Sayap-Sayap Cinta
Kazuhana El Ratna Mida
Genre : Romance, Action (Just Little)
Cast : Monkey D Luffi, Kru Topi Jerami, Boa Hanchok, Doflaminggo
Beberapa bulan lalu
Perang
besar tengah terjadi. Peperangan antara Luffi dan
Doflaminggo—Shichibukai dengan kekuatan aneh yang mampu menggerakkan
tubuh orang lain hanya dengan jari.
Kekuatan dan kekuasaan
yang dimiliki membuat banyak para bajak laut benci tapi tak mampu
berbuat apa-apa. Dia terlampau kuat dan sangat sulit dikalahkan.
Namun,
saat ini orang yang suka menyebut dirinya adalah calon penguasa
laut—tepatnya raja bajak laut—tengah menantang Doflaminggo untuk adu
duel demi kemaslahatan umat bersama.
Ya, negeri dalam
bahaya jika Doflaminggo tak segera dilenyapkan. Peradapan akan hancur
dan kejahatan akan bertebaran. Menakutkan! Bahkan seorang Shichibukai
macam Trafalgar Law juga telah terkapar.
~*~
“Hati-hatilah Luffi, dia adalah pemakan buah Iblis ‘Ito Ito no Mi’, tipe Paramecia.” Robin mengingatkan.
Luffi
hanya mengiyakan padahal tak tahu maksudnya dia hanya tahu Dofalminggo
sangat kuat, bahkan tadi dia sempat terpelanting dan tersabet hingga
berdarah-darah.
“Kamu mengerti, kan?” Robin memastikan.
Luffi mengacungkan jempol.
“Apa iya? Aku meragukannya Robin. Luffi kan sangat bodoh, tidak mungkin dia paham,” bisik Nami.
Robin hanya tersenyum sambil menatap Luffi yang sudah mulai mengambil aba-aba untuk mulai menyerang dengan segera.
Nami pun ikut memerhatikan. Melihat Luffi dan Robin segera bergantian.
“Baka!—bodoh!” gerutu Nami. Dia sedikit menjauh dari arena.
Pertarungan sangat pelik pun terjadi. Luffi dan Doflaminggo saling menjatuhkan.
“Gomu Gomu no Pistol.” Luffi mulai menyerang.
Doflaminggo masih santai dan tersenyum mengejek. Dia berhasil menghindar dan memukul balik Luffi terus-terusan.
“Gomu Gomu No Gigant Jet Shell.”
Dofalminggo terpental. Tanpa ba-bi-bu Luffi segera menggunkan jurus lagi agar bisa cepat menyelesaikan perang ini.
Bug!
Doflaminggo terjatuh karena pukulan telak dari Luffi yang menggunakan gabungan haki dan kekuatannnya.
Doflaminggo yang sudah berdarah-darah kembali bangun, pun dengan Luffi.
Mengalahkan pemakan buah ito itu no Mi, memang sangat sulit. Buah itu adalah salah satu buah terkuat yang ada di bumi.
“Gomu Gomu no Gigant Pistol.”
“Hybrid.”[1]
Semua kekuatan Luffi kerahkan hingga babak belur.
Dua bulan kemudian
“Onaka ga suita.”
Begitu
bangun Luffi langsung merasa perutnya kerocongan. Dia ke luar dari
kamar masih dengan beberapa perban yang membungkus tubuhnya.
“Ohaiyou,
Luffi.” Sambut Robin dengan ramah. Seperti kebiasaannya setiap pagi dia
sudah membaca koran sambil menikmati kopi dan memandang laut luas.
“Apa kau sudah baikan?”
“Em, tapi aku lapar.” Suara cacing di perutnya sudah meronta membuat Robin tertawa.
Boa Hanchok tiba-tiba muncul di kapalnya.
“Kau ada di sini juga?” Luffi takjub. Boa Hanchok memeluk erat Luffi. Lama tak bertemu sungguh membuatnya rindu.
Nami
hanya menatap dari jauh. Dasar kenapa Shichibukai itu harus ikut
liburan kru topi jerami, gerutunya sendiri. Dia yang tadinya mau ke
bawah, jadi mengurungkan niatnya. Nami kembali ke kamar dan mulai
menggambar peta sambil memerhatikan kompasnya.
Suasan
kapal jadi rame, ya kedatangan Boa Hanchoklah sebabnya. Dia disambut
sangat ramah oleh makhluk-makhluk bernama pria. Kecuali satu Roroana
Zoro. Entah apa yang bisa membuat dia tertarik pada wanita. Selama ini
hal yang digilai hanya pedang saja.
Sedari tadi dia hanya melihat teman-temannya—Ussop, Chopper, Brook, dan Franky yang sedang asyik bernyanyi bercengkrama.
Sanji?
Oh dia sedang memasak makanan istimewa. Ya, katanya untuk menyambut Boa
Hanchok Shichibukai paling cantik. (Semua wanita menurut Sanji memang
selalu cantik) Tapi di hatinya cuma ada Nami. Itu katanya.
“Taraaaa ... sarapan dengan menu spesial sudah siap dihidangkan.”
Meja
sudah penuh dengan masakan aneka makanan yang membuat Luffi tak tahan.
Matanya penuh bintang-bintang kecil melihat hidangan itu. Dia sudah
kelaparan setelah perang lalu dia lupa sudah makan atau belum.
“Nami sayang!” panggilnya ketika melihat Nami yang akhirnya memutuskan turun dari sarang untuk ikut sarapan.
“Tadaima—selamat makan.”
~*~
Ya, setelah keberhasilan Luffi mengalahkan Doflaminggo mereka
memutuskan untuk berlibur sejenak di sebuah pulau cantik yang hampir
mirip dengan Pulau Langit Skypie.
Mereka
merasa butuh istirahat sejenak dari segala pertarungan. Sebenarnya Luffi
juga mengajak Trafalgar law. Tapi Shichibukai itu memilih kembali ke
wilayahnya. Yang ada malah Boa Hanchok yang ikut serta.
“Berapa lama lagi kita sampai, Nami?” tanya Luffi tiba-tiba.
“Sebentar lagi,” jawab Nami sambil menatap langit.
“Asyik liburan!” teriak Luffi dengan polosnya. Dia itu selalu seperti
itu. Bertindak konyol sesuka hati, tapi akan serius jika sudah memasuki
arena pertandingan.
Angin menerpa wajah Luffi yang tengah memejamkan mata menikmati suara pulau yang kini didatanginya.
Tiba-tiba Boa Hanchok memeluknya dari belakang. Berbisik lembut padanya.
“Boleh,” ucap Luffi seketika. berdua mereka meninggalkan kru lain yang
baru turun mengeluarkan segala perlengkapan untuk istirahat di darat.
“Ada apa denganmu, Nami? Hari ini kau nampak lebih pendiam,” komentar Robin.
“Ah, mungkin perasaanmu saja, Robin. Saatnya belanja,” ucap Nami mencoba riang.
Robin tersenyum dam mengikuti langkah Nami. Berdua mereka menikmati
acara shopping yang telah lama tidak mereka lakukan. Saat seperti ini
harus dimanfaatkan dengan baik. Membeli banyak baju buat perjalanan yang
sudah menunggu.
Saat sedang asyik memilih
baju, ternyata Luffi dan Boa Hanchok juga ada di sana. Dia memilihkan
baju untuk Luffi yang suka baju model itu-itu saja.
“Luffi, kau mau beli baju juga?” Robin menyapa.
“Nami, dan Robin.?!” Luffi menatap krunya bergantian .
“Iya, Hanchok terus saja memaksa. Padahal aku tak suka beli baju yang aneh-aneh,” ucap Luffi jujur.
“Tapi tak ada salahnya, kan di coba?” Boa Hanchok masih mencoba meyakinkan Luffi.
“Dicoba saja. Aku jadi penasaran Luffi jika memakai baju resmi.” Nami ikut nimbrung dan tersenyum cekikikan.
“Aku setuju.” Robin mengakat jempol.
Satu lawan tiga, Luffi kalah dia akhirnya mencoba setelah baju yang telah dipilihkan Boa Hanchok.
“Wow!” Robin mengerling nakal.
“Ketua kita keren juga.” Robin menyenggol Nami yang sedari tadi diam.
“Eh ... iya, Robin. Padahal biasanya selalu terlihat bodoh.”
Luffi melotot. Nami bersembunyi di belakang Robin.
Selesai belanja, Boa Hanchok langsung mengapit lengan Luffi dan
mengajaknya ke tempat lain. Nami hanya bisa menggerutu dalam hati.
Dia sungguh mengganggu, jerit hati Nami.
“Sekarang kita ke mana?” Robin membuyarkan lamunan Nami.
Setelah puas belanja buku mereka memutuskan ke toko buku. Dua kru topi
jerami ini memang para maniak buku. Tapi setelah dari sana mereka
berpisah. Nami masih mau pergi ke suatu tempat. Itu yang dia bilang pada
Robin.
Sedang robin memilih kembali untuk menikmati kopi buatan Sanji di petang hari.
“Sampai ketemu di tenda, ya.” Mereka saling melambaikan tangan.
~*~
Namai berjalan tak tentu arah. Jujur dia tak tahu harus ke mana untuk
melangkah. Tapi dia malas kembali ke tenda. Apalagi dengan adanya Boa
Hanchok yang begitu menyebalkan mata.
“Luffi, baka!” umpatnya sambil menedang kerikil di depannya.
Lelah berjalan tanpa tujuan Nami duduk di sebuah batu dekat pantai.
Tapi pastinya jauh dari kapalnya berhenti. Lumayana atau malah sangat
jauh.
Ya, saat ini dia ingin sendiri dulu. Menenangkan perasaannya yang kacau tak menentu.
Rasanya percuma liburan kalau seperti ini. Bayangan indah yang dia
harapkan musnah. Rasanya dia ingin berteriak keras lalu menangis
sejadi-jadinya.
“Kimochi warui—aku membencimu. Baka!”
Nami menutup matanya. Tak lama kemudian membenamkannya pada kedua kakinya yang ditekuk.
Di tenda, saat ini teman-teman Nami tengah asyik menikmati pesta makan malam.
“Hoi, Robin! Nami mana? Bukankah seharian kalian bersama?” tanya Sanji
yang menyadari tak ada kehadiran Nami. Gadis galak yang suka marah dan
mengatur tapi punya otak encer dibanding Luffi. Dia menyukainya, sangat.
“Entahlah, tadi kami memang bersama. Tapi setelah dari toko buku kami
berpisah. Katanya ada keperluan yang harus dia selesaikan.”
“Anak itu ke mana? Malam sudah larut.” Sanji menatap langit malam
penuh kerlip bintang. Begitupun dengan Luffi dia mendengar semuanya.
Sepanjang hari ini Boa Hanchok terus menempel pada Luffi, hingga dia tak bisa bergerak bebas.
“Aku mau mencari Nami dulu,” ucap Sanji sudah mau beranjak.
“Biar aku saja.” Luffi langsung bangkit meninggalkan Bao Hanchok yang masih merajuk.
Luffi tetap melangkah. Saat itu dia berpapasan dengan Zorro yang baru
pulang. Dia ini memang paling suka telat. Pasti dia tadi tersesat.
Tapi saat mau masuk dia membisikkan sesuatu pada Luffi. Bagaimanapun
dari sekian banyak kru yang ada Zorro memang yang paling dekat dengan
Luffi.
~*~
“Menyebalkan ...!” teriak Nami kencang.
“Dasar, awas saja aku akan membuat pembalasan.”
Sedari tadi Nami terus mengoceh. Dia sangat sebal tapi tak tahu harus
bagaimana. Dia tak mau membuat kerusuhan dengan memulai pertengkaran.
Ah, itu bukan tipenya.
Tapi, gara-gara itu dia harus merasa terasing dan tersingkir.
Huft!
Nami menghela napas.
“Sudahlah!”
“Tapi, aku sedih dan tidak tahan.” Curhatnya pada pasir-pasir. Saat
Nami berjongkok menggambar, mencorat-coret pasir dengan.
“Luffi, bodoh. Kau ini sungguh keterlaluan.” Marahnya pada gambar yang tadi dia buat.
“Apa kau tak mau menemaniku? Menikmati malah yang penuh bintang. Berdua
saja. Aku sangat rindu,” ucap Nami masih memandang gambarnya.
“Bukankah sudah lama kita tak melakukannya. Kita selalu sibuk dengan
pelayaran dan berkumpul dengan teman-teman.” Lagi-lagi Nami menghela
napas.
“Seharusnya hari ini akan menyenangkan. Aku sudah menantikannya, tapi ...,”
Nami seolah ingin menangis lagi mengingat Boa Hanchok yang mendadak ikut dan memonopoli Luffi.
~*~
“Gomen!”
Pelukan dan bisikan halus dari belakang membuat Nami kaget.
“Luffi.”
“Percayalah meski seharian aku bersama Hanchok kau yang selalu terlintas dala pikiranku."
“Hountou ne?—sungguhkah?”
Luffi mengangguk. Lalu menatap Nami penuh kasih.
“Dia memang berjasa pernah menolong—menyelamatkan nyawaku—tapi kau tetap satu yang ada di hati selalu.”
Luffi mengecup kening Nami. Mereka berpelukan cukup lama. Lalu menikmati kerlip bintang bersama.
Nami merasa sangat senang seolah bisa terbang bersama sayap-sayap
rahasia yang dimilikinya, ya sayap-sayap cinta dari Luffi seorang.
Tanpa sepengetahuan mereka sedari tadi semua teman-temannya melihat
kejadian itu. Ya, diam-diam mereka membututi Luffi. Tak menyangka mereka
akan melihat pemandangan itu.
Sanji dan Boa
Hanchok yang paling terlihat sakit hati. Cinta mereka ternyata tak
sampai ke hati, hanya bertepuk tampak tak akan kembali. Mereka pergi
dengan langkah gontai. Berbeda dengan Ussop, chopper dan Franki yang
ikut bahagia dengan pilihan Luffi.
Pun dengan Zorro dan Robin. Mereka sangat mendukung hubungan dua sejoli itu.
“Kita cari tempat lain.” Zorro menggandeng tangan Robin dengan erat.
Mereka meninggalkan Luffi dan Nami yang sedang larut dalam percikan
cinta. Saling bertatap mesrah lalu berciuman, meleburkan segala rindu
yang sempat membuncah.
Srobyong, 6 Februari 2015
[1] Gabungan dari
Gear Second dan
Gear Third
dedicate ;
Penyair hebat Mbak Hermini yang juga penggila One Piece. Lalu ditambah
dari Abang Bang Jak Oi. Semoga menikmati meski ceritanya agak
amburadul. ^_^