![]() |
dokumen pribadi |
Judul :
Sociophilia
Penulis :
Febri Purwantini
Penerbit : Cerita Kata
Cetakan : Pertama, Maret 2020
Tebal :212
ISBN : 978-623-92949-3-9
Tema cinta dan impian, mungkin sudah
banyak diangkat dalam berbagai kisah novel dalam pasar buku di Indonesia. Namun
sebagaimana kita ketahui, tema-tema tersebut, masih selalu ditunggu dan tetap asyik
untuk dinikmati. Sebagaimana novel hasil karya Mbak Febri. Meski mengambil
tema yang bisa dibilang pasaran, tetap saja novel ini cukup menarik untuk
dibaca. Dengan bahasa sederhana dan tidak jlimet, pembaca akan dihibur dengan
kisah ringan tentang perjalanan hidup Dafina dalam menghadapi berbagai
problematika di sekitarnya.
Sudah sewajarnya setelah
menyelesaikan kuliah, kita akan termotivasi untuk segera mendapatkan pengalaman
baru dengan memperoleh pekerjaan sesuai dengan jurusan yang kita pilih. Rasanya sangat memalukan, setelah
menyelesaikan pendidikan strata satu, tetapi kita malah menganggur dan tidak
kunjung bekerja. Setidaknya itulah dilema yang dialami Dafina. Ia merasa rendah
diri dan merasa tidak berguna.
Padahal sahabatnya, Kalandra, sudah
satu langkah berada di depannya. Jika segala prosesnya lancar, Kalandra bisa
langsung berangkat ke Jepang. Kalau boleh jujur Defina merasa sedikit iri.
Namun dia bisa apa, ketika setiap kali dia berusaha mengirimkan lamaran, tetapi
belum ada yang menerima lamaran pekerjaannya?
Beruntung Dafina memiliki keluarga
yang selalu mendukung dan memberinya motivasi untuk tetap bertahan. Hingga akhirnya
kesempatan untuk mencicipi asam manis dunia kerja berhasil Dafina raih. Namun
dunia kerja ternyata tidak seindah atau semudah bayangannya. Apalagi kebetulan
bos di tempatnya bekerja benar-benar menyebalkan dan super galak. Di sana Dafina harus belajar tentang arti
penting kesabaran.
Tidak hanya harus berlatih kesabaran
karena sikap bosnya yang super ngeselin, hati Dafina juga harus diuji dengan
virus merah jambu yang membuatnya kalang kabut.
Dan pada titik yang sama, Dafina menyadari bahwa pekerjaannya saat ini,
bukanlah passion yang selama ini dia inginkan.
Secara keseluruhan novel ini cukup
menarik. Banyak hal yang bisa kita pelajari dari kisah hidup Dafina bersama
teman-teman dan keluarganya. Misalnya
tentang sikap harmonis dan saling peduli dalam keluarga, tidak mudah menyerah
dalam menghadapi berbagai tantangan hidup, berani mengejar impian dan passion
yang kita miliki dan banyak lagi.
Hanya saja novel ini masih menyimpan
banyak lubang-lubang yang jika ditambal akan semakin menarik dan memikat. Misalnya
dalam prolog cerita. Kalau boleh jujur prolog ini masih kurang nendang dan
belum membuat pembaca di awal untuk memiliki rasa penasaran yang tinggi untuk
melanjutkan membaca pada bab selanjutnya. Padahal kalau penulis bisa
menampilkan prolog yang lebih mendebarkan dan membuat penasaran, pasti kisah
akan lebih menarik sejak awal membuka halaman buku ini.
Lalu ada pula bagian yang
diceritakan kurang detail dan terasa lompat-lompat, sehingga kisah jadi terasa terburu-buru
dan kurang hidup. Di luar isi cerita, saya agak terganggu dengan penulisan
judul pada tiap bab. Secara kasat mata tulisan itu memang terlihat bagus dan
menarik. Tapi kalau tidak jeli, pembaca
akan sering dalam mengeja huruf dan membuat pembaca salah membaca judul bab. Dari segi
tulisan, secara keseluruhan sudah sangat rapi. Saya hanya menemukan satu kesalahan
tulis pada halaman 48 Moda transportasi ..., mungkin maksudnya Modal transportasi.
Satu lagi yang membuat saya
penasaran kenapa judul novel ini adalah Sociophilia?
Padahal dari pengataman saya, dari segi dan judul keduanya tidak ada benang
merahnya. Atau mungkin karena daya serap saya yang kurang dalam menyambungkan
benang merah di antara keduanya?
Namun lepas dari kekurangannya, dari
segi gaya bercerita, penulis sudah memiliki modal yang luwes dan menarik. Ini bisa jadi modal selanjutnya untuk
menghasilkan karya-karya yang lebih menarik. Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan rasa
salut kepada penulis yang berhasil menghasilkan karya yang menghibur.
“Kita nggak bisa nyenangin semua
orang. Kalau bisa, sih, kerja jangan hanya mengharap pujian dari orang. Entar
kita bakal kecewa berat kalau nggak dapat.”
(hal 159).
Srobyong, 8 April 2020
No comments:
Post a Comment