Sunday 22 March 2015

Review : --Ketika Drakula Tersasar--

--Ketika Drakula Tersasar--

Judul : Ghost Next Door
Penulis : Oke Sudrajat
Penerbit : Grasindo
ISBN : 978-602-251-925-6
Cetakan : Maret 2015
Halaman : 174 ( vi + 170 hal)
Harga : 39.000,-

Mencoba me-review colonthree emotikon. Walau mungkin masih banyak salah di sana-sini. smile emotikon
 
Terdampar di tempat yang tak diduga, membuat Andrea—drakula yang berasal dari Italia, beradaptasi dengan tempatnya yang baru. Jika dulu dia terbiasa menghisap darah manusia, kini, malah beralih pada nasi goreng. Ajaib. (hal. 19)

Datang ke sini ternyata juga membuat berkah yang luar biasa, bisa ketemu si Jo yang sudah buat Andrea langsung kebat-kebit tak bisa mengontrol hati. Oh ... oh ..., sepertinya itu cinta pandangan pertama. Tapi ternyata yang suka Jo, bukan hanya dia, ada Tante girang bernama Tante Mona yang ngebet banget buat ngedapatin si Jo. Api cemburu langsung membakar Andrea, bahkan tangannya ikut kebakar. Nah Lho, apa hubungannya coba.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Sepertinya Jo yang kemarin tak sengaja melihat Andrea berada di rumah Pak Jamal, juga langsung kesengsem sama Andrea. Dia bahkan nekat ke rumah tetangganya itu, meminta supaya ditemukan sama cewek yang sudah membuatnya jantungan, melamun sepanjang waktu. Jo mau nembak ceritanya. Tapi sayang, Pak Jama tak mengizinkan. Jo malah digampar. (hal. 38)

Selain menemukan cinta di indonesia, dia juga menemukan kawan-kawan yang tak terduga—para hantu di Indonesia, seperti Sani—si suder bolong, Pocan—pocong cantik, Suster Ngesot, Wewe Gombel. Pertemuan itu ternyata sangat berkesan buar Andrea, jadilah atap rumah Pak Jamal—tempat dia ngungsi dijadikan basecame pertemuan mereka. Mereka mengobrol sambil cekikikan. Tak peduli, si empunya rumah yang ada di dalam pada ketakutan.

Gagal bertemu dengan Andera, tak membuat Jo menyerah. Diam-diam kembali lewat pintu belakang. Wah, kejutan yang luar biasa karena Andrea muncul di sana. Grogi dan kikuk itulah yang dirasakan Jo dan Andrea. Tapi, cowok harus jantan. Jo pun mengungkapkan perasaannya, namun di tolak. Kok bisa? Katanya Andrea suka Jo. Entahlah. ( hal. 72-73)

Nelangsa banget nasib Jo. Dia pun sibuk menyiapkan kegiatan kampus. Lalu keberuntungan pun berpihak padanya, sosok yang tak kalah cantik ada di depan mata—namanya Alexa. Paling tidak itu bisa mengobati sakit hatinya. Namun, di saat dia sudah move on dari Andrea. Cewek itu datang lagi dan bilang mau jadi pacar Jo. Greget. Plin plan pake banget. Di sisi lain, bukan Alexa kalau langsung menyerah karena mendapati, Jo sudah punya pacar. Dia malah makin tertantang untuk mendapatkan cowok itu. Habis dia juga suka sih. Meski dia harus siap bertempur dengan para demit teman Andrea yang selalu meneroronya sewaktu-waktu.

Andrea yang sangat mencintai Jo tak ingin Alexa merusak kisah cintanya. Jo mutlak miliknya. Sebodoh amat walau beda alam. Cewek itu harus di musnahkan. Maka dia pun menyusun rencana untuk membuat perhitungan pada Alexa. Jo pun kaget, tak menyangka Andrea, seperti itu. Kejutan lain yang tambah membuat Jo bergidik, ketika melihat wujud asli Andrea yang tengah membawa Alexa entah ke mana.
Novel ini, membuat dada berdegup kencang, entah karena takut atau malah tertawa lebar. Semua dikemas apik hingga ketika membaca tidak cepat bosan meneruskan setiap bab yang ada. Malah, rasa penasaran semakin menggila. Ingin tahu kisah selanjutnya dari Jo dan Andrea juga Alexa. Lalu tentang para hantu yang ternyata gaul gila.

Saturday 7 March 2015

Review Teru-Teru Bozu





Judul Buku :Teru-Teru Bozu
Penulis : Rafandha, dkk
Penerbit :Diva Press
Tahun Terbit : 2013
ISBN : 978-602-793-343-9

Sinposis

Aku melihat gadis itu pada hari berikutnya. Aku lantas mendekat, membantunya mengaitkan boneka teru-teru bozu itu ke pohon. “Tsuyu baru saja berakhir dua minggu lalu di Tokyo. Dan, aku pikir hujan akan turun?”

Ia meliriku sekilas. “Apa salahnya berharap?” ia berkata santai.

“Memang sih. Tapi, harapan kadang membuatmu buta. Tidak berpikir realistis,” sanggahku.

Tidak ada yang keluar dari bibir mungilnya.

“Buat apa melakukan ini?” aku bertanya sambil mengernyitkan dahi. “Kau bilang tidak suka hujan, mengapa kau malah ingin hujan turun?”

Ia menengadah kepalanya ke atas. Seperti memikirkan sesuatu. “Karena ... karena hanya setelah hujan aku bisa bahagia,” ujarnya pelan.

Aku melihat matanya berkaca-kaca . seperti akan ada air yang jatuh dari sudut matanya.

“Maksudmu?”

“Aku harus pergi.” Ia bangkit dari tempatnya duduk, lalu langsung pergi.

Lagi-lagi, aku berujar dalam hati, apa yang membuatnya demikian?

Ulasan

Kumpulan cerpen yang terdiri 19 cerpen yang menyuguhkan romatisme cinta ala Jepang. Pun dengan lokasi yang berada di Jepang. Berasa jalan-jalan menikmati indahnya negeri sakura itu.

Ceritanya manis dan membuat meringis. Serasa baca manga yang ditulis dalam kata tinggal menambah gambar untuk visualisasinya.

1/ Salah satu cerpennya ‘Teru-Teru Bozu’ menjadi sinopsis pertama untuk buku ini. Cerita cewek yang tak suka hujan tapi menunggu hujan. Kenapa?

2/ Atau ‘Take Farth in Hokkaido Daigaku’ tentang Omamori—jimat keberuntungan yang katanya ampuh, tapi ....

3/ ‘Emergency Love’ cerpen yang romantis . pokonya semua sangat romatis membuat larut dalam cerita yang ada.

4/ Yuki No Tatsu cerpen yang bikin gemes dan ingin ikut buka suara kalau dia itu ... ah pokoknya pengen teriak segera. Suka gaya berceritanya.

Dan masih banyak lagi yang seru dan keren yang tak bisa aku ulas satu-satu aada cepen ‘Saat Hujan’ atau ‘Memories of Tanabata’. Semuanya keren dan penuh makna. Romatis tentu saja.

Penutup.

Yang suka jepang dan suka cerpen romantis kudu punya buat nambah koleksi. Hatimu kan berbunga-bunga layaknya sakura ketika membaca, atau bisa meredup seperti lampu kota ketika terkena petir bisa jadi malah mati seketika.

Review Pelangi Sepertiga Malam : Sebuah Antologi Puisi Islami






Judul Buku : Pelangi Sepertiga Malam : Sebuah Antologi Puisi Islami
Penulis : Foezi Citra Cuaca Elmart, Aditya Priyahita, Afif Lutfhi, Bezie Galih Manggala, Scientia Afifah T
Penerbit : Leutikaprio
Tahun Terbit : September 2012
ISBN : 978-602-225-508-6

Blurb
Aku berpuisi di sini, hari ini
Karena belati tak lagi tajam bernyanyi
Biar penaku menatah prasasti di bawah Arasy
Biar puisiku merobek langit membelah bumi

Puisi adalah rehat bagi jiwa yang penat. Puisi adalah penawar dahaga di tengah teriknya sahaya. Namun lebih dari itu, puisi adalah cermin tempat kita berkaca tentang ekksistensi diri di hadapan Sang Pencipta. Ia adalah barisan kata tempat kita mengeja kehendak dan keagungan-Nya. Maka puisi adalah zikir untuk mengingat-Nya. Maka puisi adalah tasbih yang memuji keagungan-Nya. Maka puisi adalah hamdalah yang mewujud syukur pada-Nya. Maka puisi adalah takbir pembakar semangat di jalan-Nya.

Sinopsis

Puisi ini terdiri dari 12 Bab dengan tiap bab terdiri dari beberapa puisi bekisar 3, 8 sampai 13 puisi. Semuanya syarat makna dan mengetuk pintu hati.
1/ Kepadamu Bangsaku
2/ Di Jalan Dakwah, Kakiku Mantap Melangkah
3/ Untukmu Yang Menggetarkan Palestina
4/ Mengeja Cinta Dengan Nama-Nya
5/ Memetik Semangat, Menuai Nikmat
7/ Hanya Untuk-Mu Ibdahku
8/ Menyapa Nurani, Menguak Rindu Pada Ilahi
9/ Dengan Puisi Kugapai Ridha Ilahi
10/ Memaknai Hidup, Menyebabkan Redup
11/ Untuk Mereka Yang Istimewa
12/ Mengukur Syukur Bersama Alam Kita Bertafakur

Ulasan Buku

Ada beberapa puisi yang sangat menggetarkan hati baik dari bab awal sampai akhir. (ini kcama tama penulisnya, ya).

Dua puisi dari Aditya Putra Priyahita dengan judul ‘Negeri Penuh Curiga’ dan ‘Selaska Maaf kepada yang Terhormat Pemimpin Kami’. Dua puisi ini menurutku sangat jleb. Membuat merinding ketika membaca. (halaman 2-6)

Puisi ‘Sabtu Maknawi' sangat mengena di hati (halaman 23) puisi ini karya Scientia Afifah T.

Puisi Afif Luthfi ‘Aku dan Sesuatu’ memang sesuatu (halaman 54)

Mi’raj Puisi karya Bezie Galih Manggala sungguh membuat hati bergetar karena untaian nada yang dibuatnya.

Pelangi Sepertiga Malam puisi yang diambli sebagai judul buku memang memiliki makna indah tersendiri. Puisi ini karya Afif Luthfi (halaman 82) dan Aku Quran puisi karya Afif Lutfhi juga (halaman 84).Menggambarkan dengan benar apa yang sering dirasakan Al-Quran sekarang ini.

Namun ada juga puisi yang menurutku sukar untuk dipahami karena memakai diksi yang agak sulit dimengerti. (Mungkin karena aku masih awam jadi yang diksi tinggi aku malah pening).

Beberapa puisi juga terlihat seperti cerita narasi karena kalimatnya panjang-panjang. Aku tak tahu model puisi itu. tetap dinikmati meski kadang pening.

Penutup

Antologi puisi ini keseluruhan oke, dan asyik untuk di baca ditelaah diambil hikmahnya. Aksaran yang tertuju pada Ilah itu, sesuatu yang hangat menciptakan molekul indah pada-Nya.

Review Diaray Jomblo Darurat






Judul Novel : Diaray Jomblo Darurat
Penulis : Dion Sagirang
Penerbit : Anza
Tahun terbit : 2013
Halaman : 158 hlm; 13x 19cm
ISBN : 978-602-18303-7-6

Sinopsis

Berkisah tentang seorang mahasiswa yang kecewa karena masuk di Perguruan Tinggi Negeri bandung. Aku tak bisa kuliah ke Jepang. Ya. Misal kalau kuliah di Jepang kan dia bisa bertemu gadis cantik. Atau kuliah di Korea. Siapa tahu ada lowongan menjadi anggota Suju. Wow. Banget. Mengantikan Lee Tuk yang lagi wamil. Segalanya mungkin terjadi, kan? Atau kalau kuliah di Australia bisa banyak ngobrol sama bule. Sehingga bisa logat bule dan siapa tahu bisa berjodoh sama Cinta laura. Haish. Tal ada sesuatu yang tidak mungkin.

Ya, tepatnya tentang cerita jungkir balik dunia Dion; gagal kuliah di tempat yang disukai, nyasar ke kampus lain yang sumpah tak diminati. Tapi pertemuannya dengan sosok Alfian, Chandra, Samuel, Ojak dan Adel menjadikannya sesuatu yang berbeda dalam hidupnya. (oh-oh jangan berpikir mereka homo ya? Enggak kok mereka masih normal)
Lalu tips untukmenghadapi hidup yang kadang tak adil.

Ulasan Novel

Cerita yang membuat tertawa ngakak. Persahabatan enam anggota kodok (Alfian, Chandra, Samuel, Ojak, Adel dan Dion) itu seru ajib luar binasa. Petualangan seru para anggota yang bisa mengocok hingga sakit perut.

Inilah dunia cowok—tepatnya cowok jomblo. Dion menjelaskan dengan gamblang apa yang terjadi ketika para cowok sedang jomblo.
Bahasanya sederhana tapi ngena. Penulis mampu membawa pembaca seolah ikut dalam cerita. Ikut merasakan bagaimana menikmati masa jomblo tanpa harus gila lalu bunuh diri gantung diri dibawah pohon ciplukan.
Baca aja curhatan genk kodok yang super duper bikin hati deg-deg ser. Mereka ajib.(halaman 136) beberapa curhatanya aku kasih bocoran :
#Adel bilang jomblo itu ibadah hati (Ceileee)
#Alfian biilang jodoh itu gak bakal ke mana (duh so sweet)
#Samuel bilang Jomblo is happy ( wow)
#Dan Dion bilang jomblo adalah pilihan.

Memiliki pesan tersirat untuk selalu mensyukuri keadaan yang dihadapi.

Penutup

Novel ini patut dijadikan referensi untuk belajar menikmati masa jomblo (yang merasa jomblo hhehh)

Tak usah galau tetap enjoy jalani hidup ini. Jomblo tak membuat dunia kiamat kok.
Baca buku ini, maka akan kalian temuka banyak tips ajaib dan gila menghadapi masa jomblo. Kata Dion Jomblo is never flat.

Penasaran? Yuk buruan hunting jadiin koleksi.

Friday 6 March 2015

[Fiksi Mini] Kau yang Ditunggu

Kau yang Ditunggu

Kazuhana El Ratna Mida

Kau nampak cantik. Terlihat sangat anggun, membuat siapa pun berdersir, ketika bersitatap. Kau yang terhebat, dalam sejekap mata mambu membuat orang jatuh cinta. Itulah kau yang selalu disuka dan dipuja. Selalu ditunggu kapanpun kau datang menampakkan wajahmu yang sungguh jelita.

“Lihatlah, dia sangat cantik sekali.” Semua orang selalu mengucapkan itu ketika melihatmu.

Mereka terpana. Menatapmu dengan sumringah.

Sedangkan dirimu, hanya diam sambil memerhatikan saja. Kau layaknya ratu yang dikirim dari surga untuk membahagiakan rakyat jelata. Membuat mereka tersenyum dengan kehadiranmu.

Seperti hari ini. Semua orang datang melihatmu. Meski berjuta kali pernah bertemu, kau tetap disukai. Mereka tak bosan menanti. Kau yang selalu ditunggu. Melihat kau merekah. Melihatmu bermetamorfosis dengan indah. Ketika kau merekah semua orang akan bahagia. Entah kenapa, kau begitu istimewa.

Hingga mereka rela menunggu demi melihatmu—keindahan sakura yang bersemi di pulau Jeju.

“Kkoch areumdawoyo.”[1]


[1]Bunga-bunga itu sangat indah.

Srobyong,2/2/15


 

[Fiksi Mini] Janjiku Pada-Mu


By :  Kazuhana El Ratna Mida

Mengenalmu adalah anugerah yang terindah. Darimu aku belajar banyak hal yang tak terkira. Sungguh pertemuan itu seperti undian besar. Mataku kembali terbuka. Kau membimbingku menuju surga.

“Terima kasih,” ucapku padamu.

Sungguh entah bagaimana aku bisa membalas semua jasa yang telah kau beri.

Kutatap kau penuh kasih, meraihmu segera dan kupeluk dengan mesra.

“Aku janji tak akan pernah meninggalkanmu selamanya.”

“Kau-lah kekasiku--Al-Quran--buatku tersadar dari masa-masa kelam.”


Sby, 17/1/15 edit 4/2/15

[Fan Fiction] Sayap-Sayap Cinta


Sayap-Sayap Cinta

Kazuhana El Ratna Mida

Genre              : Romance, Action (Just Little)

Cast                 : Monkey D Luffi, Kru Topi Jerami, Boa Hanchok, Doflaminggo




Beberapa bulan lalu

Perang besar tengah terjadi. Peperangan antara Luffi dan Doflaminggo—Shichibukai dengan kekuatan aneh yang mampu menggerakkan tubuh orang lain hanya dengan jari.

Kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki membuat banyak para bajak laut benci tapi tak mampu berbuat apa-apa. Dia terlampau kuat dan sangat sulit dikalahkan.

Namun, saat ini orang yang suka menyebut dirinya adalah calon penguasa laut—tepatnya raja bajak laut—tengah menantang Doflaminggo untuk adu duel demi kemaslahatan umat bersama.

Ya, negeri dalam bahaya jika Doflaminggo tak segera dilenyapkan. Peradapan akan hancur dan kejahatan akan bertebaran. Menakutkan! Bahkan seorang Shichibukai macam Trafalgar Law juga telah terkapar.

~*~

“Hati-hatilah Luffi, dia adalah pemakan buah  Iblis ‘Ito Ito no Mi’, tipe Paramecia.” Robin mengingatkan.

Luffi hanya mengiyakan padahal tak tahu maksudnya dia hanya tahu Dofalminggo sangat kuat, bahkan tadi dia sempat terpelanting dan tersabet hingga berdarah-darah.

“Kamu mengerti, kan?” Robin memastikan.

Luffi mengacungkan jempol.

“Apa iya? Aku meragukannya Robin. Luffi kan sangat bodoh, tidak mungkin dia paham,” bisik Nami.

Robin hanya tersenyum sambil menatap Luffi yang sudah mulai mengambil aba-aba untuk mulai menyerang dengan segera.

Nami pun ikut memerhatikan. Melihat Luffi dan Robin segera bergantian.

“Baka!—bodoh!” gerutu Nami. Dia sedikit menjauh dari arena.

Pertarungan sangat pelik pun terjadi. Luffi dan Doflaminggo saling menjatuhkan.

“Gomu Gomu no Pistol.” Luffi mulai menyerang.

Doflaminggo masih santai dan tersenyum mengejek. Dia berhasil menghindar dan memukul balik Luffi terus-terusan.

“Gomu Gomu No Gigant Jet Shell.”

Dofalminggo terpental. Tanpa ba-bi-bu Luffi segera menggunkan jurus lagi agar bisa cepat menyelesaikan perang ini.

Bug!

Doflaminggo terjatuh karena pukulan telak dari Luffi yang menggunakan gabungan haki dan kekuatannnya.

Doflaminggo yang sudah berdarah-darah kembali bangun, pun dengan Luffi.

Mengalahkan pemakan buah ito itu no Mi, memang sangat sulit. Buah itu adalah salah satu buah terkuat yang ada di  bumi.

“Gomu Gomu no Gigant Pistol.”

“Hybrid.”[1]

Semua kekuatan Luffi kerahkan hingga babak belur.

Dua bulan kemudian

“Onaka ga suita.”

Begitu bangun Luffi langsung merasa perutnya kerocongan. Dia ke luar dari kamar masih dengan beberapa perban yang membungkus tubuhnya.

“Ohaiyou, Luffi.” Sambut Robin dengan ramah. Seperti kebiasaannya setiap pagi dia sudah membaca koran sambil menikmati kopi dan memandang laut luas.

“Apa kau sudah baikan?”

“Em, tapi aku lapar.” Suara cacing di perutnya sudah meronta membuat Robin tertawa.

Boa Hanchok tiba-tiba muncul di kapalnya.

“Kau ada di sini juga?” Luffi takjub. Boa Hanchok memeluk erat Luffi. Lama tak bertemu sungguh membuatnya rindu.

Nami hanya menatap dari jauh. Dasar kenapa Shichibukai itu harus ikut liburan kru topi jerami, gerutunya sendiri.  Dia yang tadinya mau ke bawah, jadi mengurungkan niatnya. Nami kembali ke kamar dan mulai menggambar peta sambil memerhatikan kompasnya.

Suasan kapal jadi rame, ya kedatangan Boa Hanchoklah sebabnya. Dia disambut sangat ramah oleh makhluk-makhluk bernama pria. Kecuali satu Roroana Zoro. Entah apa yang bisa membuat dia tertarik pada wanita. Selama ini hal yang digilai hanya pedang saja.

Sedari tadi dia hanya melihat teman-temannya—Ussop, Chopper, Brook, dan Franky yang sedang asyik bernyanyi bercengkrama.

Sanji? Oh dia sedang memasak makanan istimewa. Ya, katanya untuk menyambut Boa Hanchok Shichibukai paling cantik. (Semua wanita menurut Sanji memang selalu cantik) Tapi di hatinya cuma ada Nami. Itu katanya.

“Taraaaa ... sarapan dengan menu spesial sudah siap dihidangkan.”

Meja sudah penuh dengan masakan aneka makanan yang membuat Luffi tak tahan. Matanya penuh bintang-bintang kecil melihat hidangan itu. Dia sudah kelaparan setelah perang lalu dia lupa sudah makan atau belum.

“Nami sayang!” panggilnya ketika melihat Nami yang akhirnya memutuskan turun dari sarang untuk ikut sarapan.

            “Tadaima—selamat makan.”

~*~
            Ya, setelah keberhasilan Luffi mengalahkan Doflaminggo mereka memutuskan untuk berlibur sejenak di sebuah pulau cantik yang hampir mirip dengan Pulau Langit Skypie.

            Mereka merasa butuh istirahat sejenak dari segala pertarungan. Sebenarnya Luffi juga mengajak Trafalgar law. Tapi Shichibukai itu memilih kembali ke wilayahnya. Yang ada malah Boa Hanchok yang ikut serta.

            “Berapa lama lagi kita sampai, Nami?” tanya Luffi tiba-tiba.

            “Sebentar lagi,” jawab Nami sambil menatap langit.

            “Asyik liburan!” teriak Luffi dengan polosnya. Dia itu selalu seperti itu. Bertindak konyol sesuka hati, tapi akan serius jika sudah memasuki arena pertandingan.

            Angin menerpa wajah Luffi yang tengah memejamkan mata menikmati suara pulau yang kini didatanginya.

            Tiba-tiba Boa Hanchok memeluknya dari belakang. Berbisik lembut padanya.

            “Boleh,” ucap Luffi seketika. berdua mereka meninggalkan kru lain yang baru turun mengeluarkan segala perlengkapan untuk istirahat di darat.

            “Ada apa denganmu, Nami? Hari ini kau nampak lebih pendiam,” komentar Robin.

            “Ah, mungkin perasaanmu saja, Robin. Saatnya belanja,” ucap Nami mencoba riang.

            Robin tersenyum dam mengikuti langkah Nami. Berdua mereka menikmati acara shopping yang telah lama tidak mereka lakukan. Saat seperti ini harus dimanfaatkan dengan baik. Membeli banyak baju buat perjalanan yang sudah menunggu.

            Saat sedang asyik memilih baju, ternyata Luffi dan Boa Hanchok juga ada di sana. Dia memilihkan baju untuk Luffi yang suka baju model itu-itu saja.
            “Luffi, kau mau beli baju juga?” Robin menyapa.

            “Nami, dan Robin.?!” Luffi menatap krunya bergantian .

            “Iya, Hanchok terus saja memaksa. Padahal aku tak suka beli baju yang aneh-aneh,” ucap Luffi jujur.

            “Tapi tak ada salahnya, kan di coba?” Boa Hanchok masih mencoba meyakinkan Luffi.

            “Dicoba saja. Aku jadi penasaran Luffi jika memakai baju resmi.” Nami ikut nimbrung dan tersenyum cekikikan.

            “Aku setuju.” Robin mengakat jempol.

            Satu lawan  tiga, Luffi kalah dia akhirnya mencoba setelah baju yang telah dipilihkan Boa Hanchok.

            “Wow!” Robin mengerling nakal.

            “Ketua kita keren juga.” Robin menyenggol Nami yang sedari tadi diam.

            “Eh ... iya, Robin. Padahal biasanya selalu terlihat bodoh.”

            Luffi melotot. Nami bersembunyi di belakang Robin.

            Selesai belanja, Boa Hanchok langsung mengapit lengan Luffi dan mengajaknya ke tempat lain. Nami hanya bisa menggerutu dalam hati.

            Dia sungguh mengganggu, jerit hati Nami.

            “Sekarang kita ke mana?” Robin membuyarkan lamunan Nami.

            Setelah puas belanja buku mereka memutuskan ke toko buku. Dua kru topi jerami ini memang para maniak buku. Tapi setelah dari sana mereka berpisah. Nami masih mau pergi ke suatu tempat. Itu yang dia bilang pada Robin.

            Sedang robin memilih kembali untuk menikmati kopi buatan Sanji di petang hari.

            “Sampai ketemu di tenda, ya.” Mereka saling melambaikan tangan.

~*~

            Namai berjalan tak tentu arah. Jujur dia tak tahu harus ke mana untuk melangkah. Tapi dia malas kembali ke tenda. Apalagi dengan adanya Boa Hanchok yang begitu menyebalkan mata.

            “Luffi, baka!” umpatnya sambil menedang kerikil di depannya.

            Lelah berjalan tanpa tujuan Nami duduk di sebuah batu dekat pantai. Tapi pastinya jauh dari kapalnya berhenti. Lumayana atau malah sangat jauh.
            Ya, saat ini dia ingin sendiri dulu. Menenangkan perasaannya yang kacau tak menentu.

            Rasanya percuma liburan kalau seperti ini. Bayangan indah yang dia harapkan musnah. Rasanya dia ingin berteriak keras lalu menangis sejadi-jadinya.

            “Kimochi warui—aku membencimu. Baka!”

            Nami menutup matanya. Tak lama kemudian membenamkannya pada kedua kakinya yang ditekuk.

            Di tenda, saat ini teman-teman Nami tengah asyik menikmati pesta makan malam.

            “Hoi, Robin! Nami mana? Bukankah seharian kalian bersama?” tanya Sanji yang menyadari tak ada kehadiran Nami. Gadis galak yang suka marah dan mengatur tapi punya otak encer dibanding Luffi. Dia menyukainya, sangat.

            “Entahlah, tadi kami memang bersama. Tapi setelah dari toko buku kami berpisah. Katanya ada keperluan yang harus dia selesaikan.”

            “Anak itu ke mana? Malam sudah larut.”  Sanji menatap langit malam penuh kerlip bintang. Begitupun dengan Luffi dia mendengar semuanya.

            Sepanjang hari ini Boa Hanchok  terus menempel pada Luffi, hingga dia tak bisa bergerak bebas.

            “Aku mau mencari Nami dulu,” ucap Sanji sudah mau beranjak.

            “Biar aku saja.” Luffi langsung bangkit meninggalkan Bao Hanchok yang masih merajuk.

            Luffi tetap melangkah. Saat itu dia berpapasan dengan Zorro yang baru pulang. Dia ini memang paling suka telat. Pasti dia tadi tersesat.

            Tapi saat mau masuk dia membisikkan sesuatu pada Luffi. Bagaimanapun dari sekian banyak kru yang ada Zorro memang yang paling dekat dengan Luffi.

            ~*~

            “Menyebalkan ...!” teriak Nami kencang.

            “Dasar, awas saja aku akan membuat pembalasan.”

            Sedari tadi Nami terus mengoceh. Dia sangat sebal tapi tak tahu harus bagaimana. Dia tak mau membuat kerusuhan dengan memulai pertengkaran. Ah, itu bukan tipenya.

            Tapi, gara-gara itu dia harus merasa terasing dan tersingkir.

            Huft!

            Nami menghela napas.

            “Sudahlah!”

            “Tapi, aku sedih dan tidak tahan.” Curhatnya pada pasir-pasir. Saat Nami berjongkok menggambar, mencorat-coret pasir dengan.

            “Luffi, bodoh. Kau ini sungguh keterlaluan.” Marahnya pada gambar yang tadi dia buat.

            “Apa kau tak mau menemaniku? Menikmati malah yang penuh bintang. Berdua saja. Aku sangat rindu,” ucap Nami masih memandang gambarnya.

            “Bukankah sudah lama kita tak melakukannya. Kita selalu sibuk dengan pelayaran dan berkumpul dengan teman-teman.” Lagi-lagi Nami menghela napas.

            “Seharusnya hari ini akan menyenangkan. Aku sudah menantikannya, tapi ...,”

            Nami seolah ingin menangis lagi mengingat Boa Hanchok yang mendadak ikut dan memonopoli Luffi.

~*~


           “Gomen!”

            Pelukan dan bisikan halus  dari belakang  membuat Nami kaget.

            “Luffi.”

            “Percayalah meski seharian aku bersama Hanchok kau yang selalu terlintas dala pikiranku."

            “Hountou ne?—sungguhkah?”

            Luffi mengangguk. Lalu menatap Nami penuh kasih.

            “Dia memang berjasa pernah menolong—menyelamatkan nyawaku—tapi kau tetap satu yang ada di hati selalu.”

            Luffi mengecup kening Nami. Mereka berpelukan cukup lama. Lalu menikmati kerlip bintang bersama.

            Nami merasa sangat senang seolah bisa terbang bersama sayap-sayap rahasia yang dimilikinya, ya sayap-sayap cinta dari Luffi seorang.

            Tanpa sepengetahuan mereka sedari tadi semua teman-temannya melihat kejadian itu. Ya, diam-diam mereka membututi Luffi. Tak menyangka mereka akan melihat pemandangan itu.

            Sanji dan Boa Hanchok yang paling terlihat sakit hati. Cinta mereka ternyata tak sampai ke hati, hanya bertepuk tampak tak akan kembali. Mereka pergi dengan langkah gontai. Berbeda dengan Ussop, chopper dan Franki yang ikut bahagia dengan pilihan Luffi.

            Pun dengan Zorro dan Robin. Mereka sangat mendukung hubungan dua sejoli itu.

            “Kita cari tempat lain.” Zorro menggandeng tangan Robin dengan erat.

            Mereka meninggalkan Luffi dan Nami yang sedang larut dalam percikan cinta. Saling bertatap mesrah lalu berciuman, meleburkan segala rindu yang sempat membuncah.


Srobyong, 6 Februari 2015  


[1] Gabungan dari Gear Second dan Gear Third

dedicate ; 

 Penyair hebat Mbak Hermini  yang juga penggila One Piece. Lalu ditambah dari  Abang Bang Jak Oi. Semoga menikmati meski ceritanya agak amburadul. ^_^

[Fan Fiction] My Love








Fan Ficton


Genre : Romance

Cats : Monkey D Luffi, Nami,

Figuran : Nojiko, Boa Hanchok

Cerita ini hanya fiktif belaka jika ada nama tokoh dan lokasi yang sama itu hanyalah kebetulan semata.

Enjoy Reading. Mungkin seritanya aneh bin ajaib ^_^

Judul : My Love

Oleh : Kazuhana El Ratna Mida

Dia sudah berbeda dari pertama kali kami berjumpa. Dia sudah tumbuh menjadi sosok yang luar biasa. Ya, tanpa aku sadari ternyata hanya dia yang ada di pelupuk mata. Hanya dia dan dia. Merongrong membunuh hati ini dengan sempurna. Aku terpaku, tak bisa berpaling hingga sesak di dada terasa membunuh.

Sungguh aku tak tahu bagaimana semua ini dimulai. Rasa yang menjalar dalam diri berkembang cepat layaknya parasit yang kelaparan menjari inang untuk ditempati.

Ya,  dia mau menerimaku. Memegang pundak dan berkata, “Semangatlah, kau bisa.”

Padahal berkali-kali aku membohonginya, meninggalkan dia tanpa kata pamit malah membawa hartanya. Aih, betapa jahatnya aku ini.

Tapi, dia tetap mengulurkan tangan menerimaku dengan suka cita. “Domo arigatou,” ucapku lirih.

Kutatap langit malam yang untuk kesekian kalinya. dia tak pernah muncul kembali setelah kepergiannya. Doko ni imasuka? Kamu di mana?

~*~

“Kau baik-baik saja?” Nojiko--kakakkudi menatap penuh selidik dan kekhawatiran.

Ya, beberapa bulan ini aku selalu murung dan lebih suka mengurung diri. Atau kalupun keluar aku hanya duduk di atas balkon rumah. Menatap bintang sambil berharap cemas menunggu kalau-kalau kau  pulang.

Kau bilang kota Orange juga kampung halaman untuk dikunjungi sewaktu-waktu.

“Tadaima—aku pulang!”

Segera aku berlari dengan tergesa menyambutmu dengan suka cita, memelukku  dengan mesrah.

“Kau kenapa lama sekali?” tanyaku dengan manja.

“Kau merindukanku ya?” Kau menjetikk hidungku.

“Ya, tentu saja. Sudah beberapa bulan kau tak datang,” protesku padamu sambil menunduk malu.

Segera tanpa banyak kata kau langsung mendekapku. Membenamkanku pada tubuh kekarmu.

Wangi tubuhmu langsung menyergap hidungku, detak jantungmu pun bisa kudengar ketika aku dalam dekapmu.

Namun ketika aku membuka mata semua hanya fatamorgana. Aku pun menangis sejadi-jadinya, menahan sedih dan rindu yang tak bertepi.


~*~

“Hei! Apa yang kau lakukan!” Luffi mendekap tanpa permisi membuatku protes seketika.

“Ikutlah denganku.”

“Tidak mau. Aku mau tinggal di sini dengan kakak dan ibu.”

“Ayolah. Kau harus ikut.” Luffi menarik tangaku dengan paksa.

“Aku bilang tidak mau!” Aku menantang menatap Luffi dengan tajam.

“Dasar, kau masih marah?”

Aku membuang muka. Entah bagaimana perasaanku saat ini. Aku marah, benci dan sedih. Semua bercampur menjadi satu tanpa bisa aku kendalikan hingga memutuskan  pulang tak lagi berlayar.

Kejadian hari itu. ah, aku malas untuk mengingatnya.

“Kau tak percaya padaku?” tiba-tiba Luffi mendekapku dari belakang.

“Bukan begitu, Luffi. Aku ...,” ucapku tercekat.

“Ya, kalau begitu ayo kita berangkat” Luffi langsung menarik tanganku.

“Percayalah padaku.” Luffi mendongkakkan wajahku yang menunduku. Lalu perlahan dia mulai menciumku dengan berapi-api. Ya, dia mungkin sangat merindukanku setelah menghilang dari kepal berhari-hari.

“Kau harus menemaniku,” bisik Luffi ditelingaku.

Aku belum bisa memutuskan saat ini. Aku masih bingung dan juga gamang. Akhirnya aku memutuskan jalan-jalan sebentar ke pantai untuk menikmati deburan ombak malam melepaskan segala penat yang membelenggu.


Kilasan masa lalu tentang aku dan Luffi, kini tumpang tindih tak terbendung lagi.

~*~

“Nami, ikutlah denganku.”

“Apa?”

“Kita berlayar bersama menjadi bajak laut.”

“Tidak!”

“Ayolah! Bukankah kau memiliki cita-cita menggambar peta dunia?”

Nami terdiam menatap cowok aneh yang selalu membuntutinya sedari kemarin. Dia tak lelah membujuk Nami untuk ikut berlayar dan berpetualang.

“Em ... baiklah. Aku mau,” putus Nami akhirnya.

Lalu petualangan mereka pun dimulai, ada suka juga duka yang mereka lewati. Kadang mereka akur atau saling mencela. Suka bercanda bersama layaknya keluarga.

Luffi juga selalu melindunginya. Dia yang paling khawatir ketika dia jatuh sakit.

Ya, Nami masih ingat jelas, ketika Luffi membawanya untuk menemui dokter agar bisa merawat dan menyembuhkannya.

Dia berusaha sangat keras.

            Lalu tanpa Nami sadari rasa itu muncul dengan sendirinya. Dia merasa nyaman jika berada didekat Luffi. Jantungnya berdetak kencang ketika bertatap muka dengan Luffi. Atau kadang merasa kesal ketika Luffi dengan dengan wanita lain.

            Perasaan itu berkembang dengan sendirinya. Nami tak bisa mengontrol karena selalu bersama Luffi setiap hari.

            Hal yang paling memalukan adalah ketika dia mencuri ciuman Luffi yang sedang tertidur pulas di sisinya ketika selesai pesta pora.

            Nami tak bisa mengendalikan diri. Melihat wajah seseorang yang selalu menemani mimpi-mimpinya.

            “Maaf, sekali saja,” lirih Nami. Dia manatap lama Luffi. Dengan seganap keberanian dia mendekatkan wajahnya pada Luffi. Jantungnya berdetak tak karuan. Dia menutup mata tak mengira akan melakukan hal gila ini.

            “Nami!”

            Siapa sangka Luffi terbangun ketika Nami sudah semakin dekat menyetuh wajah Luffi. Dia gugup merasa malu sekali.

            Segera dia ingin menarik wajahnya segera berlari, namun sebelum sempat dia melakukannya, Luffi sudah lebih dulu menarik tubuhnya mendekap dan memberinya ciuman hangat padanya berkali-kali.

            ~*~

            “Aku menyukaimu, Nami,” ucap Luffi sambil memeluk Nami dari belakaang.

            Nami segera memutar tubuhnya menatap mata Luffi mencari kebenaran yang terpancar di sana.

            “Benarkah?” Nami sungguh bahagia.

            Dia langsung memeluk Luffi saking senangnya. Lalu menghadiahkan ciuman hangat pada Luffi.

            Luffi pun menerimanya dengan senang hati dan membalas ciuman itu berkali-kali. Ya, diam-diam dia sudah lama menantikan hari ini.

            Sudah sejak dulu dia memiliki rasa pada Nami.

            Dia ingin Nami selalu ada memerhatikannya dan menemaninya dalam setiap langkah mengarungi samudera.


~*~
            Aku menyukainya sejak kala jumpa pertama. Ketika melihatnya menangis karena dijadikan budak Arlong. Entah kenapa aku tak tahan dan langsung memutuskan untuk membantunya. Aku ingin melindunginya.

            Lalu aku mengajaknya berlayar bersama. Meski dia terus menolak dan pergi menghindar, aku tetap bersikukuh.

            Siang dan malam akau mencoba mengetuk hatinya agar mau ikut bersamaku. Dia ternyata sama keras kepalanya denganku. Kami selalu bertengkar dan adu mulut. Kadang saling pukul karena mempertahan ego masing-masing.

            Aku ingin dia ikut, dan dia tidak mau.

            “Berhentilah mengajakku. Aku mau di kota Orange” jeritnya padaku.

            “Hai, kau akan menyesal ketika tak ikut denganku.”

            “Benarkah?”

            “Ya, tentu saja banyak petualangan dan harta yang kita dapat nanti. Kau juga bisa menggambar petamu sendiri.”

            Kulihat matanya langsung berbinar mendengar tentang menggambar peta. Lalu dia mengangguk setuju begitu saja dan bilang akan ikut denganku.

            Aku tersenyum menang.

~*~
            Kenapa aku lari? Kenapa aku tak ingin kembali? Ya, semua karena hadirnya satu nama yang membuatku kesal tiada tara. Dia selalu mengambil kesempatan berduaan dengan Luffi ketika ada pertemuan para bajak laut di dunia.

            Aku benci, tak hanya itu dia berani mencium Luffi di depan mataku. Aku sakit dan rendah diri.

            Ya, dia sangat cantik. Memiliki postur tubuh ideal dan banyak digemari kaum lelaki. Dia sempurna. Selain itu dia kuat. Tak seperti aku yang lemah dan harus berdiri di belang Luffi setiap saat.

            Ya, karena itu aku pergi. Aku ingin melupakan semua meski kutahu pasti sangat sulit untuk melakukannya.

            Boa Hanchok dia sangat menyukai Luffi hingga ingin menyingkirkanku dari muka bumi.

~*~

Tiba-tiba seseorang memelukku dari belakang. Dia membuyaran segala memori yang bergelantungan di kepala.

 “Kau, akan ikut kembali, kan?”

“Aku tidak bisa, maafkan aku Luffi.”

“Baiklah kalau itu pilihanmu.”

Luffi meninggalkan aku sendiri di tepi pantai. Dia pasti kecewa bahkan sangat marah padaku.

Maaf, sungguh. Mungkin ini adalah jalan terbaik yang harus kita lalui.

Setelah hari itu aku tak pernah melihat Luffi lagi. Dia telah kembali berlayar dan meninggalkan aku sendiri.

Sedang aku dirundung pilu, serta sesal yang tak kunjung sembuh.

~*~

“Sudahlah, Nami. Bukankah dulu itu keputusanmu?” Nojiko menghiburku.

“Aku sangat menyesal, Kak. Aku sangat merindukannya sekarang.” Aku menangis sesenggukan.

Berbulan-bulan kami tak saling sapa, tapi rasaku bukannya mati malah tambah membuncah. Aku rindu padanya.

“Kalau kau sangat menyukainya, kenapa dulu kau tak memilih tetap di sisinya?”

“Aku rendah diri, Kak. Aku merasa tak pantas bersanding dengan raja baja laut yang hebat. Luffi ...,” ucapku terhenti.

“Dasar, kau ini. Sudah semua akan baik-baik saja.” Nojiko memelukku memberi semangat.

“Baiklah, karena sekarang kamu sudah bisa tersenyum. Aku mau pergi dulu. Ada hal yang harus aku urus.” Nojiko dengan cepat sudah hilang dari balik pandanganku.

Kembali aku berbincang dengan para bintang. Menyampaikan risalah hati yang sedang merindu. Rindu sosok yang mungkin telah melupakanku.

“Ya, kau pasti telah melupakanku. Benarkan Luffi?” tanyaku pada bintang di langit.

“Siapa bilang? Aku tak pernah melupakanmu, Nami.”

Aku terperanjat, kubalikkan badan dan kulihat Luffi sudah ada di hadapanku. Mungkinkah aku mimpi?  Aku masih tak percaya.

“Kau tidak bermimpi,” bisik Luffi.

Dia memelukkuerat di bawah sinar bintang yang menjadi saksi.

Saksi dua hati yang akhirnya saling berikrar janji untuk saling mencinta, hidup dalam bingkai kasih dalam pernikahan yang diberkahi.

“Luffi, ma ...,” belum sempat aku melanjutkan ucapankku. Dia sudah melumat bibirku. Kami pun bersatu di malam indah menikmati kehangatan dalam tidur panjang.


---The End---

Srobyong, 8 Februari 2015.

Antologi ke 37-40


Sertifikat 



Antologi ke 29-36


Sertifikat