Wednesday 24 August 2016

[Resensi] Pengorbanan, Persahabatan dan Kasih Sayang


Judul               : Two Souls
Penulis             : Elvira Natali
Editor              : Ruth  Priscilia. A
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan           : Pertama, Juni 2016
Halaman          : 232 hlm
ISBN               : 978-602-03-2676-4
Peresensi         : Ratnani Latifah, penikmat buku dan penyuka literasi Almuni Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara.

Memiliki sebuah kelebihan yang bisa digunakan untuk menyelamatkan orang lain memang sebuah anugerah. Namun siapa sangka ternyata jika kelebihan yang digunakan terus menerus,  lambat laun bisa saja mencelakakan diri sendiri. Lalu  haruskah kelebihan itu tetap digunakan untuk menolong orang lain?

Membaca novel ini penulis mengajak pembaca untuk belajar arti pengorbanan, persahabatan dan kasih sayang. Mengambil genre fantasi, membuat novel ini menarik. Mengingat untuk penulis Indonesia sendiri masih jarang mengambil tema ini.  Kelebihan lainnya adalah  selain memasukkan bumbu fantasi, penulis tetap memberikan porsi genre lain seperti romance, persahabatan, musik  dan keluarga dengan pas.

Novel ini berkisah tentang Arlesta yang ternyata memiliki kekuatan luar biasa—dia adalah seorang Victer—keturunan Dewa Dionyus yang mampu membangkitkan jiwa-jiwa dari kematian.  Hanya saja setiap dia menyelamatkan orang dari kematian, maka usianya Arlesta akan berkurang empat tahun.  Mengetahui dia memiliki kekuatan ini Arlesta berharap bisa menghidupkan ayahnya. Sayangnya kekuatannya itu tidak berlaku bagi keluarganya sendiri.  Maka setelah ayahnya meninggal dia tinggal bersama Tante  Teresa yang sudah dia anggap ibu sejak kecil juga sahabat kedua orangtuanya.

Tante Teresa memiliki  toko kue  bernama Heavenly Cakes—yang kedepannya akan menjadi kafe juga. (hal. 21) Setelah kelulusan kuliahnya, Arlesta memutuskan membantu bisnis Tante Teresa sebelum dia mendapat pekerjaan.  Dan siapa sangka dari membantu mengurusi Heavenly Cakes, Arlesta malah bisa tertemu sahabatnya di zaman  sekolah dasar—Sandra.  Dari pertemuaannya dengan Sandra, Arlesta malah ditawari untuk bekerja sebagai salah satu guru bahasa Inggris khusus untuk para guru di Adagio Music Institute. (hal. 81)

Kehidupan Arlesta yang awalnya damai-damai saja mendadak menjadi penuh warna.  Pertemuannya kembali dengan Sandra ternyata membuka kesempatannya untuk berkenalan dengan Nick—pianis tampan yang entah kenapa sangat familiar di mata Arlesta. Cowok itu entah kenapa bisa membuatnya membuka diri setelah lama menutup hati sejak kepergian Roger—mantap pacarnya.

Namun sebuah kenyataan lain bahwa Sandra juga mencintai Nick, membuat Arlesta bimbang. Tentu saja dia tidak ingin menghancurkan persahabatannya dengan Sandra hanya karena urusan cowok. Hatinya bergumam, “Ia tak berhak atas cinta seorang cowok yang disukai sahabatnya sendiri.” (hal. 154)

Arlesta pun berusaha menjauhi Nick demi Sandra.  Pertengkaran antara Arlesta dan Nick pun tak dapat terhindarkan. Nick menuntut penjelasan kenapa Arlesta tak bisa menerima cintanya. Sedangkan Arlesta memilih menghindar. Awal petaka yang kemudian membuat Arlesta menyesal. Nick mengalami kecelakaan saat bermain arung jeram. (hal. 2018)   Arlesta sungguh terpukul. Hanya saja kali ini dia tidak bisa menyelamatkan Nick dengan kekuatannya seperti yang dilakukannya pada Tante Teresa, Koni—kucingnya atau Mia—sahabatnya dulu. Entah apa yang terjadi.

Dipaparkan dengan bahasa yang renyah membuat novel ini asyik untuk dinikmati. belum lagi kejutan-kejutan yang diberikan penulis dari awal kisah hingga menuju ending. Meski ada beberapa bagian yang mudah tertebak, namun tentu saja hentakan pada akhir naskah akan membuat pembaca kaget dengan apa yang disiapkan penulis.

Tak banyak kesalahan tulis dalam novel ini. Hanya beberapa bagian saja yang terasa agak loncat-loncat. Tapi lepas dari itu buku ini recomended untuk dibaca.  Selain mengajarkan untuk menjadi pribadi yang rela berkoban, menjaa persahabatan, novel ini juga mengajarkan untuk selalu berusaha dalam menjalani hidup penuh liku tanpa mudah putus asa dan tidak gegabah dalam menyikapi masalah. “Apa pun yang terjadi dalam hidup, teruslah berjalan ke depan,  bahkan dengan melawan arus sekali pun. Namun juga jadilah tenang dan jernih dalam menyikapi masalah. Tidak boleh gegabah dalam mengambil keputusan, apalagi hanya demi menuruti ego.” (hal. 53)

Srobyong, 19 Agustus 2016 

Dimuat di Radar Sampit, Minggu 21 Agustus 2016



[Resensi] Kiat Menjadi Pribadi yang Tidak Mudah Menyerah


Judul               :  Jangan Mudah Menyerah
Penulis             :  Dwi Suwiknyo
Editor              : Nazim
Penerbit           : Genta Group Production
Cetakan           : Pertama, Mei 2016
Halaman          : x + 174 hlm
ISBN               : 978-602-6991-75-1
Peresensi           : Ratnani Latifah, Penyuka buku dan penikmat literasi. Alumni Universitas Islam Nadlatul Ulama Jepara.

“Para pecundang selalu punya banyak alasan untuk mundur dan akhirnya kalah. Sedangkan para  pejuang selalu punya cara untuk tampil terbaik dan meraih kemenangan!” (hal. 3) Berdasarkan kutipan itu, mestinya kita menyadari bahwa menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah itu lebih hebat dari pada menjadi seorang yang pesimis dan tidak berani berjuang dan melangkah.

Namun yang menjadi pertanyaannya adalah, bagaimana menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah? Maka  buku ini adalah jawaban yang tepat sebagai pembelajaran bagaimana menjadi seorang yang memiliki optimisme yang tinggi.

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah selalu mensyukuri apa yang ada. Karena dengan bersyukur akan tercipta jiwa yang ikhlas dalam menerima segala ketentuan Tuhan. Lagi pula jika dihitung-hitung akan nikmat Allah, maka sudah pasti hal itu akan sangat sulit dilakukan saking banyaknya. Bahwa kita hidup saja merupakan nikmat Allah.  Dan nikmat dari Alllah itu akan silih berganti. Satu nikmat telah hilang, nikmat lain siap datang. Allah selalu tahu porsi yang terbaik untuk hamba-Nya. (hal. 17) Jadi ketika cobaan datang, hal yang terbaik yang dilakukan adalah mensyukurinya.

Kedua, berpikir positif, menyadari  bahwa hidup adalah anugerah.  Sejak awal manusia diciptakan dipilih sebagai makhluk paling sempurna adalah anugerah.  Sebagaimana yang dipaparkan ilmuwan terkemuka—Tony Buzan dalam tulisannya yang berjudul Head Strong. Yang mengatakan bahwa manusia itu makhluk yang sangat ajaib dengan komposisi tubuh yang dimiliki (hal. 38)  Atau tentang kecerdasaan yang dimiliki manusia dengan potensi-potensi yang berbeda itupun anugerah. Itulah nikmat yang telah Allah berikan pada hamba-Nya.

Ketiga, siap menjalani  hidup  dan melakukan yang terbaik.  Tidak peduli bagaimana keadan yang ada, kita harus hidup dengan baik. Kebahagian itu tidak semata-mata pada kepemilakan atas hidup ini, namun bagaimana cara menjalani hiudp yang lebih menetukan  arti bahagia yang hakiki. (hal.71). Setelah siap menjalain dan  sudah memiliki tujuan, maka itu harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Melakukan yang terbaik. “Yang terbaik kita lakukan. Kebaikan pula yang akan kita dapatkan”. (hal. 79)

Keempat, Selalu mengingat Allah. Karena Allah akan selalu menunjukkan kebesaran dan kuasa-Nya. Dengan mengetahui kebesaran dan kuasa Tuhan, kita bisa belajar hanya pada-Nya, kita bersandar dan memohon.   Allah-lah yang maka kaya dan hanya pada-Nya manusia akan kembali.

Kelima, selalu bersabar. Dalam menghadapi segala cobaan hidup, sabar adalah pondasi  yang harus dimiliki setiap insan. Dengan memiliki kesabaran akan membuat seseorang menjadi pribadi yang selalu dekat dengan Tuhan dan dekat dengan sikap ikhlas.  Kesabaran itu berarti memiliki kesadaran, bahwa kesulitan itu tidak akan berlangsung lama. Setelah kesulitan akan ada kemudahan.  Bukankah Allah sudah mengingatkan hal itu dalam firman-Nya?

Keenam, Memiliki mental kuat dan tidak mudah  putus asa atau menyerah. Meski harus jatuh berkali-kali, kita harus bangkit dan berjuang lagi.  Jangan jadikan kegagalan sebagai alasan untuk cepat menyerah, tapi malah semakin semangat untuk bangkit dan terus mencoba. Sebaiknya harus selalu berprasangka baik pada Allah. (hal. 164)  Kita harus damai dengan diri sendiri dan terus berjuang tanpa kenal lelah. Karena di balik usaha keras, kita bisa menuai kesuksesan yang sempat tertunda. Karena kegagalan itu bukan akhir, namun awal dari sebuah perjalanan.

Buku ini  dipaparkan dengan bahasa renyah, sehingga mudah untuk dipahami. Dalam membahas bagaimana menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah, penulis juga menyertakan kisah-kisah inspiratif yang bisa diteladani. Buku ini sangat cocok untuk dibaca bagi kita yang ingin membangun optimisme—tidak mudah menyerah dalam hidup dan berjuang meraih impian.  Dengan membacanya,  kita akan dilatih agar selalu menjadi hamba yang sabar dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi segala kepehidup. Recomended.

Srobyong, 19 Juli 2016 

Dimuat di Tribun Jateng, Minggu 21 Agustus 2016 



Saturday 20 August 2016

[Resensi] Mengenalkan Macam- Macam Vitamin pada Anak Melalui Cerita


Judul                          : Cerita Anak Terbaik Sepanjang Masa; Seri Aku Anak Sehat
Penulis                         : Dyah Ummi Purnama
Penyunting                  : Tin Zulaeha
Penerbit                       : Visimandiri
Cetakan                       : 1, Desember 2015
Halaman                      : 112 halaman
ISBN                           : 978-602-317-174-6
Peresensi                     : Ratnani Latifah, penikmat buku dan penyuka literasi, Alumni Unisnu  Jepara
Memiliki anak yang sehat dan cerdas sudah pasti menjadi dambaan para orangtua. Tapi bagaimana caranya untuk mengajak anah hidup sehat  dan mengenalkan anak pada berbagai macam vitamin agar mudah diterima? Buku ini adalah salah satu solusinya. Karena dalam buku ini anak-anak akan dikenalkan dengan berbagai macam jenis vitamin beserta manfaatnya melalui cerita yang asyik untuk dibaca.
Pada sebuah cerita yang berjudul Rabun Ayam Karena Suka Makan Ayam?’ mengisahkan tentang Dani yang takut karena tiba-tiba dia tidak bisa melihat ketika waktu mulai senja. Dia menabrak meja dan vas bunga. Melihat apa yang menimpa Dani, Lala sepupunya jadi khawatir. Gadis kecil itu menduga kalau Dani sakit rabun senja karena Dani suka makan mata ayam. Tapi apakah benar sakit Dani itu memakan karena akibat makanan itu?   
Ada pula cerita yang berjudul. ‘Hii ... Kurang Darah Karena Digigit Vampir?’ Mengisahkan tentang Fira yang pada suatu hari saat dia di rumah sendirian, dia menonton film vampire. Saat asyik menonton dia melihat vampir itu menghisap anak yang tinggal di rumah tua hingga darahnya habis. Keesokan harinya dia pergi sekolah dan mengetahui bahwa Nia ternyata sakit. Temannya itu berkata sakit kurang darah. Seketika Fira teringat dengan film yang ditontonnya. Jangan-jangan darah Nia juga dihisap vampir, mengingat rumah Nia berada di daerah yang angker.
Kemudian ada lagi cerita lain yang tidak kalah seru yang berjudul ‘Adik Bayiku Dijemur’. Mengisahkan tentang Fina. Dia baru saja mempunyai adiknya kecil. Dia sangat senang dan selalu menunggui adiknya. Melihat adiknya selalu membuat Fani gemas. Selain itu Fani juga kerap di suruh ibunya membantu menjemur kasur adiknya jika diompoli. Kata ibunya supaya kasur itu menjadi hangat dan berkurang bau pesingnya. Tapi pada suatu hari Fani malah melihat ibunya menjemur adiknya. Gadis itu pun bertanya-tanya, kenapa adiknya dijemur juga. Apakah supaya bau pesingnya juga hilang?
Temukan kisah lengkapnya dalam buku ini. Cerita anak di sini ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Ilustrasinya juga bagus.  Lalu setelah cerita selesai, penulis memberi kolom pengetahuan tentang masalah vitamin sesuai dengan isi cerita.  Misalnya tentang apa saja akibat jika tidak mengkonsumsi vitamin A. (hal. 21-23) Lalu dijelaskan juga akibat dari kekurangan vitamin B 12 (hal. 55) Dan penjelasan tentang akibat kekurangan vitamin D.
Selain ketiga cerita tersebut masih ada lagi cerita-cerita yang seru, Beri-Beri Tidak Sama dengan Biri-Biri, Ketika Awan Sakit Sariawan, Si Kulit Bersisik yang Pandai Memancing, dan Awas Ada Sungai Darah.  Beserta vitamin-vitamin lain yang sangat baik dikonsumsi Anak. Seperti vitamin B1, C, E dan K.  Selain itu  tidak ketinggalan ada lembar aktivitas dan bonus kartu kwartet sumber vitamin.  Ini sangat cocok dikenalkan pada anak-anak sebagai langkah mengenal berbagai macam vitamin dan akibat jika tidak menkomsumsinya.   Diharapkan dengan adanya buku ini bisa menambah pengetahuan anak juga bisa mengajak untuk hidup dengan cara yang sehat dan bergizi.


Srobyong, 8 Maret 2016
Merupakan resensi versi 2 yang saya kirim ke media dan, alhamdulillah tembus. ^_^ 

Dimuat di Koran Pantura, Jumat 19 Agustus 2016 


Tuesday 16 August 2016

[Resensi] Masjid-masjid di Kota Indonesia


Judul               : Jejak Sujud Pengelana
Penulis             : The Tiny Travellers
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan           : Pertama, Juni 2016
Halaman          :  80 hlm
ISBN               : 978-602-03-3078-5
Peresensi         : Ratnani Latifah, Penyuka buku dan penikmat literasi. Alumni Universitas Islam Nadlatul Ulama Jepara

Masjid adalah rumah ibadah kaum muslim,  tempat sujud,  bermunajad bahkan bisa dijadikan tempat menuntut ilmu.  Namun siapa sangka, ternyata ilmu yang bisa diambil itu, tidak melulu pada bidang pengkajian dalam mimbar-mimbar dakwah saja, namun juga tetang sejarah berdirinya sebuah masjid  pun bisa menjadi pembelajaran yang inspiratif dan patut diketahui khalayak umum.

Berdasarkan itu penulis mencoba mengurai sedikit sejarah dari beberapa masjid nan indah yang berada di penjuru nusantara. Mengambil hikmah dari guratan-guratan bangunan yang kokoh dan megah untuk dijadikan pembelajaran dan keteladanan.

Sebut saja Masjid Baiturrahman Aceh. Masjid kesultanan aceh ini merupakan saksi pada banyak   peristiwa yang bersejarah. Salah satunya adalah ketika tsunami menghantam bumi Aceh. Namun masjid ini tetap berdiri kokoh menjadi rumah para pengungsi yang kehilangan rumah. Dari peristiwa ini seolah menunjukkan bahwa hanya Allah-lah yang berhak menyelamatkan apa yang dikehendaki. Dan masjid adalah tempat sebaik-baiknya untuk berlindung.  (hal. 12)

Ada pula Masjid Istiqlal. Yang dalam pengamatan merupakan masjid terbesar di Indonesia. Juga sebuah bukti nyata tentang eratnya kerukunanan antar umat beragama di Indonesia. Karena bangunan masjid ini terletak berdampingan dengan  Gereja Katerdal Jakarta. Selain itu arsiteknya pun  seorang penganut Kristen Protestan.  Dan alasan kenapa memberi nama masjid ini istiqlal adalah sebagai wujud syukur kepada Allah atas terlepasnya Indonesia dari penjajah dan telah menjadi negeri yang merdeka.

Tidak kalah memukau adalah tentang sejarah pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah. Sebuah masjid yang arsitekturnya merupkana perpaduan gaya Jawa, Timur Tengah dan Yunani.  Selain memperlihatkan keindahan bangunan, masjid ini  dilengkapi dengan aneka fasilitas yang bisa menunjang siapa saya untuk belajar tentang keislaman.  Sebut saja perpustakaan, Menara Asmaul Husnah (Al Husna Tower)—terinspirasi dari 99 Asma Allah,  Museum Perkembangan Islam Jawa Tengah. (hal. 48) Jadi selain sebagai tempat bermunajat, masjid ini pun penuh dengan disiplin ilmu yang bisa kita pelajari dan sangat menginspirasi.

Selain masjid-masjid ini, masih banyak lagi masjid lain dengan sejarah hebat yang bisa kita petika pembelajarannya.  Seperti; Masjid Kubah Emas, Masjid Andalusia Islamic Center, Masjid Agung Al-Ukhuawah, Masjid Ceng Ho, Masjid  Tiban Turen dan masih banyak lagi.  Melalui buku ini penulis mengajak untuk lebih mengenal tempat ibadah kita—rumah kita.  Dipaparkan dengan bahasa yang santun dana renyah. Recomended.

Srobyong, 19 Juli 2016 

Dimuat di Kedaulatan rakyat, Sabtu 13 Agustus 2016 

[Cerpen] Cemburu Kadaluarsa

Dimuat di Harian Analisa Medan, Minggu 14 Agustus 2016

*)Ratnani Latifah

            Sekarang Mira berubah. Sejak dua minggu Lilik tak masuk sekolah, Mira tak mau diajak berangkat ke sekolah bersama lagi. Padahal biasanya mereka selalu berangkat berdua, berboncengan dengan motor Vario Lilik setiap hari.

            “Kamu marah, ya, gara-gara kejadian dua minggu lalu?” tanya Lilik ketika sudah masuk sekolah. “Sungguh, aku tidak bermaksud seperti itu. Ketika terbangun, aku sudah ada di rumah sakit. Jadi tak sempat mengabari, lanjut Lilik.

            “Siapa yang marah? Aku cuma mau suasana baru, kok. Beneran deh, Lik,”  elak Mira sambil membolak-balikkan novel yang tadinya tengah dibaca. Lalu matanya tertuju pada sosok cowok jangkung yang tengah bermain basket di lapangan—Malvin si anak baru yang saat ini sangat populer.

            Lilik tetap tak percaya dia memberengut. Tatapannya ikut melengok ke luar jendela lalu melirik Mira yang benar-benar aneh. Sahabatnya itu berubah. Lilik merasa dicuekin dan itu membuatnya kesal apalagi hanya karena bus. Menyebalkan bukan? Atau memang ada alasan yang lain? Lilik menebak-nebak. Dia mengernyitkan dahi.

~*~
Sumber Google.


            Mira melirik jam tangannya berkali-kali. Matanya melotot melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh kurang sepuluh menit lagi. Dia bisa terlambat kalau seperti ini.

            “Huft, kenapa Lilik tidak on time seperti biasa, sih,” rutuk Mira, sambil menghentakkan kaki beberapa kali.

            Kesabaran Mira sudah pada puncaknya. Hampir setengah jam menunggu, Lilik tidak datang juga. Tidak mau terlambat, dia pun memutuskan naik bus. Di kelas, dia baru tahu Lilik terserang typus  dan dirawat di rumah sakit Kartini Jepara,  ketika Bu Nisa mengabsen kehadiran siswa. Dia sangat syok dan merasa bersalah karena tadi marah-marah.

            Sejak hari itu, Mira pun  naik bus untuk pulang pergi ke sekolah. Awalnya dia sangat tidak suka berada di bus. Berjubel dengan penumpang lain. Kadang tidak dapat tempat duduk hingga harus berdiri lama. Belum lagi bau keringat yang menyengat di mana-mana. Itu sangat menyebalkan. Ditambah trauma masa lalu yang membuatnya tidak suka naik bus. Tapi sejak itu pula, naik bus kini menjadi sangat menarik, apalagi naik bus Bidadari.

~*~

 “Kalau tidak marah kenapa tidak mau bareng lagi?” protes Lilik sambil melipat tangan.

 “Kan tadi aku sudah bilang, Lik. Aku mau suasana baru.” Mira memamerkan senyum manis.

 “Benarkah? Kamu sudah tidak trauma memang?” selidik Lilik. Dulu Mira pernah membeberkan masa lalunya ketika naik bus pertama kali saat masuk SMP.

“Masih sih,  sedikit. Tapi ...,” Mira tak melanjutkan ucapannya. Dia malah menatap kosong entah ke mana.

Mira teringat ketika naik bus pertama kali itu,  ketika kakaknya tak bisa menjemput ke sekolah karena ada suatu kendala. Mau tak mau Mira naik bus. Di sana dia berdesak-desakan dengan banyaknya penumpang.  Ketika sampai di rumah, dia baru sadar, dompet dan handphone-nya hilang. Padahal sudah susah payah dia menabung yang rencananya akan dibuat membeli novel. 

 “Ich, malah melamun,” protes Lilik sambil menyenggol lengan Mira yang bertopang dagu.
Lilik merasa sepi, sejak mereka tidak bersama lagi. Tidak ada obrolan; cerita ketika perjalanan. Padahal biasanya selalu saja ada topik seru yang dibahas.

 “Kalau penasaran, kamu sekali-kali ikut aku naik bus saja,” usul Mira, membuyarkan pikiran Lilik. 
Lilik diam, nampak berpikir. “Bagaimana mau tidak?” tawar Mira.

            Sebenarnya Mira senang ditawari bareng Lilik. Uang sakunya bisa ditabung untuk membeli novel baru, tapi ..., jika dia tidak naik bus Bidadari, ada sesuatu yang kurang. Lagipula tidak enak nebeng terus.

           “Aku pikir-pikir dulu, deh. Sekarang ngantin, yuk,” tawar Lilik mengalihkan pembicaraan. Kalau ini Mira langsung mengiyakan. Satu porsi nasi pecel buatan Mbak Sri dan es teh bisa sedikit menambah konsentrasi untuk pelajaran setelah istirahat pertama.

            Sampai di kantin mereka malah melihat kehebohan gara-gara anak baru.  Lilik yang memang baru masuk setelah dua minggu absen, tentu saja  bingung. Dia menuntut Mira untuk menjelaskan, sambil membahas tentang gagalnya rencana Mira yang dulu mau main ke rumah Lilik sebelum gadis itu sakit.

            “Nah, itu orangnya.” Mira memberi kode Lilik untuk menengok ke belakang agar melihat Malvin yang tengah ramai jadi perbincangan.

           Sesaat sepasang mata itu saling beradu pandang. Mira yang sedari tadi memerhatikan, langsung tahu perubahan sikap Lilik setelah melihat Malvin. Ada apa dengan sahabatnya? Lebih aneh lagi, keesokan harinya, Lilik bilang mau ikut mencoba naik bus  seperti yang Mira lakukan, setelah tahu anak baru itu suka naik bus Bidadari seperti Mira.  

~*~

           Saat sudah naik bus Bidadari, seperti yang dikatakan Mira, Malvin akan duduk di bangku pojok belakang. Segera Lilik mendekati dan langsung mendominasi percakapan dengan Malvin. Mira lebih banyak diam sambil membaca novel. Sebenarnya dia agak cemburu. Sebelumnya dia yang sering mengobrol dengan Malvin di bus ini. Tapi hari itu, dia seolah dilupakan.

            Mira turun dengan wajah mendung. Hari ini tidak semenenarik hari-hari yang lalu. Dengan alasan ada tugas piket, Mira berpamitan untuk ke kelas lebih dulu.

            “Oke, yang bersih, ya. Kita ketemuan di kelas,” ucap Lilik santai.

            Tahu begini dia tidak seharusnya cerita pada Lilik. Sahabatnya itu memang sangat cantik. Dan sangat pantas jika semua orang langsung suka padanya.

            “Mir! Aku mau cerita nih, tentang Malvin,” ucap Lilik ketika sampai di kelas.

            Jantung Mira langsung terasa nyeri. “Kayaknya nanti saja, deh Lik. Tuh Bu Indah sudah masuk kelas.” Mira bernapas lega. Dia belum siap. Walaupun pada akhirnya harus mempersiapkan diri juga dengan kenyataan yang ada.

            Semua orang tahu kecantikan Lilik, Mira merasa tidak sebanding dengan sahabatnya itu. Dia hanyalah murid kutubuku yang cupu.

            “Baiklah. Nanti ketika istirahat, ya,” ucap Lilik sambil mengerling.

            Namun, saat istirahat. Mira cepat-cepat pergi ke perpustakaan. Dia sengaja menghindari Lilik. Setidaknya itu bisa meredam kemarahannnya sekarang. Marah karena sosok yang dikenalnya lebih dulu, ternyata lebih suka dengan Lilik.

  “Sudah aku duga, kamu pasti di sini.” Tiba-tiba Lilik sudah ada di depannya. Membuat jantung Mira hampir copot.

            “Dari tadi aku nyariin kamu tahu, kamu kan janji mau mendengarkan ceritaku.” Tanpa menunggu persetujuan Mira, Lilik langsung bercerita dengan antusias hingga Mira hanya bisa bungkam dengan wajah pucat pasi.

            “Jadi gini, Mir ...,” Lilik berbicara seperti kereta yang tidak dapat disela, “nanti malam Malvin rencananya mau ngajak kamu jalan. Kamu mau, kan? Mumpung malam minggu. Kan sudah lama tuh dia pengen kenal kamu. Tapi, gara-gara aku sakit, gagal deh, rencana mengenalkan kalian. Kamu ingat, kan? Pas aku bilang punya saudara yang pengen kenal kamu dan mau pindah sekolah yang sama dengan kita. Yah, Malvin itu orangnya. Tak kusangka kalian sudah kenal tak sengaja gara-gara naik bus yang sama.

            “Aku tahu, sih. Kalau kamu sedari tadi ngindar, karena cemburu. Tapi kubiarkan saja. Aku sengaja kali, itu membalasmu yang sempat buatku cemburu karena kamu lebih suka naik bus dari pada bonceng aku. Ha-ha-ha.” Lilik menutup mulut lupa kalau sedang ada di perpustakaan. Wajah Mira langsung memerah, tubuhnya membeku seketika.

         Tak jauh dari sana nampak Malvin yang tengah tersenyum menatapnya. Membuat jantungnya berdetak tak terkira. Bodoh sekali dia sempat cemburu pada sahabat yang sangat baik hati padanya. Mira sungguh malu.        

Srobyong,  24 Mei 2016 

Analisa Medan, Minggu 14 Agustus 2016