Tuesday 29 September 2015

[Resensi] Menguak Rahasia Tragedi Tambora




Judul               : Tambora : Ketika Bumi Meledak 1815
Penulis             : Agus Sumbogo
Penerbit           : Exchange
Cetakan           : Cetakan 1 Juli 2015
Tebal               :  347 halaman
Harga              : Rp. 65.000
ISBN               : 978-602-72024-8-1

Tambora ..., sebagian orang pasti tidak asing dengan kata ini. Sebuah nama gunung yang terletak di Nusa Tenggara Barat. Dimana Tambora memiliki sejara panjang yang selalu diingat dengan kedasyatannya. Karena efek fenomena alam itu tidak hanya mempengaruhi Negara Indonesia tapi penjuru dunia. melenyapkan tiga Kesultanan yaitu Kesultana Tambora, Kesultanan Sanggar dan kesultanan Pekat. Bahkan Pasukan kavaleri Napoleon dari Prancis pun menjadi takluk atas Inggris dan Prusia. Musim dunia berubah. Di Amerika Utara banyak petani yang ingin bunuh diri karena gagal panen. Sebagian penduduk dunia mengalamai krisis sosial dan paceklik panjang. Dan di Eropa musim salju berlangsung berkepanjangan sehingga mereka menyebut masa itu the year without summer.

Novel ini berkisah tentang penemuan Lesly, seorang mahasiswa arkelog dari Universitas Rhode Island—Amerika, yang akan membawa mereka ke Indonesia. Semua bermula dari rasa penasaran yang dimiliki Lesly pada kesibukan ayahnya, Profesor Thomas yang selalu mengurung diri di  museum pribadinya. Setiap ayahnya di sana Lesly melihat keanehan yang terjadi.  Lesly pun diam-diam menyusup dan seperti dugaannya di sana dia menemukan benda yang sangat hebat. Benda yang mungkin memilki nilai jual tinggi juga nilah sejarah yang tidak ada tandingannya. Benda itu adalah kopiah emas dan tenggkorak kepala manusia.

Ajaibnya benda itu ketika dia memasangkan kopiah emas pada tengkorang kepala manusia, ternyata menimbukkan efek yang luar biasa. Sebuah cahaya putih kekuning-kuningan, berputar-putra dan membesar.  Dan dalam pusaran cahaya itu muncul samar-sama sosok wajah misterius yang menatao Lesly  dan berbicara, “Kembalikan barang itu kepada yang berhak! Kembalikan!” (halaman 18) “Nanti kamu akan mendapat imbalan. Sebuah rahasia nanti akan kamu ketahui. Rahasia di balik meletusnya Tambora yang sudah terpendam selama hampir dua ratus tahun lamanya.” (halaman 27)

Tahun 2004 Lesly tahu ayahnya  pernah ikut ekspedisi penggalian tiga kesultanan yang terkubur oleh abu dan Lahar Tambora. Namun, proyek itu berhenti di tengah jalan. Siapa sangka dari ekspedisi itu ayahnya menyimpan benda langka. Lesly yakin, tengkorang kepala manusia dan kopiah emas itu ada hubungannya  dengan letusan Tambora 1815 silam. Bersama seorang teman yang bernama Jeff, Lesly pun meminta izin pada profesor Thomas untuk mengembalikan peninggalan itu.  Yang ternyata bertepatan dengan peringata dua abad meletusnya Tambora tanggal 10 dan 11 April 2015.

Perjalanan pun dimulai. Pada langkah awal mereka pergi ke Bali untuk bertemu Pak Made, sahabat Profesor Thomas. Di sana Lesly dan Jeff selain bisa menikmati keindahan Bali juga bertemu dengan dengan Wayan dan Uma yang akan mendampingi mereka untuk menyelesaikan misi pengembalian peninggalan itu.  Atau bisa dibilang sebagai misi penggalian misteri begitulah yang dikatakan Lesly. (halaman 55)

Setelah istirahat beberapa hari di Bali, Lesly, Jeff, Uma dan wayan pun memulai perjalanan mereka. Tapi siapa sangka dalam perjalanan dari Bali, mobil yang mereka naiki mogok, cuaca mendadak gelap dan hujan deras muncul. Mereka pun terjebak tidak bisa melanjutkan jalan. (halaman 83)

Namun sebuah cahaya dan suara dari oraang sakti yang sering Lesly dengar menuntun mereka pada sebuah pintu gerbang besar berwarna putih tanpa dinding. (halaman 85) orang sakti itu menyuruh mereka masuk. Dimulai dari sana letusaan Tambora akan terkuak. Mereka berempat terlempar ke zaman silam yang akan memperlihatkan tentang sejarah masa lalu yang tidak terduga. Tentang penderitaan rakyat Sumbawa,  kekejaman Belanda, dan perang saudara yang terlihat nyata. Belanda melakukan siasat adu domba untuk memecah kekerabatan Kesultana Sanggar, Kesultaan Tambora dan Kesultanan Pekat.  Ada juga proses penyebaran Islam dengan adanya seorang Syekh yang dihormati.

Uma, Lesly, Jeff dan Wayan hanya bisa merasa kasihan dan sedih melihat keadaan itu. namun, sayangnya mereka tidak bisa menolong. Mereka hanya bisa melihat kilasan masa lalu sebab terjadinya ledakan Tambora. Perjalanan masih panjang, mereka terus menyusri setiap  potongan-potongan kejadian untuk menemukan sejarah paling spketakuler. Keberhasilan perjalanan mereka  dalam menguak semua sejarah penting masa lalu di Tambora ..., selengkapnya bisa dibaca di sini.
Novel ini selain berisikan sejarah yang luar biasa, juga banyak memberikan banyak  sekali ilmu. Baik ilmu jiwa juga pengetahuan lainnya. Sebagiamana dipetik melalui sikap tokoh di novel ini. Seperti yang diucapkan Wayan, “Di saat kita mengalami kesulitan dan sudah tidak bisa berharap pada pertolongan manusia, saat itulah kita memerlukan Tuhan.  Kita mohon pertunjuk dengan berdoa sesuaai dengan keyakinan kita masing-masing. Kalau Tuhan berkenan, saat itu-lah kita akan ditolong-Nya. ....” ucapan ini mengajarkan untuk saling menghargai antara umat beragama. Juga rasaa pasrah pada Allah.  (halaman 99) Atau tentang sikap peduli dan tenggang rasa.

Ada juga kutipan ucapan Uma yang bisa dijadikan teladan. Bahwa ilmu sangatlah penting untuk dipelajari di mana pun dan sampai kapanpun. Tapi aku harus terus mencari sebab waktu adalah guru dan alam adalah ilmu, sedang aku adalaah murid (halaman 153)  juga sebuah kata yang disebut orang sakti “ Alam Ayat Allah” yang perlu dikaji. Recomenden untuk dibaca untuk membuka wawasan sejarah, ilmu spiritual. Selain sejarah novel ini dibumbui kisah romantis dan pemandangan indah di Indoneisa.  Selamat membaca.

Srobyong, 22 September 2015.

[Ratnani Latifah, Jepara] 

 [Dimuat di Radar Sampit, Edisi; Minggu, 27 September 2015]

                                






Sunday 27 September 2015

Pelangi di Masa Kecil

Sumber : Google



Masa kecil itu seperti warna pada pelangi. Bermacam-macam dan memiliki kesan mendalam. Masa kecil identik dengan sikap nakal dan suka bermain. Ah, pokoknya begitulah. Dan aku pun mengalaminya. Menjadi anak-anak yang suka melakukan banyak hal sesuka hati.

Foto masa kecil waktu Tk. Dah hampir punah. 


Asal tahu saja .... Sejak kecil aku sudah memiliki dunia sendiri. Dunia imaji yang kuciptakan sendiri. Ah, aku sering tersenyum jika mengingatnya. Tapi sebentar ..., itu aku simpan dulu, ya. Sebelum kuceritakan semua.

Pertama aku ingin membahas hobi bermainku yang super duper tidak ketulungan. Hehh. Habis semua permainan selalu aku coba. Dimulai dari main dakon, ular naga, main rinso—itu lho lompat tali yang dimulai dari tumit hingga kepala. dan juga deng—ini masih dalam area lompat tali. Aku tunjukin gambarnya saja deh. Susah jelasinnya. Dan pada permainan ini aku termasu jagonya. Kenapa? Karena aku tinggi dan bertubuh kecil jadi paling ringan kalau disuruh lompat sana lompat sini.



Selain mencoba permainan itu aku juga gemar main petak umpet, dan kasti. Nah pada permainan kasti ini lho, kaca rumah hampir pecah gara-gara ulahku dan teman-teman. Duh, jeongmal miane—sungguh kami minta maaf. Itu tidak disengaja. ^^ [Pasang senyum tanpa dosa]

Masih ingat jegglong? Nah itu juga sering aku mainkan.  Main wong-wongan dan main kartu [plek] juga jadi hobi. Aku jago banget. Koleksiku sampai satu tas karena selalu menang. Hehhh.


Selain permainan yang memang bisa dimaikan anak laki-laki dan perempuan, aku juga sering ikut permainan yang biasanya hanya dimainkan anak laki-lagi. Misal berdil-bedilan. Atau main ketapel aku kerap memainkannya. Lalu suka memanjat pohon dan  genteng (kalau ini sepertinya kadang masih aku lakukan sampai sekarang) hehhh. Ngaku.

Aku biasanya suka naik pohon jambu air di rumah nenek sama rambutan. Asyik deh bisa bergelantungan sambil menikmati buah di pohonnya langsung. Aku memang tidak bisa diam hingga karena keaktivan itu aku jatuh dan sempat patah tulang. Tapi tentu tidak kapok. Hehh.

Kenapa aku bisa tomboy? Mungkin karena aku lebih sering bermain sama anak laki-laki .Maklum aku tumbuh bersama dengan tiga sepupu kesemuanya laki-laki. Hanya aku yang perempuan. Tapi peduli apa yang penting senang. Kalau pas hanya aku perempuan tentu aku mengikuti permaian sepupuku itu. Tapi jika ada anak perempuan dari tetangga yang ikut main baru deh main yang asyik untuk dinikmati bersama.

Lepas dari permainan yang dilakukan bersama-sama, kadang aku suka main sendiri. Berbicara sendiri seolah aku adalah tokoh utama dari sebuah cerita. Dan tadi sempat aku singgung di atas. Aku punya imaji yang mana jika aku ditanya kembali apa itu maksud 'benayang?' Dan siapa 'Mak De Rapiah Awalini?' Aku hanya bisa mengulum senyum. Bingung jawabnya. Ye ..., itukan cuma imajinasiku yang liar. Hehhh.

Dan kebiasaan suka berimaji tenyata masih tumbuh hingga sekarang. Aku gemar banget mengkhayal untuk menulis cerpen. hheh. Nah ini numpang narisi aku yang sekarang. ^^



Sudah tidak tomboy, sih. Tapi masih suka cuek. Heheh.  

Pelangi cerita masa kecil ini selamanya akan terukir dalam kenangan. Membuat tersenyum dan geleng-geleng kepala jika mengingatnya. 






Pentingnya Sebuah Pulsa



Sumber: Google.


Membiacarakan pulsa  itu ..., seperti membicarakan manusia tanpa nasi. Lho, kok bisa? Ya iya-lah kalau tidak ada nasi manusia akan menjadi lemas. Ingat ketika sedang puasa, kan? Pun dengan pulsa. Kalau pulsa tidak ada, handphone bisa sekarat; gawat. Mati deh. Tidakbisa dibuat apa-apa. Kalaupun bisa hanya untuk mendengarkan musik saja. Padahal setiap hari rasanya selalu butuh untuk internetan. Kalau pulsa tidak ada bagaimana bisa untuk sms?  Sepertinya harus gigit jari. 

Dulu sebelum  pulsa elektrik, bertebaran di mana-mana, aku kalau kehabisan pulsa harus ke  konter. Maklum saat itu belum banyak teman yang jualan. Nah ketika sudah ada, maka tinggal sms minta pulsa. Uangnya bisa besoknya kalau ketemu. Hehh. Praktis, tinggal sms pulsa masuk. Tidak perlu ke sana-ke marin mencari konter. Apalagi kalau sudah tengah malam. Aih ... bisa-bisa ketemunya malah kuburan. Hehh. [Abaikan.]

Tapi semakin majunya komunikasi  penipuan pun semakin banyak terjadi. Dan semua itu hanya karena kehabisan pulsa. Duh ..., duh sebegitu pentingnya pulsa? Sungguh miris dan gregetan saja kalau melihat yang seperti itu. Seperti kejadian ini. Jadi lebih sering aku abaikan. Kan bapakku baik-baik saja di rumah, eh mendadak dapat sms seperti ini siapa yang percaya? ^^

Sumber: Google



Tapi pulsa memang penting. Kalau tidak ada pulsa bagaimana untuk internetan, sms, dan bbm-an—[eh bbm pake kuota, sih. Tapi bagaimanaa bisa isi kuota kalau tidak ada pulsa?] Nah, ketahuan pulsa memang dibutuhkan di mana-mana. Sangat penting malah. Hhhh.  Iya. Makanya hanya gara-gara pulsa pun menjadi pemicu kejahatan.

Tapi karena pulsa pula ada yang jadi rajin nulis lho? Kok bisa? Sebentar-sebentar. Aku ambil napas dulu buat cerita. Hehh

Saat ini banyak event menulis baik di blog atau facebook sebut saja. Setiap orang yang hobi menulis biasanya masuk komunitas menulis. Sama yang nulis juga hehh. [tunjuk wajah] Nah, di sana biasanya akan ada kuis kecil-kecilan untuk mengasah kemampuan para penulis. Dan eng ... ing ... eng ... hadiahnya pulsa (kadang buku juga, deng) Dan perlu semuanya tahu ..., para penulis sangat semangat untuk ikutan. [Aku juga lho]. Kan pulsa memang penting. Kalau dapat bisa buat intenetan lagi, kan? Hehh. Jadi memang penting, dong. Betulkan, iya kan? Maksa. Hehh. Yang tidak bilang pulsa penting  penting biasanya yang tidak punya handphone. Eh. Hehh (maaf becanda) ^^ Tapi zaman sekarang sepertinya semua pasti punya (kecuali orang tua zaman dulu, lho, ya) walau tidak memungkiri sekarang orangtua juga sudah canggih.

Sebegitu pentingnya pulsa, pastinya membuatku ingin mendapat pelayanan yang ekstra mudah buat menjangkaunya. Dan alhamdulillah ketemu deh sama Pojok Pulsa.

Pasti banyak yang bertanya-tanya. Pojok Pulsa itu apa, ya?

Sst! Tenang aku akan coba jelasin, biar semua ikut paham.

Pojok Pulsa adalah salah satu dari sekian banyak server pulsa elekrtik , yang katanya menyediakan Pulsa Murah Jakarta dan Pulsa Elektrik Jakarta. Tapi masak hanya pulsa murah di Jakarta? Iseng-iseng mencoba deh menyelidiki ternyata Pulsa Murah, bisa didapat di seluruh Indonesia.  Mereka telah melayani pelanggan selama 6 Tahun. Memiliki   pengalaman menangani puluhan juta transaksi pengisian voucher elektrik dan voucher fisik hingga saat ini.

Fitur apa saja yang dimiliki pojok pulsa adalah :


  1. Mudah dan tidak ribet
  2. Deposit bebas berdasakan kebutuhan
  3. Daftarnya gratis
  4. Melayani selama 24 jam non stop
  5. Dapat melakukan transaksi kapanpun dan dimanapun
  6. Sms to End user
  7. Bisa melakukan transaksi melalui  YM, Gtalk dan Facebook
  8. Disupport dengan Token PLN
  9. Banyak bonus undian yang diberikan
  10. Dan banyak lagi fitur-fitur yang bisa dinikmati. 


Nah tunggu apalagi? Segera gabung di Pojok Pulsa untuk memudahkan aksesnya. ^_^

Tulisan ini diikutkan dalam lomba menulis blog di Pojok Pulsa.


[Cerpen] Senyum Buat Sri

[Dimuat di Minggu Pagi KR, Edisi; Jumat, 25 September 2015]

Di sini ditulisnya pake nama asli Ratnani Latifah*bukan nama pena Kazuhana El Ratna Mida  ^^ Ya udah deh nggak apa-apa. Mungkin redaksi punya kebijakan sendiri. Langsung ke inti cerita aja deh. Hheh. Abaikan curhat yang di atas. Ini naskah aslinya :) 
Sejak dulu Sri selalu menunggu. Mendapat seulas senyum tulus yang berasa sangat mahal untuk dimiliki. Yah, untuk mendapatkan itu sepertinya Sri harus berusah kuat bahkan banting tulang. Atau ..., mungkin hanya bisa terwujud ketika adanya sebuah keajaiban? Entahlah, kenapa begitu sulit senyum tulus itu tersungging untuk Sri. Padahal dia sama seperti makhluk hidup lainnya. Tapi entah kenapa dia diperlakukan berbeda.
Sri menghela napas, menatap nanar para staf yang bekerja di rumah sakit. Sejak dulu, Sri selalu berharap akan mendapat perlakuan yang sama di sini.  Mendapat sapaan ramah dari para resepsionis ketika datang berobat atau pada para staf dalam loket pembayaran yang bekerja di sini. Namun, sulit baginya untuk mendapat sambutan ramah itu. Mereka lebih sering menatapnya dengan tatapan tidak terlalu suka dan tidak peduli. Entah salah apa dia dulu pada mereka, hingga diperlakukan seperti itu.


Atau bisa membaca versi Koran Minggu Pagi di, http://id.klipingsastra.com/2015/09/senyum-buat-sri.html

Tuesday 22 September 2015

[Resensi] Akibat Berlebihan ketika Membenci




Judul Buku                  : In a Blue Moon
Penulis                         : Ilana Tan
Penerbit                       : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit                : 2015
Cetakan                       : April, cetakan ketiga
Halaman                      : 320 halaman
ISBN                           : 978-602-03-1462-4
Harga                          : 70.000
Peresensi                     : Kazuhana El Ratna Mida

Sekat antara rasa benci dan cinta itu sangat tipis. Kadang terlalu benci bisa menjadi cinta, terlalu cinta pun bisa berubah benci. Karena itu dalam segala hal lebih baik memilih bersikap wajar; jangan berlebihan.

Lucas hampir mengangkat alis ketika tiba-tiba sang kakek mengatakan bahwa tunangannnya telah ditemukan. Bagaimana pun Lucas tidak tahu dia menghilang dan tidak tahu kalau punya tunangan. Lalu kenapa tiba-tiba kakeknya mengatakan dia sudah punya tunangan? Lucas yang seorang koki kepala di Ramses—salah satu restoran paling terkenal di Amerika serikat itu serta merta bertanya lebih lanjut dengan perkataannya kakeknya yan begitu tiba-tiba. Jawabannya dia harus menyusul ke pesta pernikahan  cucu teman kakeknya. (halaman 12)

Di sanalah semua bermula, pertemuan yang tidak pernah Lucas sangka sebelumnya. Dia bertemu dengan Sophie Wilson lagi, seorang teman di masa SMA dulu. Sayangnya, hubungan mereka tidak bisa dianggap baik. Sophie dulu membencinya dan mungkin hingga sekarang. (halaman 19) Baik Lucas dan Sophie tentu tidak ingin pertunangan ini terjadi, tapi Gordon Ford kakek Lucas sangat keras kepala. Apa yang diinginkan harus terwuujud. Termasuk pertunangan Lucas dan Sophie, dia akan melakukan cara apapaun untuk menyatukan mereka. Seperti mengatur pertemuan mereka agar bisa dekat. Atau mengancam Lucas dengan Ramses. Gordon Ford akan mewariskan Ramses pada sepupu jauhnya jika dia menolak pertunangan itu.

Tapi Lucas punya pemikiran sendiri. Sejak dia bertemu lagi dengan Sophie di pesta itu ..., dia ingin mendekatinya. Bukan untuk urusan masalah perjodohan tapi tentang sebuah permintaan maaf atas masa lalu yang pernah dia lakukan dulu pada Sophie. Dia sungguh menyesal. Tapi Lucas menyadari bahwa itu mendapat maaf dari Sophie tidak mudah. Karena itulah dia akan berusaha.“Aku tahu kau tidak menginginkan permintaan maaf dariku, tapi aku tetap ingin meminta maaf. Atas semua yang pernah aku lakukan dulu.” (halaman 57)

Sophie sendiri memang tidak pernah dan tidak akan memaafkan Lucas dengan mudah. Dia malah berharap tidak perlu lagi bertemu dengan Lucas. Tapi, seperti yang dikatakan Thomas Wilson—Kakek Shopie, Gordon Ford sangat keras kepala. Pria tua itu selalu mencari cara agar bisa mendekatkan cucunya. Sehingga mau tidak mau Sophie harus menerima tawaran Lucas. “Supaya kakekku tidak mempersulit keadaan bagi kita berdua dan keluargamu, kusarankan agar kita menuruti keinginannya. Untuk menyenangkan hatinya.” (halaman 71)  Mungkin itulah solusinya, berpura-pura di depan Gordo Ford selama di Amerika kalau mereka sudah jalan.

Walau pada kenyataannya, Sophie tetap menjaga jarak. Dia sangat tidak suka berurusan dengan Lucas. Pria yang mengaku sudah berubah, yang tidak lagi seperti remaja egois yang dikenalnya dulu. Tapi apa peduli Sophie. Baginya Lucas tetaplah Lucas. Pria jahat yang telah menyakitinya dulu. Meskipun Sophie sadar, dalam kebersamaan mereka akhir-akhir ini, Lucas terlihat sungguh-sungguh berubah dan meminta maaf padanya. Dan entah kenapa ketika melihat kesungguhan Lucas, Sophie merasa bersalah.

Dalam dilema itu ..., masalah lain juga datang. Sosok yang dulunya sangat dicintainya, yang membuat dirinya ingin dilamar pria itu datang lagi—namanya Adrian Graves. Dan sebuah kabar yang hampir membuatnya terkejut ketika mendengar Miranda, wanita yang pernah dia lihat pergi ke pesta dengan Lucas mengatakan akan segera menikah jika Lucas Ford mengumpulkan nyali untuk melamarnya. Sebuah ucapan yang tepatnya dikatakan teman Miranda. ( halaman148)

Entah apa yang akan Sophie lakukan untuk mengatasi situasi ini. Lucas, Miranda dan Ardrian. Juga masalah pertunangan. Tidak ketinggalan apa yang sebenarnya telah terjadi di masa lalu antara Lucas dan Sophie. Semua bisa terjawab setelah membaca novel ini.

Novel yang dikemas apik dengan bahasa ringan dan gaya bercerita yang menyenangkan. Mengambil kisah sederhana memang, tapi Ilana Tan memiliki gaya khas dalam bercerita yang membuat pembacanya tidak mudah bosan. Tidak membuat beranjak pergi malah walaupun ending mudah ditebak. Karena dalam setiap bab sudah ada ledakan kejutan yang tidak terduga, seperti teka-teki masa lalu Lucas dan Sophie. Apa yang sebenarnya terjadi antara Lucas dan Miranda. Ilana Tan sosok yang sudah piawai dalam kisah-kisahnya itu berhasil mengaduk-aduk perasaan lewat rangkaian kata yang telah dibuat. Novel yang memberi amanat, bahwa setiap orang bisa berubah. Jangan menjadikan masa lalu sebagai tolak ukur keburukan orang lain. Recomended untuk dibaca. Manis dan menyenangkan.

Srobyong, 11 September 2015
(Kazuhana El Ratna Mida, Jepara)


[Dimuat di Radar Sampit, Edisi; 20 September 2015]




Monday 21 September 2015

[Cerpen] Ratu Tirta Samudera


[Dimuat di Radar Banyuwangi, Jawa Pos Group. Edisi, Minggu, 20 September 2015]
By Kazuhana El Ratna Mida*
Aku hampir hafal wejangan[1] yang selalu ibu katakan ketika aku meminta izin akan pergi ke pantai.
            “Jangan, Sep. Di sana ada penunggunya—Ratu Tirta Samudera. Jangan kamu bermain  di pusaran air laut. Nanti kamu dibawa olehnya.”
            “Apalagi di hari Jumat Wage,” lanjut ibu.
            Konon katanya, pantai yang terletak di dekat rumahku memang memiliki banyak cerita mitos yang meresahkan warga. Pantai yang disebut dengan Ratu Tirta Samudera, juga dikenal penjaga pantai itu yang katanya juga masih saudara dari Ratu Pantai Selatan.
Secara garis keturunan itu seperti ini, Ratu Tirta Samudera itu sangat sakti. Dia masih saudara dengan Dewi Lanjar penjaga laut Utara. Sedang Dewi Lanjar masih punya hubungan kekerabatan dengan Ratu Pantai Selatan. Jadi otomatis Ratu Tirta Samudera masih ada hubungan kekerabatan dengan Ratu Pantai Selatan—atau disebut juga Nyi Roro Kidul. Ratu yang memiliki kekuatan hebat, cantik namun juga berduri menurut sebagian orang. Merekalah para penunggu laut yang cantik jelita, namun penuh dengan misteri yang tak terpecahkan.
Setiap hari, ibu menceritakan kisah itu padaku. Lalu tanpa bosan ibu akan memberi nasihat untuk jangan sekali-kali bermain di sekitar pantai. Apalagi di hari Jumat Wage yang penuh kontroversi.
Ratu Tirta Samudera adalah  jelmaan putri cantik jelita yang suka menikahi para lelaki perjaka. Dia memilih para lelaki yang berenang di pantai sesuka hati. Kalau mereka menolak maka hasilnya akan dijadikan budak.  Kecuali jika kamu menerima, maka kamu akan dijadikan suaminya lalu mendapat banyak harta.
“Asep, Ratu Tirta Samudera, tidak suka orang yang membangkang. Bagi orang yang membangkang bisa jadi langsung dijadikan budak, disuruh bekerja siang malam. Siapapun yang sudah dipilih, maka  tidak bisa kembali ke daratan. Jasadnya akan sulit ditemukan, tergantung keinginan sang Ratu untuk memperlihatkan para Tim SAR atau menutup penglihatan mereka,” ucap Ibu.
“Kamu tahu, kadang kala jasadnya itu terapung tapi mata orang-orang yang mencari ditutupi cahaya untuk melihat hal itu.”
 “Percayalah pada ibu, Sep. Ibu ingin melakukan yang terbaik untukmu. Kakakmu sudah dia bawa pergi. Ibu tak ingin kamu juga diambil.” Ibu menggenggam erat tanganku. Beliau langsung mencontohkan kakakku yang sudah meninggal beberapa tahun lalu.
            “Kakakmu, jasadnya hilang setelah karam di sana, kan? Dia pasti dijadikan budak atau suaminya.”
            Setiap mengingat kakakku yang telah meninggal, ibu selalu melankolis. Menangis sesenggukan hingga aku jadi korban. Yah, aku jadi terkekang, tak bisa ke mana-mana.
“Bukankah kamu melihat ketika kakakmu tenggelam dan berteriak minta tolong?” ibu bertanya lagi.
Aku menunduk.  Dalam dan semakin dalam. Mencerna setiap kata yang ibu ucapkan.
“Karena itu, Sep. Ibu tidak mengizinkan kamu bermain di sana. Kamu ibu kirim ke sekolah ke asrama yang akan membuatmu aman.”
Apakah ibu tidak berlebihan? Entahlah aku sendiri tidak tahu. Semua kegiatanku memang selalu dibatasi sejak kematian kakak. Hidup seperti ini sungguh tidak bebas dan membuatku tertekan.  Padahal kata guru agamaku, mati itu urusan Allah. Di mana pun bersembunyi kalau memang sudah takdir itu tidak bisa dilawan. Aku menghela napas, menatap ibu yang masih di depanku.
“Lalu aku harus apa, Bu? Ini, kan sedang liburan?”
“Kamu belajar di rumah saja. Biar jadi anak pintar. Lalu bisa meneruskan bisnis  ibumu ini,”  Ibu meninggalkanku untuk menyiapkan makan siang.
Aku menghela napas. Susah sekali memili ibu yang sangat protektif. Meski itu demi kebaikanku. Tapi sesekali aku juga ingin bebas.
Aku duduk di teras rumah sambil membaca buku. Sesekali melihat teman-teman sesusiaku yang bermain bebas tanpa adanya kekangan.
“Sep. Kamu di rumah, tah? Prei?”[2] tanya wahyudi  ketika melihatku.
“Iya, Yud.”
Wahyudi sudah duduk di sampingku. Sebentar kemudian Kasim ikut datang.
Sue rak dolanan bareng,”[3] ucap Wahyudi dan dibenarkan Kasim.
“Iya, sejak aku ke kota,” aku juga membetulkan—tepatnya ketika aku masuk asrama SMP di kota. Di asrama paling mahal yang memiliki fasilitas terlengkap. Mana mungkin putra Bos Mebel sekolah di tempat biasa.
“Nah, mumpung[4] kamu di rumah, ayo main,” ajak Wahyudi dengan semangat.
Aku mengangguk saja. kulihat ibu yang masih asyik memasak.
“Bu, aku pergi dolan [5]dengan Wahyudi dan Kasim,” pamitku agak keras.
“Iya, tapi jangan mendekati pantai.” Lagi-lagi pesan itu yang diucapkan.
Aku jawab saja iya. Yang penting aku boleh bermain. Sedang Wahyudi dan Kasim menatapku maklum. Semua warga sudah tahu tabiat ibuku yang seperti itu.
~*~
            Aku mendengus kesal, setiap ingat larangan ibu bermain ke pantai. Siapa sih yang tak ingin bermain bebas seperti teman-temannya? Ke mana pun yang disuka. Hingga pilihan terakhir, aku harus selalu pergi diam-diam seperti ini jika ingin ke pantai.
“Ayo, malah melamun.” Wahyudi menepuk pundakku.
            Aku pun mengkuti langkah mereka menuju pantai, tempat larangan yang aku datangi.
            “Tenang, aku akan merahasiakan keikutsertaanmu.” wahyudi mengacungkan jempol.
            “Terima kasih, Yud.”
            Setelah sampai, kami langsung menanggalkan pakaian dan mulai berenang saling adu kehebatan. Aku  melupakan pesan ibu. Aku sangat menikmati kejadian hari itu.
            Wahyudi terus berenang ke arah kawasan yang sering diberitakan sebagai pusaran air laut. Tempat bertemunya dua arus yang berlawanan dan memiliki kedalaman yang lebih dari lokasi lain.  Walaupun jarak dengan bibir pantai hanya berkisar 20-30 meter. Tapi, di sana memang banyak tersiar kabar tentang tempat yang memakan banyak korban tenggelam dan hilang.
“Lihatlah Sep.  Aku tidak apa-apa. Ibumu mungkin hanya membohongi agar kau takut ke sini.” Dia menatap Kasim dan aku bergantian. Dia menunjukkan bahwa dia baik-baik saja ketika sampai di sana.
            Aku mendekati di mana Wahyudi berada dan  membenarkan ucapannya.  Nyatanya dia selamat ketika bermain di tengah laut yang deras itu. Tempat biasanya pusaran itu terjadi.
“Besok, kan hari Jumat Wage. Ayo kita tunjukkan pada ibumu, Sep.”
Ucapannya kusambut anggukan setuju pun dengan Kasim. Ibu harus tahu tentang ini, semua hanya kekhawatiran yang berlebih, pikirku dalam hati. Hilangnya Kakakku mungkin hanya kecelakaan biasa. Mungkin gosip yang beredar, itu salah. Kami sudah membuktikan, pikirku sendiri.
Sampai sore kami bermain di pantai. Setelah puas berenang kami pun segera pulang ke rumah masing-masing. Sesampainya di rumah. Aku langsung mendapat teguran karena pulang menjelang senja.
“Ya Allah, Sep. Jam segini baru pulang. Kamu dari mana saja?” ibu menginterogasiku.
“Aku bermain dengan Wahyudi, Bu,” jawabku apa adanya.
“Tapi kenapa sampai petang seperti ini? Tahukah kau waktu senja banyak setan yang berkeliaran. Kamu bisa diculik mereka,” ibu berucap lagi. “Pamali, tahu.”
“Iya, maaf, Bu. Besok aku akan pulang lebih cepat.”
Ibu lalu menyuruhku mandi dengan segera lalu salat dan makan bersama.
“Kamu tadi tidak ke pantai, kan?” tanya ibu tiba-tiba. Aku hanya menunduk. Kemarahan ibu langsung memuncak ketika tahu, bahwa aku  berbohong.
            “Bukankah sudah ibu bilang jangan ke pantai!” bentak ibuku.
            “Tapi, Bu ...,”  aku ingin protes. “Asep ingin seperti teman-teman yang lain juga.” Akhirnya kalimat itu keluar juga.
            “Tidak bisa. Kamu anak ibu. Jadi menurutlah pada ibu. Jangan mengikuti orang-orang yang tak tahu apa-apa tentang kejahatan Ratu Tirta Samudera.”
            “Memangnya kamu mau dijadikan tumbal seperti orang-orang?” Ibu menatapku.
            “Mulai sekarang, ibu akan lebih ketat mengawasimu.”
            “Ibu!” aku berteriak memanggil ibunya yang kini sudah sukses mengunci di kamarku sendiri. Aku  teringat dengan kakak.
            Padahal aku sudah kelas dua SMP, tapi ibu tetap saja sama, Kak. Beliau melarangku ke pantai sejak kejadian itu. Sudah berkali-kali aku meminta pengertian aku tetap tak diizinkan. Bahkan ketika aku diam-diam pergi aku pun dapat hukuman.
            Kenapa ibu takut sekali dengan Ratu Tirta Samudera? Pikirku sendiri berkutat dengan hati. Aku  menghela napas. Bahkan untuk menjauhkanku dari pantai, ibu sampai rela aku  sekolah dengan diasramakan jauh dari desa.
~*~
            Hingga pagi hari aku tidak juga diizinkan ibu pergi. Aku  dikurung.
            “Ibu, izinkan aku ke luar,” pintaku ketika mendapat kiriman sarapan dari ibu.
            “Tidak!” ucap ibuku tegas.
            “Mulai sekarang, kau harus di sini ketika di rumah. Kalau ibu biarkan kamu ke luar, kamu pasti akan ke pantai lagi.”
            “Bukanhah sudah ibu bilang di sana berbahaya. Ibu tidak mau ambil resiko untuk kedua kalinya.”
            Ibuku benar-benar keterlaluan. Padahal, aku harus pergi dan membuktikan pada ibu kalau semua ketakutan beliau itu hanyalah hal konyol.
“Sekarang, Wahyudi dan Kasim pasti sudah menunggu.”  Aku berjalan mondar-mandir di kamar. Lalu aku pun memutuskan untuk pergi diam-diam lagi. Dengan hati-hati, aku  keluar lewat jendela. Lalu aku berlari menuju tempat pertemuan dengan Wahyudi dan Kasim.
“Hai! Kupikir kau tak berani datang.” Wahyudi tersenyum ketika melihatku sampai di tempat janjian.
“Aku dikurung ibu agar tak ke pantai lagi,” jelasku masih dengan napas terengah-engah. Kini, kami  pun segera pergi ke pantai dan kembali berenang seperti biasa.
Aku sudah sangat yakin bisa membuktikan pada ibu, kalau Ratu Tirta Samudera itu tidak ada. Setelah ini aku akan pulang dengan selamat. Kecurigaan ibu akan hilang. Tak sabar rasanya aku untuk menunjukkan semua kebenaran.
            Namun di saat aku asyik berenang. Tiba-tiba gulungan gelombang buatku kaget. Aku terseret arus yang sangat kuat. Aku meronta meminta tolong, tapi tak ada yang mendengar. Tubuhku terasa ringan dan aku melihat wanita cantik yang menyambut kedatanganku dengan senyum lebar.
Srobyong, 2015

*Beberapa karyanya sudah dibukukan dalam antologi bersama, antara lain Ramadhan in Love, Luka-Luka Bangsa, Lot & Purple Hole. Tinggal di Jepara.


[1] pesan
[2] Libur?
[3] Lama tak bermain bersama
[4] Kebetulan
[5] Main