalah membunuh.” (hal 615)

Secara keseluruhan novel ini sangat menarik, inspiratif dan  memotivasi.  Namun ketika membaca kisah ini kita juga harus bersiap menghafal nama-nama tokoh yang lumayan banyak. Sedikit kekurangan dari buku ini adalah gaya bahasa penulis yang terlalu puitis dan bertele-tele. Namun lepas dari kekurangan yang ada  novel ini tetap menarik dan mengundang rasa penasaran, termasuk menunggu seri selanjutnya, yang menurut penulis masih akan ada seri "Sang Pangeran" lainnya. 

Bagi penikmat fiksi sejarah saya rekomendasikan untuk membaca buku ini. Melalui buku ini kita bisa menemukan tingginya sikap patriotisme dan kegigihan jihad fi sabilillah“Kekalahan itu ketika kita ditinggalkan Gusti Allah meskipun kita menang perang ataupun punya banyak akwan serta pengikut. Sebaliknya, yang disebut kemenangan adalah tetap bersama Gusti Allah meskipun kita ditinggal sendiri, atau bahkan binasa dalam perjuangan.” (hal 443)

#semuabacasangpangeran #sangpangerandanjanissaryterakhir

Srobyong, 23 Januari 2019


No comments:

Post a Comment