Tuesday 2 February 2016

[Resensi] Patah Hati yang Membawa Berkah




Judul Buku                   : Patah Hati Terindah
Penulis                          : Aguk Irawan MN
Penerbit                        : Exchange
Cetakaan                      : 1, Juli, 2015
Halaman                       : 364 halaman
ISBN                           : 978-602-72024-9-8
Harga                           : 68.000
Peresensi                      : Ratnani Latifah [Penikmat buku dan pecinta literasi, tinggal di Jepara]

Setiap orang pasti pernah merasakan patah hati. Merasakan pahitnya hidup, terbuang dan tidak berguna. Sakit memang tapi pernahkah terpikir bahwa patah hati itu memiliki sisi indah? Patah hati yang ketika merasakannya bukan sedih yang didapat tapi kebahagiaan dan rasa syukur.
Sebuah novel yang menceritakan tentang perjuangan seorang anak untuk diakui keberadaannya. “Hamdalah,” ucap Mbah Suhar suatu petang. “Itu jika kau perempuan. Siti Hamdalah. Nyatanya kau lahir laki-laki. Namamu jadi Hamdan.”(hal 19)

Hamdan merasakan sang ibu lebih memanjakan Irsyad, kakaknya daripada dia. Irsyad tidak pernah dimarahi. Apalagi dipukul.9 hal 20-21)  Karena selalu mendapat perlakuan yang berbeda, Hamdan pun tumbuh menjadi anak yang nakal, suka membangkang. Tapi karena suatu kejadian, Hamdan mulai berubah. Dia selalu ingat nasihat kakaknya. Lebih baik menuruti keinginan ibu yang juga merupakan keinginan ayah. Aku boleh bermain sepuas-puasnya, tetapi tidak boleh lupa membantu orangtuaku. Dan terutama, tidak boleh lupa belajar. (hal 55) Waktu pun membuatnya dekat dan menyadari bahwa sang ayah tidak membenci dirinya Tapi di saat dia mulai menyadari itu ..., Hamdan harus rela ditinggal pergi ayahnya untuk merantau ke Jakarta.  (hal 81)

Sepeninggalnya sang ayah, Hamdan berusaha yang terbaik di sekolah. Tapi dia kembali mengalami patah hati karena seseorang yang disukainya lebih memilih bersama teman sekelasnya. Hamdan tentu saja sedih, tapi dengan bantuan sang kakak, Hamdan mulai berubah. Nasihat kakaknya selalu dia ingat. Buku pinjaman dari kakaknya juga dia baca dengan teliti.

Lalu sejak kejadian itu, Hamdan pun mulai lebih rajin belajar. Dia menenggelamkan diri pada buku-buku. Sehingga pada ujian berikutnya Hamdan yang biasanya juara dari belakang, kini  bisa meraih ranking dua di kelasnya. “Tidak ada yang mustahil di dunia ini, Bu. Kupikir, nila-nilai luhur para pahlawan telah dia praktikkan. Ia belajar keras. Anak itu patut diberi pujian.” Komentar Bu Sutini. “Man jadda wajadda!” ucap guru agama Hamdan. (hal 186)

Semua orang salut pada Hamdan, tapi semua luntur begitu saja ketika Irsyad, kakaknya mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke  MAN Suruh sambil mondok.  Itu adalah hadiah karena NEM kakaknya sangat sempurna. Hamdan kembali dibanding-bandingkan dengan kakaknya. Hamdan yang nakal dan bodoh sedang kakaknya pintar, pandai mengaji dan anak berbakti. Hamdan kembali patah hati. Kakakku adalah langit, bahkan mungkin langit ketujuh. Sedang aku adalah bumi, bahkan mungkin bagian keraknya. (hal 208)

Patah hati Hamdan ternyata tidak sampai disitu saja. Ketika waktu terus berjalan, dan  dia tengah bersungguh-sungguh untuk mewujudkan mimpi yang ingin dia capai. Kecurangan yang dilakukaan gurunya kembali membuat Hamdan sedih. Tapi patah hati kali ini berbuah manis. Karena akibat patah hati ini, Hamdan mendapatkan kejutan yang lain. Sesuatu yang sudah sejak lama dirindukannya.

Novel yang sarat makna, antara lain; mengajarkan arti patah hati dilihat dari sisi berbeda, mengingatkan orangtua untuk bertindak adil, tidak pilih kasih terhadap anak, dan mengajarkan untuk berusaha keras untuk mencapai impian. Bahwa sebuah mimpi bisa dicapai jika mau berusaha dan sabar.  Selain itu,  ada pula pesan moral melalui kajian ilmu agama, yang ada disampaikan tanpa menggurui. Diceritakan dengan bahasa yang mudah dicerna. Ada banyak quoate sejuk dalam novel ini. Seperti “Berikan cintamu pada ilmu, niscaya ilmu akan membalasnya.” (hal 361)

2 comments:

  1. ohhh tadinya aku pikir novel percintaan..ternyata bukan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pertama kali lihat covernya aku juga berpikir seperti itu, Mbak. Tapi ketika menengok cover belakang, ternyata salah. ^_^

      Inilah kenapa orangtua tua tidak boleh pilihkasih. ^^

      Delete