Thursday 4 February 2016

Menjaga Cinta untuk Menjemput Rahmat Allah



  • Tema Pertama 


Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. Ar-Rum : 21)

Mendengar kata mawaddah pasti sudah tidak asing lagi. Karena hampir setiap ada keluarga, sanak saudara, tetangga atau teman akan melangsungkan pernikahan, kita akan mendoakan agar keluarga yang akan dibina itu menjadi keluarga; sakina, mawaddah wa rahmah.  Tapi, sebenarnya apa sih arti mawaddah itu?  Dan ada dampak apa jika dalam sebuah kelurga tidak ada mawaddah?  Buku “Sayap-Sayap Mawaddah” karya Riawani Elyta dan Afifah Afra membahas dengan tuntas mengenai mawaddah. Buku ini merupakan sekuel dari buku sebelumnya yaitu, “Sayap-Sayap Sakinah”.

Mawaddah sendiri berasal dari fiil madhiwadda” yang artinya cinta.  Jika ditasrifkan sesuai ilmu shorof akan menjadi seperti ini, wadda-yawuddu-wuddun-mawaddatan. Jadi mawaddah bisa diartikan sebuah perasaan cinta yang bersifat passionate—gairah yang dimiliki antara dua orang berbeda jenis kelamin. Perasaan itu berupa rindu, cinta hingga menimbulkan keinginan untuk selalu dekat dan mengayomi. Mawaddah yang baik itu akan terwujud dengan adanya ikatan suci bernama pernikahan.  Sehingga ketika melakukan jima’ maka  akan mendapatkan pahala.

Dalam membangun rumah tangga, mawaddah  merupakan kunci untuk mencapai keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang. Karena itu jika tidak ada mawaddah, kehidupan rumah tangga bisa terasa kering dan hampa. Sudah menjadi naluri manusia bahwa antara laki-laki dan perempuan itu akan memiliki ketertarikan seksual atau Gharizah an-nau’.  Karena itu untuk menghindari perbuatan zina, Allah membuka jalan untuk menghalalkan hubungan antara laki-laki dan perempuan lewat pernikahan. Agar ketika mereka melakukan jima’, hal itu bukanlah dosa, tapi sebuah ibadah.

Banyak disinyalir kurangnya mawaddah antara suami dan istri bisa mengakibatkan keretakan hubungan antara suami dan istri, bahkan berujung pada perselingkuhan, percerain atau malah berpoligami. Karena itu-lah dalam sebuah pernikahan seharusnya dilandasi cinta pada Allah. Jika bersandar pada Allah, maka kita akan menjaga cinta yang dimiliki agar bisa menjemput rahmat Allah. Pernikahan yang baik itu adalah yang sesuai syariat Islam—melalui ta’aruf, bukan pacaran. Pernikahan bukanlah ajang untuk menunjukkan siapa yang paling berkuasa. Bukan pula hanya untuk mengahalalkan hubungan antara dua insan demi memuaskan nafsu belaka. Benar bahwa dalam sebuah pernikahan sangat diperlukan mawaddah—cinta, agar kehidupan yang dibangun dibersama itu bisa membawa pada jalan ke surga-Nya.

Dan untuk mencapai mawaddah maka diperlukan juga sakinah. Sakinah sendiri bisa diperoleh dari sebuah perjodohan yang menyatukan dua jiwa berada pada satu titik yang akan menimbulkan, kehangatan dan kenyamanan. Jika  sakinah dikelola dengan baik  akan terwujud mawaddah dan rahmah. Tapi harus diingat antara mawaddah dan rahmah itu harus seimbang  agar tidak tecipta kebosanan jika berlebihan. Sering kita dengar, bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Allah selalu mengingatkan hamba-Nya untuk mengambil sesuatu sewajarnya.

Untuk mewujudkan mawaddah dalam sebuah pernikahan, hal yang harus dilakukan suami dan istri adalah saling memiliki pengertian, kepercayaan dan komunikasi. Yah, antara suami dan istri itu intinya harus memiliki hubungan yang baik, mengayomi dan kasih sayang. Jika ada masalah harus dibicarakan dan diselesaikan baik-baik dengan kepala dingin. Bukan dengan saling menghujat atau berburuk sangka. Itulah kenapa komunikasi yang baik sangat penting dimiliki. Jika ingin lebih jelas lagi, mungkin kita bisa membaca kisah  inspiratif yang bisa dijadikan teladani. Yaitu kisah yang  dihadirkan dari pemenang Lomba Menulis Kisah Sejati Miracle of Love in Marriage”. Tulisan para pemenang ikut dicantumkan dalam buku “Sayap-Sayap Mawaddah”

Jadi buku ini, sangat cocok untuk dibaca sebagai bekal mewujudkan rumah tangga sakinah, mawaddah dan rahmah. Baik itu dibaca bagi yang sudah berkeluarga juga yang masih lajang. Tambahan saja ada juga ulasan tentang seksologi  dalam kaitannya dengan pembahasan mawaddah oleh dr. Ahmad Supriyanto. Apa itu seksologi? Bisa langsung membaca buku ini sendiri.


Judul Buku      : Sayap Sayap Mawaddah
Penulis             : Afifah Afra & Riawani Elyta
Penerbit           : Penerbit Indiva  (Indiva Media Kreasi)
Tahun Terbit    : Juli 2015
Tebal Buku      : 208 hlm
ISBN               : 978-602-1614-65-5





2 comments:

  1. widiihhh masih ada promo itu ya mbk bukunya.. hhhee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ini masih ada promo, dan ada kusinya juga, lho. Ayuk ikutan ^^

      Delete