Sunday 30 August 2015

[Review] Biar Jadi Muslimah yang Tidak Menyebalkan

buku salon kepribadian


by Kazuhana El Ratna Mida

Judul                           : Salon Kepribadian (Jangan Jadi Muslimah Nyebelin)
Penulis                         : Asma Nadia
Penerbit                       : Asma Nadia Publishing
Tahun terbit                 : Cetakan kedelapan, Juli 2014
Halaman                      : xvi + 312 halaman
ISBN                           : 978-602-9055-15-3
Harga                          : 56.000,-


Salon kepribadian buat muslimah, memangnya perlu? Bukannya muslimah apalagi jika sudah berkerudung, identik dengan pribadi anggun yang menebar sejuk pada sekitar?

Hm, meski seharusnya hanya menjadi sumber kebaikan, lihat kiri kanan deh, atau tatap bayangan di cermin. Jangan-jangan muslimah nyebelin yang butuh direhab itu kita sendiri J

 Mulai dari menjadi sumber aroma tidak sedap karena bau badan, selalu ngeluh sampai teman yang dengar lama-lama pingin menjitaki; atau kebiasaan asal komen, “Kok kamu gendutan sih? Iteman sih? Jerawatan sih?”

Bahkan saat menjalankan ibadah pun, ternyata muslimah bisa kena label nyebelin. Contohnya muslimah yang berdoa panjang atau sibuk make up di karpet musholla, sementara antrean penuh. Asal menaruh kaus kaki ketika shalat hingga jamaah di belakangnya kebauan, dan lain-lain. 

Dengan segudang alasan itu, Salon Kepribadian, hadir, untuk membantumengoreksi kebiasaan sepele, namun ternyata membuat tidak nyaman sekitar. Semoga menjadi menjadi kado cinta bagi muslimah mana saja: keluarga, sahabat, bahkan (calon) istri J


Yup, menjadi muslimah memang susah-susah gampang. Benar kalau muslimah itu akan terlihat anggun dengan baju panjang dan jilbab mereka. Namun, tanpa ada ilmunya sepertinya akan sama saja. Perlu diketahui, setiap apapun yang kita lakukan itu perlu ilmu. Menjadi muslimah yang baik pun butuh ilmu. Bukan ilmu agama saja, tapi ilmu berinteraksi, ilmu kepribadian dan ilmu memasyarakatkan diri.

Manusia hidup tidak sendirian, kan? Kadang apa yang kita rasakan nyaman belum tentu nyaman bagi orang lain.  Sebagai muslimah yang baik seyogyanya selain mencoba memahami diri sendiri juga mencoba memahamai sekeliling. Melihat lebih jauh tentang diri sendiri. Sudakah kita menjadi sosok muslimah yang baik? Baik dari segi ucapan, tingkah laku dan pikiran. Baik itu pada sesama manusia atau Allah.

Nah, dalam buku karya “Asma Nadia” yang berjudul “Salon Kepribadian” ini, akan mengupas dengan tuntas bagaimana cara menjadi muslimah yang baik dan tidak menyebalkan. 

Jangan salah, tidak semua muslimah itu bak bidadari baik hati. Ada yang meyebalkan juga. Tapi semoga kita terhindar dari sikap itu, ya. (Aamiin) Biar bisa terhindar kita simak deh, kenapa muslimah dianggap menyebalkan itu karena apa.

Di awal buku Asma Nadia ini, memaparkan bahwa muslimah yang menyebalkan itu, ketika tidak bisa menjaga lisan. Padahal, lisan itu sangat penting untuk dijaga, lho. Asal tahu, saja. Terpelesetnya lisan itu bisa mendatangkan bahaya hingga di akhirat, berbeda dengan terpelesetnya kaki yang lama kelamaan akan sembuh. (mengutip dari kita Ala-la).

Jadi sebagai muslim yang baik, kita harus menjaga lisan. Jangan berbicara atau mengingatkan seseorang dengan kasar hingga menyakiti hati orang lain. berbicaralah sewajarnya, dengan lemah lembut dan menenangkan.

Selain masalah lisan itu, kadang ada hal-hal sepele yang terlupakan hingga membuat muslimah memiliki citra jelek. Misalnya masalah keringat, bau mulut dan lain sebaginya. Kalau mau lebih jelas bisa diintip di halaman 9-28.

Selanjutnya jangan menjadi musuh dari mata. Lho, maksudnya apa? Kira-kira begini seandaianya kamu melihat seorang muslimah di jalan. Dia memang mekaian pakaian sopan, menutup aurat. Tapi ..., akan jadi merusak pandangaan ketika apa yang dipakai tidak sesuai bentuk tubuh, warna baju yang tidak cocok dijadikan satu setelan. Atau baju lecek karena tidak disetrikan. Tuh, kan? Jadi terlihat aneh. Nah, di sini, muslimah diajak untuk menjaga penampilan.

Jangan, negative thinking dulu, ya .... Penampilan di sini, bukan untuk berdandan menor atau lainnya. Bukan. Ah, itu mah sama saja jadi tidak enak dipandang. Maksud jangan jadi musuh dari mata itu ..., jadilah muslimah yang bersih, rapi dan enak dipandang. Enak dipandangnya yang dimaksud penulis itu, ketika memilih pakaian tentu harus sesuai dengan ukuran. Jangan seseorang yang ukuran bajunya S memakain baju ukuran M. Akan kedodoran jadinya. Juga masalah memilih jilbab yang tidak sesuai dengan baju yang dikenakan.

Melangkah pada halaman berikutnya, di awal sudah disinggung tentang lisan. Nah, di sini Asma Nadia akan membahas lebih segala hal yang berhubungan dengan ucapan yang perlu dihindari muslimah agar tidak menjadi muslimah yang menyebalkan. ada, lho, kebiasaan berbicara yang sungguh menyebalkan sehingga membuat teman merasa tidak nyaman. Lebih lengkap bisa dicek di halaman 63.

Di bab selanjutnya, Asma Nadia akan mengingatkan muslimah untuk selalu menjaga sikap. Kita pasti kadang merasa sebal ketika memiliki teman yang suka ikut campur. Nah, sikap ini perlu dihindari agar cap jelek tidak menempel pada seorang muslimah. Kalau pun ikut campur cukuplah pada tempatnya, jangan melebihi batas. Hal-hal yang melebihi batas itu tidak baik. Selain sikap itu akan dikupas lagi beberapa sikap yang lain.

Selain semua itu ternyata kadang, masalah ibadah juga bisa meresahkan dan membuat muslimah lain merasa terganggu.  Sebenarnya bukan karena ibadahnya, tapi sikap dari muslimah yang kadang terlalu cuek sehingga menimpulkan keresahan itu. Misalnya soal kebiasaan membaca Al-Quran dengan suara keras. Boleh, kok membaca keras, tapi tentu harus melihat siatuasi dan kondisi. Apalagi ketika tinggal nge-kos, di mana ruang itu bukaan milik pribadi yang bisa melakukan semaunya sendiri. So, lebih toleran dan peka. Manusia itu hidup bermasyarakat. Jangan egois.

Dan masih banyak lagi hal yang akan dikupas di sini. Tentang kebersihan dalam beribadah, masalah tausiyah dan Lats but not least. 

Pastinya ketika selesai membaca buku salon kepribadian, kita akan mengerti, betapa perlunya kita mengolah lagi kepribadian kita. Jangan khawatir selain kupas tuntas, juga ada tips dan trick bagaimana menghindari sikap-sikap menyebalkan dan merubah diri.  Bahasanya ringan dan mudah dicerna, jadi tidak akan membuat pusing kepala. recomended untuk dibaca para muslimah.


Srobyong, 30 Agustus 2015

Friday 28 August 2015

[Review] Mengukur Jiwa Nasionalisme





Kazuhana El Ratna Mida

Judul Buku                  : Karena Aku Tak Buta
Penulis                         : Redy Kuswanto
Penerbit                       : Metamind, Creativ Imprint of Tiga Serangkai
Editor                          : Antik
Cetakan                       : Januari 2015
Halaman                      : 332 + xii
ISBN                           : 978-602-257-107-0

Sebuah buku yang menjadi juara pertama dalam sebuah event lomba menulis novel ‘Seberapa Indonesiakan dirimu?’. Novel apik yang membuat siapa pun yang membaca akan tersentil dan mulai berpikir ulang tentang jiwa ke-Indonesiaanya. “Sudahkan aku menjadi warga baik yang mencintai kebudayaannya negerinya sendiri? Atau aku malah terkunkung dengan budaya barat yang mulai mengkontaminasi” Mungkin itulah pertanyaan yang akan dipertanyakan setelah membaca novel ini.
Novel ini menceritakan tentang tokoh Zad. Anak mertopolitan yang selama ini kurang kasih sayang orangtua, hingga terjerumus pada pergaulan bebas tanpa kendali. Tawuran, menjadi ketua genk remaja dan berbagai kenakalan lainnya. Hal itu membuatnya harus berurusan dengan polisi. Hingga orangtuanya menyadari kekeliruan mereka dan memindahkannya ke Jogja. Yah, katanya untuk sebuah perubahan. Walau ternyata di Jogja pun Zad masih-lah sebebas di Jakarta meski tidak se-ekstrim dulu.  Namun pertemuannya dengan Gendis—gadis sederhana di kampusnya,  dan kunjungannya ke sebuah desa bernama  Ngargomulyo, telah merubah dunianya.

Di desa itu Zad juga bertemu  Mas Gendra dan pak Gio. Dia menemukan sesuatu yang membuatnya terkagum-kagum, tapi juga membuatnya sedih. Merasa kerdil karena karena selama ini dia telah membuang waktunya  dengan sia-sia. Hanya bermain dan nongkrong menghabsikan uang kiriman ayahnya. Ketika Gendis mengenalkan berbagai macam permainan tradisional dia sama sekali tak tahu apa pun. Apalagi tentang festival dolanan di Yogyakarta.

Dia merasa buta. Bagaimana mungkin dia yang anak Indonesia sama sekali tidak tahu akan permaina  tradisional? Gobak sodor, kasti, petak umpet, dakon dan lain sebagainya. Sebagai adak yang besar di kota besar, hal itu sama sekali tidak dikenalkan di sana. Sejak kecil dia hanya mengenal game online. (Halaman 45)

Karena ketidaktahuannya itu, ketika anak-anak kecil di desa Ngargomulyo mengajaknya bermain, dengan sopan Zad menolaknya. Dia harus tersenyum kecut ketika banyak pertanyaan dilontarkan padanya. Bahkan menerirma tatapan aneh anaka-anak yang seolah berkata “Emangnya Mas Zad, bukan orang Indonesia?” Dia sungguh tertohok.

Zad sungguh tersentak. Di desa ini dia sungguh merasa seperti alien.  Masalah permainan tradisional ini sungguh baru baginya. Belum lepas kekegetannya, anak-anak mmenyinggung tentang Museum permainan yang ada di Yogyakarta. Dan parahanya, selama dia kuliah di sana, dia tidak tahu menahu tentang Museum itu. Dia hanya bisa terkagum-kagum ketika Gendis menjelaskan semuanya dengan detail mengenai Museum itu. Dan semakin menyadari bahwa dia sangat buta dengan budaya sendiri sebagai identitas bangsa. (Halaman 60).

Lebih miris lagi ketika dia tahu bahwa penggagas dari Museum itu adalah seorang pria berkebangsaan Belgia. Pria yang bernama Pak Rudi sungguh peduli dengan tradisional dan budaya Indonesia. Dia takut  permainan tradisional mulai menghilang dan menyebabkan anak zaman sekarang yang tidak banyak mengenal sama sekali, (halaman 122)

Zad merasa malu. Dia pun bertekad untuk melakukan sesuatu. Dia tidak mau menutup mata terhadap perjuangan orang-orang yang ingin melestarikan budaya bangsa. Tapi niatnya itu tidak sejalan dengan tiga sahabatnya—Yod, Fya dan Rhean yang lebih suka hidup bermewah-mewah.  Mereka  merasa Zad hanyalah dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu yang berkedok tentang keinginan masalah melestarikan budaya. Bukankah mereka baru kenal? Kenapa Zad harus ikut repot, akan sesuatu yang bukan urusannya. Begitulah pendapat teman-temannya.

Zad merasa terasing. Belum lagi kisah asmaranya dengan Gendis yang terancam bubar karena ulah papanya. Tidak hanya itu, bersamaan waktu, teror kini menghantuinya. Begitu banyak masalah yang harus dihadapinya. Zad tertekan, merasa lelah dan putus harapan. Entah dia sanggup melanjutkan semua janji untuk membantu para relawan itu ..., atau malah angkat tangan.

Novel yang asyik untuk dibaca dan syarat makna. Mengingatkan kita bahwa saat ini masalah budaya apalagi permainan tradisional sudah semakin terkikis, bersama dengan hadirnya permainan game online yang saat ini telah mewabah. Apalagi pas nih di bulan Agustus, ketika negara kita tengah merayakan pesta negara.

Kenyataannya, saat ini anak-anak lebih suka bermain plays stasion, game onlien dari pada main petak umpet atau gobak sodor. Atau bahkan mungkin sudah tidak banyak yang tahu akan permainan itu. Bahkan untuk kalangan remaja hingga dewasa, pun sudah jarang mengenalkan permainan itu. yang disuguhkan memang gadget dan segala permainan moderen.

Novel ini cukup menyentil saya sendiri, menyindir secara halus melalui rentetan ceritanya. Ketika membaca ini, saya hanya bisa tersenyum dan mulai menyadari bahwa saya masih jauh dari jiwa nasionalisme.

Srobyong, 14 Agustus 2015





Sunday 23 August 2015

The Pieces of Sadness




Kazuhana El Ratna Mida

            Aku berdiri kokoh sambil menghela napas. Tangan bersedekap, menyapukan pandangan ke arahnya. Namun, dia nampak tak peduli dengan kehadiranku. Dia tetap asyik berkutat dengan kertasnya.

Aku mendekatinya, mencondongkan tubuh agar bisa lebih dekat. Dia memandangku sebentar. Tersenyum. Hanya  sebentar, lalu dia kembali asyik dengan kertasnya. Ternyata dia menggambar. Dengan lincah dia menggoreskan sapuan warna. Aku menggigit bibir, menahan gejolak rasa yang mulai menjalar hangat. Sedih juga terharu.

Kupikir ..., hanya aku yang paling sedih. Merasa kehilangan dan memendam kerinduan. Menjadi gadis paling malang. Tapi ..., ternyata aku salah.

Aku masih ingat dengan jelas. Ketika kabar itu sampai di telinga. Aku hampir roboh. Persendian kakiku lemas. Aku meraung; menjerit. Kenapa cobaan itu harus aku terima? Katanya jika aku menjadi anak yang baik, mereka tidak akan meninggalkanku. Mereka akan selalu mendampingi hingga aku dewasa nanti. Tapi ..., nyatanya apa?

“Yang sabar, ya, La.” Bibi Fatimah mengelus lembut punggungku. Memeluk aku dalam dekapnya.

“Kenapa ibu dan bapak pergi, Bi?” aku masih tidak terima.

Bayangkan ..., kurang lebih dua bulan terakhir ini, aku menunggu. Menunggu dengan segenap hati. Merasa tidak sabar untuk menumpahkan rasa rindu yang selama ini terpisah dengan jarak cinta—bernama perbedaan negara.

“Mereka bilang hanya sebentar ..., kenapa mereka bohong, Bi.” Aku terisak.

“La ..., Setiap manusia pasti akan meninggal. Kamu sudah tahu itu, kan?” Bibi Fatimah menatapku.

Aku mengangguk. Yah, guru agamaku di MA—Bu Asiah pernah menjelaskan tentang itu. Bahkan Ustad di musala. “Anak-anak, setiap makhluk hidup  akan kembali pada Allah. Kematian adalah rahasia Allah. Kita tidak dapat mempredisikan kapan waktu dan di mana tempatnya. Kita hanya bertugas untuk mencari bekal, agar bisa diterima di surga-Nya.”

Aku bahkan ingat tentang anjuran agar tidak bersedih berlebihan ketika ditinggal keluarga yang meninggal dunia. Karena itu akan memberatkan amal mereka.  “Orang mati akan tersiksa dalam kubur menutur apa yang dirintihkan (dikeluhkan) atasanya.” [1] 

“Semua pasti ada hikmahnya. Mereka menyayangi bapak dan ibu ..., sehingga mereka dijemput dengan segera.” Bibi Fatimah kembeli memelukku, dan aku makin tergugu meski sudah menahannya.

Yah,siapa yang tidak sedih dan terpukul, ketika tahu hari di mana harusnya orangtua mereka pulang dan berkumpul dengan keluarga ..., ternyata telah lebih dipilih untuk kembali pada Yang Esa. Yang pulang adalah jenazah orang yang paling kusayangi.

Kesedihan menjajahku. Tapi ..., kemudian aku tersadar. Ketika tatapanku menangkap sosoknya yang asyik dengan kertasnya. Dia tadi sempat menangis karena aku meraung. Tapi Bibi sudah berhasil menenagkannya. Kini dia di kamar. Aku menatapnya dengan kecamuk rasa.

Ah, harusnya aku bersyukur, selama ini mungkin aku lebih beruntung daripada dirinya. Aku mendapat kasih sayang lebih dari cukup dibanding dia. Aku mendekatinya, duduk di samping kiri.

“Dedek menggambar apa?”

“Melukis Ka’bah, Kak.” Dia menunjukkan padaku.

“Kata Ibu, kalau dedek sudah bisa menggambar setelah pulang dedek akan diberi hadiah ibu dan bapak,” lanjutnya berucap.

Seketika aku mendekapnya. Erat, mengelus rambut panjangnya. Dia adikku, si kecil yang masih berusia lima tahun. Aku tergugu.

Srobyong, 23 Agustus 2015.


[1] Hadist Riwayat Bukhari dan Muslima, diambil dari Riyadus Shalihin karya Salim Bahresi.

 Tulisan ini diikutkan dalam GA yang diadakan kaylamubara.blogspot.com bekerja sama dengan LovRinz Publishing. http://kaylamubara.blogspot.com/2015/07/give-away-berhadiah-empat-buku-manis.html


Wednesday 19 August 2015

[Cerpen] Kasih yang Kuyakini

 
Oleh : Kazuhana El Ratna Mida

Marni masih ingat benar ketika dia memutuskan menikah dengan Burhan. Pernikahan yang sejatinya memang sangat dia tunggu namun penuh kontroversi. Bagaimana tidak, sebagian keluarga menentang pernikahan ini. Padahal Marni pikir, kekhawatiran keluarganya terlalu berlebih. 

Hanya karena sebuah adat budaya yang sudah mendarah daging. Orang menyebutnya ‘Melangkahi lautan darah’ ini berdasarkan perhitungan primbon; weton [1] yang dimiliki. Di daerah tempat tinggal Marni, hitungan weton sebelum pernikahan masih sangat dipercaya. Juga karena alasan yang menikah sama-sama anak pertama itu tidak baik. Sungguh picik bukan? Padahal sekarang mereka sudah hidup dengan berpegang pada Islam. Tapi adat jawa masih menjadi panutan. 

Namun, bukan Marni kalau tidak mencoba mempertahankan Burhan yang sudah lama sangat dicintainya. Yah, meski ada desas-desus tidak enak mereka akhirnya tetap melaksanakan pernikahan yang sudah disusun sedemikian rupa. Menyerahkan semua pada Allah. Marni maupun Burhan membujuk kedua orang tua mereka untuk mengerti kepercayaan mereka.

Hari itu pun menjadi kebahagiaan yang tak terkira bagi Marni atau Burhan. Cinta mereka yang telah membuncah akhirnya dapat dipersatukan.

“Alhamdulillah, ya, Mas. Akhirnya semua terlaksana,” ucap Marni penuh syukur, ketika mereka sudah melalui segala proses yang cukup rumit. 

“Tapi, Mas masak tadi pas aku memakai gaun pengantin, tiba-tiba gaun itu sobek. Nah, mereka bilang itu pertanda buruk. Aku takut—,” Marni tak meneruskan ucapannya.

“Hanya sebuah mitos, Dek. Bukankan kita sudah menundukkan satu? Insya Allah semua baik-baik saja jika kita hanya percaya pada Allah.”

Mendengar ucapan suaminya Marni merasa tenang. Yah, suaminya memang tak terlalu percaya mitos atau adat-adat yang nyleneh menurut pandangannya. Hanya Allah-lah yang Maha Tahu segalanya. Terlepas dari semuanya. Kenapa harus takut pada adat jika masih ada Allah?

~*~

“Ibu melamun? Ingat almarhum bapak, ya?” Nunik anak sulung Marni menepuk halus pundaknya. 

“Iya, Nduk. Ibu kangen sama bapak. Kangen wejangan-wejangan [2] yang diberikan.” 

Yah, betapa dulu semua begitu mudah tidak seperti sekarang. Ketika Burhan masih hidup, Marni tak perlu banting tulang. Namun, Tuhan telah berkehendak lain. Burhan telah berpulang karena mengalami kecelakaan setelah pulang mengajar. 

Sedih, dan seolah putus asa. Mereka baru saja memiliki momongan baru. Merintis usaha bersama demi pendidikan anak-anak. Tapi ..., kenapa?

Selentingan-selentingan pun terdengar tentang pernihakan Marni dan Burhan. Di mana mereka tetap melangsungkan pernikahan yang sejatinya pamali menurut sebagian warga. Karena mereka telah menentang budaya adat yang pernah ada.

“Itu-lah akibatnya, Mar, kalau melawan adat. Pernikahanmu tak bertahan lama. Tuh buktinya suamimu meninggal dunia.”

“Oh, iya. Bukankah pas nikah gaun pengantinmu juga sobek, kan? Itu juga pertanda, Mar.” Asih berkomentar.

“Kamu sih, nggak mau dengerin saran orang tua. Kan, jadinya kualat,[3]” seloroh Asih lagi.
Marni hanya diam sambil memikirkan semua perkataan Asih.

“Coba dulu, kamu mau menikah dengan Hadi, hidupmu enak. Dadi wong sugeh rak usah rekoso.” [4]
Setelah ucapan panjang lebar Asih sudah mentok berhenti, kini Marni angkat suara.

“Aku tidak pernah menyesal, Sih, aku senang bisa menikah dengan Mas Burhan. Yah, meski hidup sederhana tak terlalu mewah.” Lalu Marni menghela napas.

“Masalah jodoh dan mati, kupikir itu kehendak Allah. Kita tidak lantas mempercayai adat-adat budaya yang kadang hanya sekadar mitos belaka. Kita punya Allah kenapa kita tidak berserah pada-Nya?” 

Marni mencoba menjelaskan pada Asih sama persis dengan penjelasan yang selalu Burhan katakan ketika dia takut. Beruntunglah dia yang bisa mengenal Burhan. Sosok yang penuh wibawa dan memegang teguh agama.

Kalaupun sekarang dia harus banting tulang untuk mengepulkan asap dapur dan biaya sekolah dua anaknya. Marni rela. Dia ikhlas menggantikan tugas suaminya yang telah menitipkan amanah untuk membesarkan dua pelita yang semoga bisa membanggakan orang tua. Tak hanya pintar tapi juga berbakti menjadi anak salihah.

~*~

“Ich, ibu melamun, lagi,” protes Nunik gemas lalu memegang tangan ibunya.

“’Maaf, Nduk. Kalau mengingat tentang bapakmu memang bisa lupa waktu.” Marni terkekeh.

“Ibu sangat mencintai bapak, ya?” tanya Nunik.

“Lho, iya to, Nduk. Kalau nggak cinta mana ada kamu dan Rian.”

"Jadi karena itu ibu tak mau menikah lagi?" tanya Nunik hati-hati.

Nunik pernah dengar ibunya itu sangat cantik. ketika bapaknya meninggal banyak yang berlomba untuk meminang janda kembang itu . tapi ibunya--Marni selalu menolak dengan alasan ingin merawat anak-anak Burhan dengan jerih payahnya sendiri. Ditambah dia memang belum bisa berpaling dari Burhan. Lima tahun cukup baginya untuk bermanja dengan Burhan. Selebihnya dia rela banting tulang. Yah, bahkan hingga sekarang.

"Begitulah, Nik. Ibu tidak mau mengkhianati bapakmu. Cukup kalian saja, sebagai penggantinya."
Nunik semakin bangga pada ibunya.

“Wah, kayaknya ada yang seru. Rian ketinggalan, ya, Bu.” Rian yang baru datang langsung ikut bergabung.
 Marni menyambut putra keduanya yang sudah masuk kelas tiga aliyah. Betapa dia senang bisa berdiri tegak sampai sekarang untuk menyekolaahkan keduanya. Nunik yang saat ini sudah kuliah dan memaski semester tiga.

Syukur Marni pada Allah sungguh tak terkira. Bermodal uang peninggalan suami yang tak seberapa, dia mencoba melanjutkan usaha dagang yaang mereka rintis bersama. Alhamddulillah, pengetahuannya tentang mengatur uang bisa dimanfaatkan dalam bisnis dagang.

Meski sempat beberapakali memakan kerugian karena dia kurang pengalaman. Allah selalu ada untuk memberi pertolongan. Untuk anak, Marni rela berkorban apa saja, agar mereka memperoleh pendidikan yang layak.

Srobyong, 19 April 2015.

[1] weton = hari lahir seseorang berdasarkan pasarnya.
perhitungan weton di daerah Jepara masih sangat kental dipercaya. Adat budaya itu masih berkembang hinga sekarang. Kalau mau menetukan cocok tidaknya pasangan masih menjadi pegangan kuat. Juga untuk menentukan hari yang baik.
[2] wejangan = nasihat
[3] kualat = mendapat bencana
[4]Dadi wong sugeh rak usah rekoso = menjadi orang kaya tidak akan kesusahan.

Sunday 16 August 2015

[Artikel] Tips Menjadi Guru Idaman dan Profesional




Menjadi seorang guru adalah tanggung jawab besar. Karena tugas guru sebagai mediator transfer ilmu untuk mencerdaskan bangsa. Guru dituntut memilki kompetensi-kompetensi yang memadahi, agar menghasilkan pendidikan yang sesuai harapan.
Empat kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang guru:

1. Pedagogik

Yaitu kompetensi seorang guru yang dituntut untuk mampu mengelola proses belajar mengajar. Termasuk di dalamnya perencanaan dan pelaksanaan eveluasi hasil belajar mengajar, dan pengembangan peserta didik sebagai individu.
Hal-hal yang perlu dikuasai, antara lain: menguasai karakteristik siswa dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu, serta menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.

2. Kepribadian

Yaitu dedikasi dan loyalitas. Seorang guru harus tegar, dewasa, bijak, tegas, dapat dijadikan contoh dan memiliki kepribadian mulia. Kompetensi yang harus dimiliki, antara lain: bertindak sesuai dengan norma agama, hokum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, menampilkan pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi siswa dan masyarakat, memiliki wibawa, menunjukkaan etos kerja, tanggung jawab tinggi dan menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3. Profesional

Yaitu kemampuan menguasai materi pembelajaran. Kompetensi yang dimiliki adalah menguasai meteri, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang diampu, menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran, dan mengembangkan materi ajar dengan kreativitas.

4. Sosial

Yaitu kemampuan guru dalam bersosialisasi terhadap masyarakat. Mudah berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif baik pada siswa, para guru, atau masyarakat sekitar.
Kompeetnsi dalam bidang ini adalah bersikap inklusif, obyektif, dan tidak diskriminatif-karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status social ekonomi, berkomunikasi secara efektif, empati dan santun dengan sesama pendidik, tenaga pendidik, orang tua, dan masyarakat, serta bisa beradaptasi di mana pun ditempatkan dalam tugas mengajar.
Empat kompetensi guru di atas harus dimiliki guru, sebagai komitmen awal dalam upaya menjadi guru yang baik dan kreatif. Tanpa semua kompetensi itu, akan sulit untuk mengemban tugas sebagai guru.

Menjadi seorang guru pada dasarnya mudah. Namun, untuk komitmen mengemban amanah untuk mengabdi pada bangsa itulah yang agak susah. Tugas guru tidak hanya mendidik atau transfer ilmu, guru juga menjadi orang tua peserta didik dalam pembelajaran; guru sebagai pengingat juga motivator. Banyak tugas dari seorang guru, sehinga dalam menjalankannya diperlukan komitmen yang kuat, agar tidak mudah menyerah ketika ada aral melintang yang menghadang.

Beberapa tugas guru yang penting diketahui, untuk memupuk komitmen dalam menjalankan tugas sebagai guru, antara lain:
1. Guru sebagai pendidik
2. Guru sebagai motivator
3. Guru sebagai pembimbing
Menurut Roestiyah, ada beberapa tugas guru dalam mendidik anak:
1. Seorang guru untuk sponsor di dalam kegiatan anak-anak.
2. Seorang guru sebagai pemimpin.
Yang memiliki tanggung jawab dan kesempatan dalam banyak situasi, membimbing anak ke arah membentuk keputusan, menghadapkan anak-anak pada problem, dan pemecahan masalah.
3. Guru sebagai perencana kurikulum.
4. Guru sebagai salah satu profesi.
Orang yang nantinya menyadari peran guru karena keterpaksaan tidak dapat bekerja dengan lebih baik. Maka harus bisa menyadari dengan benar-benar bahwa pekerjaan sebagai salah satu profesi.
5. Guru sebagai manager dan administator.
6. Guru Sebagai penegak kedisiplinan.
Guru harus menjadi pelopor dalam segala hal. Tata tertib dapat berjalan bila guru dapat menjalani lebih dahulu.
7. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.
Sebab nantinya, anak akan bekerja dan hidup mengadibkan dirinya di dalam masyarakat. Dengan demikian, anak harus dibiasakan dan dilatih di sekolah dalam pengawasan guru.
8. Guru ialah pembimbing dalam membawa anak didiknya ke arah kedewasaan.
Pendidik tidak maha kuasa. Tidak dapat membentuk anak menurut sekehendaknya.
9. Sebagai perantara dalam belajar.

Proses belajar guru hanyalah sebagai perantara atau medium. Anak pun harus bisa berusaha sendiri mendapatkan suatu pengertian atau insight, sehingga nantinya akan timbul perubahan dalam tingkah laku, sikap, dan pengetahuannya.
10. Mempersiapkan anak menjadi warga Negara yang baik.
11. Mencetak kepribadian anak yang harmonis, yang sesuai dengan cita-cita dan dasar Negara kita Pancasila.
12. Menyelenggarakan berbagai kebudayaan terhadap anak didiknya, berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.
Begitu banyak tugas seorang guru. Jika dalam pofesinya tidak memiliki niat yang kuat untuk mewujudkan pendidikan yang baik dan bermutu, seorang guru bisa saja putus ada dan berhenti dari pfofesinya. Dan, tanpa seorang guru, maka pendidikan tidak akan berjalan.
Ketika guru sudah mampu melaksanakan tugasnya, langkah selanjutnya adalah menaklukkkan hati peserta didik; bagaimana mereka suka dalam kelas yang diampunya, semangat mengikuti pelajaran, dan tidak bermalas-malasan. Guru dituntut untuk selalu kreatif, agar bisa menarik minat peserta didik untuk mempelajari materi yang diajarkan.

Sifat yang harus dimiliki guru agar bisa mengambil hati para murid, antara lain:
1. Sabar
2. Kasih sayang
3. Adil, dan tidak pilih kasih
4. Jujur
5. Bisa menjadi teladan
6. Empati
7. Rendah hati
8. Demokratis
9. Tegas
10. Mengayomi
11. Disiplin
12. Humoris
13. Sederhana
14. Tulus
15. Komunikatif
16. Bijaksana

Inilah beberapa pemaparan tentang guru profesional yang menyenangkan. Jika tidak semua bisa dimiliki, maka mungkin ada salah satu sikap yang telah melekat pada diri setiap guru.

Guru dan murid adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Begitu banyak tugas yang diemban seorang guru hingga mereka harus selalu kuat dan tabah dengan segala masalah ketika menemui berbagai macam karakter anak didik yang berbeda.

Guru yang baik akan menghasilkan peserta didik yang baik pula. Itulah tantangan yang harus dilalui dengan komitmen, dan semangat juang mencerdaskan bangsa.

Seyogianya, guru sebagai orangtua di sekolah tidak hanya menjejali pembelajaran tanpa ada kasih sayang. Karena bagaimanapun, guru sebagai sosok yang lebih banyak menghabiskan waktu bersama anak-anak di sekolah.

Menjadi guru profesional, baik, bahkan disayang para murid, bukankah itu lebih menyenangkan?

 [Kazuhana El Ratna Mida/Bersamadakwah.net]

Srobyong, 2 Mei 2015

Editor: Pirman Bahagia
Re-Post dari artikel saya yang pernah dimuat di web bersamadakwah. Atau bisa dibaca di http://bersamadakwah.net/tips-menjadi-guru-idaman-dan-profesional/.
 

Saturday 15 August 2015

[Artikel] Ketuhanan Berdasarkan Surat An-Nisaa’ dan Al-Ikhlas



Dewasa ini, kebanyakan manusia sudah mulai lupa dengan esensi ketuhanan. Jiwa mereka kosong, hati dan pemikiran manusia saat ini telah banyak dipengaruhi derasnya arus globalisasi. Sehingga kebanyakan dari mereka melupakan adat dan peraturan yang dibuat ‘Tuhan’ mereka. Para manusia saat ini sudah melampaui batas, sampai mendekat pada syirik.

Karena itu marilah sedikit kita kembali membaca Al-Qur’an sebagai perenungan diri. Al-Qur’an mukijizat yang berlaku di setiap zaman selalu memiliki pencerahan dri masalah-masalah yang timbul di muka bumi.

Sepeti halnya tentang ketuhanan yang perlu dikaji lagi agar iman tidak terkikis oleh zaman. Beberapa surat yang membahas tentang Ketuhanan adalah surat An-Nisaa ayat 48 dan 123 serta surat Al-Ikhlas ayat 1-4.


A. Tafsir surat An-Nisaa ayat 48

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisaa’ :48)

Penjelasan surat:


إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni bila Dia dipersekutukan. (pangkal ayat 48)

Inilah yang pokok dari ad-din (agama) yaitu mengakui adanya tuhan itu hanya satu. Tidak ada yang lain yang bersreikat atau bersekutu dengan Dia, baik dalam ketuhanan-Nya ayat dalam kekuasaan-Nya. Sebab itu kalau ada orang yang menganggap bahwa ada yang lain yang turut berkuasa di samping Allah, turut menjadi Tuhan pula, maka sesatlah faham orang itu. Dan tidaklah Allah akan memberinya ampun.

بَهِ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذَا لِكَ لِمَنْ يَشَآءُ

Dan Dia akan mengampuni yang selain demikian bagi siapa yang Dia kehendaki.

Artinya dosa-dosa yang lain, yang bukan dosa syirik masih bisa di ampuni oleh tuhan untuk siapa-siapa yang patut diampuni menurut pilihan tuhan. Makanya diayat ini tuhan memberi tekaknan bahwa dosa selain syirik bisa diampuni bagi siapa yang Dia kehendaki karena pada umunya suatu dosa besar timbul ialah karena telah syirik terlebih dahulu.

Sehingga tersebutlah di dalam hadist yang sahih: “Tidaklah mencuri seorang pencuri melainkan karena dia musyrik. Tidaklah berzina seorang pezina melainkan karena dia musyrik.” (Dari Tafsir Al-Azhar)

Mengapa pencuri mencuri karena musyrik? Ialah karena ingatannya tidak satu lagi kepada Allah. Allah telah diduakannya dengan keinginannya yang jahat. Perintah dari keinginan yang jahat itulah yang memerintahkannya sehingga dilanggarnya keinginan Allah.

Orang yang berzina pun demikian, orang terlanjur berzina karena kepercayaannya kepada azab Tuhan sudah tidak berpengeruh lagi kepada dirinya. Yang mempengaruhinya ialah syahwatnya.

Sesungguhnya yang demikian, pintu ampunan dari Tuhan masih terbuka kepada orang orang yang dikehendakiNya, yang dalam pandangan Tuhan ada pada penyesalan yang sungguh sungguh. Dan Tuhan pun bersabda bahwasanya dosa syirik sekalipun yang tidak bisa diampuni oleh tuhan itu. Akan diampuninya juga apabila taubat dengan sungguh-sungguh.

Bukankan sahabat-sahabat Rasulullah yang besar-besar itu adalah dahulunya adalah bukan orang muslim? mereka menyembah berhala semuanya, maka setelah mengakui ke Esaan Tuhan dan mengakui kebenaran Muhammad. Dosa mereka diampuni dosa dan mereka pun menjadi islam yang baik.

Oleh sebab itu, maka ayat ini memberikan pengertian bahwa dosa syirik itulah yang akan disingkiri benar-benar terlebih dahulu. Apabila tauhid telah matang tujuannya hanya satu kepada Allah. Maka kebajikan yang lain akan menurut dan kejahatan yang lain sendirinya akan hilang.

Bila kita sambungkan ayat ini dengan ayat-ayat yang sebelumnya, terhadapa pemuka-pemuka yahudi tadi, di perintahkan mereka agar kembali kepada tauhid yang sejati. Apabila tauhid telah dipegang teguh, hatipun terbuka menerima kebenaran Allah. Dengan sendirinya akan mereka terima segala wahyu yang diturunkan Tuhan, baik taurat, injil atau Al-Qur’an.

Tauhid adalah jalan kelepasan jiwa dari pada segala ikatan, sebab syirik adalah memandang ada pula yang berkuasa selain Tuhan dalam alam ini. Tauhid adalah jiwa bebas dari pengaruh alam. Syirik adalah jiwa budak. Tauhid tidaklah terpisah dari kata merdeka. Tauhid juga perhambaan, tetapi perhambaan kepada Pencipta Alam itu sendiri.

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

(Barang siapa mempersukutukan Allah maka sesungguhnya ia telah berbuat dosa yang besar )

Segala dosa bisa diampuni, namun syirik tidak! Inilah pokok pegangan.

 Menurut Syaikh Abul Bagaa, syirik di bagi menjadi 6 yaitu:

1. Syirik al-istiqlah yaitu menetapkan pendirian bahwa Tuhan itu ada dua dan keduanya bebas bertindak sendiri-sendiri.

Contohnya : seperti syiriknya orang majusi (penyembah api) menurut mereka Tuhan ada 2 yaitu:

a. Ahuramazda : tuhan dari segala kebaikan
b. Ahriman : tuhan dari segala kejahatan
Menurut ijma ulama hukumnya kafir.

2. Syirik at-tabi’ah yaitu menyusun Tuhan yang terdiri dari beberapa Tuhan. Seperti syiriknya orang nasrani. Hukumnya kafir.

3. Sririk at-taqrib yaitu beribadat, memuja kepada selain Allah untuk mendekatkan diri kepada Allah seperti syiriknya orang jahiliyah. Hukumnya kafir.

4. Syirik at-taqlid yaitu memuja, beribadat kepada selain allah karena taqlid ikut-ikutan kepada orang lain

5. Syirik at-asbab, yaitu menyandarkan pengaruh kepada sebab-sebab yang biasa. Seperti syiriknya orang-orang filsafat dan penganut faham naturalist. (mereka berkata bahwa segana kejadian dalam ala mini tidak ada sangkut pautnya dengan tuhan. Meskipun tuhan itu ada. Melainkan adalah seba- sebab dari pada alam itu sendiri).

6. Syirik al-aghraadh yaitu beramal bukan karena Allah.

Hukumnya adalah ma’syiat (durhaka) bukan kafir…

Sabda Nabi saw :

Dari abi said al khudry, berkata dia : berkata rasulallah S.A.W : “Barang siapa mati, tidak mempersekutukan sesuatu dengan allah akan masuk syurga” (HR Imam Ahmad).

B. Tafsir surat an-nisaa ayat 123

لَيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلا يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلا نَصِيرًا

(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-angan kalian yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitâb. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi balasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain Allah.(QS. An-Nisaa’ :123)

Penjelasan Ayat


لَيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلا أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ

(Tidaklah angan-anganmu dan tidak pula angan – angan ahli kitab)

Di sini diterangakan bahwa agama, baik yahudi dan nasrani atau islam sekalipun. Tidak bergantung kepada angan-angan dan khayal. Tidaklah dia menjadi alat untuk memanggakan golongan, mengatakan bahwa diri itu lebih baik dari yang lain. Membangun agama bukanlah dengan angan-angan.

Meskipun di pujikan agama yang kita peluk setinggi langit, di katakana kita yang lebih tinggi. Sesat semuanya itu bukanlah kenyataan, tetapi hanya angan-angan. Dan yang di minta dari padamu bukanlah angan-angan atau khayal, kebanggaan mulut, padahal tidak didahului atau di sertai oleh kenyataan.

Membanggakan bahwa agama kamulah yang paling berkenan di sisi Allah, orang yahudi berkata demikian. Nasrani demikian pula bahwa orang islam pun ikut pula berbicara yang demikian. Apakah akibat yang sebenarnya bisa timbul? Tidak lain adalah ta’ashshub atau fanatic yang di diri ini segala benar, dan orang lain salah, dan yang di kerjakan tidak ada.

مَنْ يَعمَلْ سُوْءًا يُجْزَبِهِ

(barang siapa yang berbuat sesuatu kejahatan, niscaya akan di bahas dengan itu pula)

Ditegaskan di sini, bahwa barang siapa yang berbuat suatu kejahatan, niscaya akan dibalas dengan itu pula, yaitu balasan yang setimpal. Apakah sebab hal ini ditegaskan oleh tuhan? Mari kita lihat perjalanan.

Berapa kalikah telah terjadi, di dalam mempertahankan agama yang mereka peluk, mereka sampai hari melanggar kecintaan yang ditanam oleh agama itu sendiri, lalu menukarnya dengan kebencian? Sampai ada yang berpendirian, tidak mengapa berbuat jahat kepada orang lain di luar hukum kebenaran asal untuk membela agama.

Mungkinkah menegakkan agama dengan melanggar perintah agama itu sendiri? Yang jahat tetap jahat. Biar yang berbuat jahat itu yahudi atau nasrani atau islam sekalipun. Maksud ajaran agama bukan untuk berbuat jahat, pasti mendapat hukum yang setimpal.

وَﻻَ يَجِدْلَهُ مِنْ دُوْنِ ﷲ ِ وَلِيًّا وَّﻻَنَصِيْرًا

(Dan tidaklah akan dia dapati selain dari Allah pelindung dan tidak pula pembela)

Bahwa segala dosa mungkin dapat diampuni namun dosa syirik tidaklah akan diampuni. Maka apabila seseorang berbuat jahat, melanggar hukum dan perintah tuhan pastilah dias menerima ganjaran yang setimpal dengan kejahatan itu. Yang akan menghukaum ialah Allah. Menurut hukumnya yang adil. Maka baik dia yahudi, nasrani ataupun islam tidaklah akan dapat mereka meminta perlindungan dari pada yang lain atau meminta pembela sebagai orang tengah yang akan melindungi mereka dari siksaan tuhan.

C. Tafsir surat al- ikhlas

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
اللَّهُ الصَّمَدُ
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

Surat Al-Ikhlas ini menolak pendapat orang-orang musyrik. Pendapat orang-orang yang berpendapat bahwa cahaya dan gelap itu adalah yang mneguasai ala mini. Sebagaimana membatalkan madzhab orang-orang yang menyembah binatang.

Surat Al- Ikhlaas ini mengandung penisbatan Allah, tidak ada sekutu baginya dan Allahlah yang dimaksudkan untuk menyelesaikan segala keperluan tidak beranak dan tidak diperanakkan serta tidak ada yang sebanding. Surat ini juga dinamakan surat at- tauhid karena surat ini mengenai tauhid dan tanzih adalah dasar yang pertama dan aqidah islamiyah.

Karenanya surat ini dipandang sama dengan sepertiga Al-Qur’an dalam pahala membacanya. Dasar pokoknya dalah tiga perkara.

1. Tauhid
2. Menetapkan batas-batas amal manusia
3. Urusan hari kiamat

Maka apabila kita membaca surat ini dengan tadabbur yang sempurna. Allah memberikan kepada kita pahala membaca 1/3 Al-Quran.

Diriwayatkan oleh Addhahak bahwa para musyrikin menyuruh Amir Ibnu Thufail pergi kepada Nabi untuk mengatakan: engkau Ya Muhammad telah mencerai beraikan persatuan kami. Engkau telah mencaci-maki Tuhan kami, engkau telah menyalahi agama orang tua kami, jika engkau mau kaya kami akan memberikan harta kepada engakau, jika engakau rusak akal kami akan berusaha mencari orang yang akan mengobati engkau. Jika engkau menginginkan istri cantik, kami akan memberikannya kepadamu. Rasulullah menjawab: Saya tidak fakir, saya tidak gila, saya tidak menginginkan wanita yang cantik. Saya adalah Rasul Allah, saya menyeru kamu untuk menyembah Allah sendiri. Kemudian orang Quraisy menyeru lagi,  Amir mendampingi nabi untuk bertanya: berapa Tuhan yang disembah Muhammad itu? Apakah dari emas atau perak? Berkenaan dengan itu Allah menurunkan surat at tauhid ini. Dalam surat ini Allah menerangkan bahwa Tuhan yang disembah itu adalah Esa dan Allahlah yang di tuju oleh sekalian makhluk. Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.

Itulah sedikit penjabaran tentang ketuhanan berdasaran tafsir dari surat An—Nisa dan Al-Ikhlas. Bahwa sahnya Allah itu Esa, satu dan tidak ada sekutu baginya. Segala macam dosa masih bisa diampuni, kecuali dosa syirik. Dosa syirik masih bisa diampuni bila benar-benar bertaubat pada Allah dengan sungguh sungguh. Agama tidak dibangun dengan angan-angan. Segala macam dosa akan mendapat balasan sesuai dengan yang diperbuat.

Kita harus mengakui keesaan Tuhan. Dan Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan.

Jelas sekali Al-Qur’an dengan segala pengetahuan yang ada di dalamnya bisa kita gunakan untuk memperbaiki diri. Al-Qur’an selalu membawa wawasan untuk umat di muka bumi.

Srobyong, 12/2/15
Sumber :
[1] Bahrun Abu Bakar. 2010. Terjemah tafsir jalalain Jilid 1. Bandung : sinar baru algensindo.
[2] Prof, TM. Hasbi Ashshniddiqy, terjemah tafsir al- bayan. Bandung : PT. Al-Ma’arif
[3] Prof. Dr. Hamka, 1975. Tafsir al-azhar Juz 5. Jakarta: yayasan nurul islam

Re-Post dari artikel saya yang pernah dimuat di web bersamadakwah. Atau bisa dibaca di http://bersamadakwah.net/ketuhanan-berdasarkan-surat-nisaa-dan-al-ikhlas/