Thursday 30 March 2017

[Resensi] Memetik Inspirasi dari Cerpen Horor Kontemporer

Dimuat di Radar Mojokerto, Minggu 12 Maret 2017 

Judul               : Museum Anomali
Penulis             : Kena Hanggara
Penerbit           : Unsa Press
Cetakan           : Pertama, September 2016
Halaman          : viii + 171 hlm
ISBN               : 978-602-74393-1-3
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.


Musem Anomali merupakan karya arek Surabaya—Ken Hanggara yang kerap mendapat julukan”pabrik cerpen”—mengingat penulis ini selalu produktif dalam menulis. Dan di setiap minggu cerpen-cerpennya  tayang di media cetak atau online.    Selain itu penulis ternyata juga menulis skenario untu FTV.   Beberapa prestasi lainnya adalah, pernah menjuarai UNSA Ambasador 2015, serta peraih juara 2 kategori bahasa Indonesia di ASEAN Young Writers Award 2014.

Kegemarannya pada kisah horor dan konon sering merasakan keberadaan makhluk tak kasat mata tersebut, mendorongnya menuangkan kisah-kisah itu dalam bentuk cerpen. Kisahnya diramu dengan sentuhan sastra kontemporer— yang dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti, sastra yang hidup pada masa kini atau dalam waktu yang sama. Atau bisa dikatakan sebagai   sastra yang berusaha bergerak mendahului keadaan zamannya.  

Kumpulan cerpen ini terdiri dari 17 cerpen. Kisah-kisah dalam buku ini diramu dengan gaya khas bertutur yang unik dan memukau. Pembaca diajakan mengenal berbagai hantu yang unik beserta inspirasi yang bisa dipetik dalam kumpulan cerpen ini.

Sebagaimana kisah dalam cerpen berjudul “Dilarang Mencuri di Alam Mimpi” di sini seolah penulis mencoba mengingatkan bahwa tindakan pencuri baik dunia—di alam nyata hanya bahkan itu mimpi, selamanya merupakaan larangan. Karena mencuri adalah perbuatan salah dan tercela.  Dan pastinya setiap kejahatan akan mendapat balasan yang setimpal (hal 21).

Atau cerpen “Rahasia Perempuan Pemelihara Hantu” dalam cerpen sedikit banyak menyingung tentang  bagaimana membangun hubungan yang baik bagi pasanga. Di antaranya adalah menjaga pandangan mata agar tidak mudah terlena dalam godaan setan. Serta mengingatkan bahwa dalam sebuah hubungan kepercayaan adalah pondasi utama yang perlu dimiliki (hal 41).

Sedang pada cerpen “Kunjungan Mantan Pacar yang Menjadi Hantu”, memiliki pesan tersirat bahwa memilih jalan bunuh diri hanya karena masalah cinnta itu adalah berbuatan yang bodoh dan salah.  Kematian mungkin membawaku jauh dari rasa sakit hati, tetapi ia tidak bisa membuatku lepas dari rasa bersalah akibat berbuat bodoh (hal 59).

Tidak kalah menarik adalah “Apartemen Malaikat”  dalam kisah ini penulis mencoba menggambarkan bagaimana kehidupan akhirat. Di mana setiap manusia nantinya akan dimintai pertanggung jawaban atas segala tingkah lakunya ketika berada di bumi. Seperti hukuman bagi orang yang tidak menjaga lisannya, akan diberi makanan busuk. Selain itu wajah-wajah manusia akan sesuai dengan perilaku yang dilakukan dibumi, berdasarkan wujud binatang. Mengingat dalam ilmu mantiq (ilmu logika) manusia adalah hewan yang bisa berpikir (hal 84-86).

Lalu “Lelaki di Halte yang Memberiku Hadiah.”  Memakai sudut pandang pertama dengan tokoh utama anak kecil, membuat cerpen ini sangat asyik dinikmati. Selain itu pesan yang tersirat dan ending yang tidak terduga sangat menghibur. Di sini penulis mencoba menguraikan bahwa anak yang baik selalu dijaga oleh malaikat. 

Cerpen yang menjadi judul sampul buku, “Museum Anomali” pun tidak kalah memikat dari kisah yang lain. Dalam cerpen ini seolah penulis mewanti-wanti dalam memilik pekerjaan itu harus jelas. Jangan sampai pekerjaan yang dipilih malah merugikan bahwa bisa berujung kehilangan nyawa.  Sebagaimana yang dialami Sapono—tokoh dalam cerpen ini.

Yang menarik dari cerpen-cerpen ini adalah, pemilihan judul yang memikat dan ending yang kadang sulit ditebak.  Sehingga ada rasaya tidak rela menutup buku sebelum menyelesaikan sampai akhir.  Selain itu cover bukunya ini,  juga menambah rasa horor yang ingin ditampilkan.  Meski rasa horor  yang ditawarkan dalam buku ini akan berbeda dari cerpen horor lainnya. Tapi tetap menarik. Baca dan temukan keunikan dari karya Ken Hanggara ini.

Srobyong, 21 November 2016 

Tuesday 28 March 2017

[Resensi] Konflik Politik, Kritik Sosial dan Minat Baca

Dimuat di Duta Masyarakat, Minggu 12 Maret 2017 


Judul               : Tanah Merah Surga
Penulis             : Arafat Nur
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, Januari 2017
Tebal               :  312 hlm
ISBN               : 978-602-03-3335-9
Persensi           : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.


Bisa dibilang novel ‘Tanah Merah Surga’— yang merupakan  pemenang unggulan “Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2016”  merupakan novel yang sangat berani. Bagaimana tidak?  Dalam buku ini pembaca akan dikejutkan dengan setiap kalimat  yang menyentak dan membuat kita mengangguk setuju. Karena memang begitulah keadaan yang sebenarnya telah terjadi.  Di sini  penulis menjadikan konflik politik di Nangroe Aceh Darussalam (NAD) sebagai latar cerita yang penuh kejutan dan perenungan. Selain mengangkat isu politik, penulis juga mengemasnya dengan ide lain yang tidak kalah segar—tentang kritik sosial juga  tentang minat baca yang rendah. 

Kisahnya sendiri dimulai dengan kembalinya Murad –mantan tentara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) juga mantan anggota Partai Merah  yang sudah lima tahun dijadikan buronan karena telah membunuh Jumadil, anggota dewan dan tokoh penting Partai Merah (hal 24).  Kerinduan yang memuncak pada tanah kelahirannya, membuat Murad nekat untuk pulang kampung.  Bagaimana pun hidup di tanah sendiri lebih menyenangkan dari pada harus hidup dalam pelarian.

Hanya saja meski sebisa mungkin Murad sudah menyamarkan diri, ternyata masih banyak anggota Partai Merah yang mengenalinya. Beruntung Murad masih bisa berkelit. Dia bersembunyi di rumah sahabatnya, Abduh.  Di sini  Murad jadi mengetahui masalah minat baca yang rendah masih terus menghantui warga Aceh.

“Tolong jangan paksa aku membaca buku. Aku ini orang Aceh yang tidak suka baca buku. Jangan paksa aku. Membaca buku bisa membuatku mati. Suruh saja aku lari seribu meter, aku akan lari seribu meter daripada membaca satu halaman buku.” (hal 98-99).

Murad sungguh miris. Padahal dalam Al-Quran sendiri para umat dianjurkan untuk membaca. Tapi sepertinya warga Aceh sudah tidak terlalu peduli dengan kandungan Al-Quran. Di sisi lain, ketika dia mengunjungi sahabat-sahabat seperjungannya dulu, Murad dikejutkan dengan banyaknya perubahan yang tidak pernah dia duga.

“Tiba-tiba saja aku merasa asing pada tanah kelahiranku yang pulang ke rumah sendiri pun harus diam-diam dan sembunyi-sembunyi seperti pencuri. Orang-orang dekat dan sahabat karib kini menjadi musuh, bahkan mereka hendak membunuhku. Sementara aku harus menjauhi keluarga dan teman-teman dekat yang tidak terlibat politik. Sungguh asing negeri ini. Tanah ini rumahku, surgaku; tanah merah surga.” (hal 129).

Dan yang lebih membuat Murad merasa sedih adalah bagaimana roda pemerintah yang ada di Aceh saat itu. Aceh yang katanya digadang-gadang sebagai Serambi Mekah yang menetapkan   hukum Islam dalam segala peradilan, namun kenyataan tidak sesuai dengan pernyataan.

“Tampaknya pemberlakukan hukum ini gagal total dan tidak ada yang peduli. Sekalipun dicambuk, hubungan terlarang—pacaran terus saja terulang. Lagi pula hukuman keras ini hanya bisa diberlakukan untuk rakyat jelata yang lemah, sedangkan pejabat yang berzina sama sekali luput dari hukuman. Bahkan yang terbukti korupsi akan segera dibebaskan setelah menemukan kesepakatan bersama, dan hakim pun dengan senang hati menerima bagian hasil jarahan daripada sibuk menghukum orang-orang jahat yang punya banyak uang.” (hal 66-67).

Dan kisah semakin seru dengan keberadaan Murad yang mulai tercium aparat. Di mana dia semakin dijadikan kambing hitam dalam kisruh pemilu yang saat itu akan dilaksanakn dua  bulan lagi.

Membaca novel ini kita akan dikenalkan tentang dunia politik yang keras dan penuh intrik. Di mana kita tidak tahu siapa kawan siapa lawan. Bahkan kadang jalan kotor bisa dijadikan jalan asal membantu untuk mewujudkan ambisi yang dimiliki. Selain itu kita juga diajak menyelami masalah kritik sosial. Di mana pemerintah gagal dalam menjaga amanah yang dibebankan pada mereka. Banyak dana-dana yang tidak diberikan pada tempatnya, juga perilah korupis hukum, menganut paham uang adalah raja, yang bisa membeli apa saja. termasuk kebebasan dari jerat hukum.  

Dipaparkan dengan gaya bahasa yang tidak monoton membuat novel ini nyaman dibaca. Untuk kesalahan tulisan pun sangat minim. Hanya saja untuk beberapa bagian saya merasa kurang konflik yang membuat tegang dan terkejut. Tapi lepas dari itu, novel ini patut dibaca. Karena novel ini memberi banyak pembelajaran yang bisa dijadikan renungan. Termasuk masalah keagamaan yang kadang masih disepelekan.

Srobyong, 2 Maret 2017 

Thursday 23 March 2017

[Resensi] Kisah Cinta Seorang Miliarder

Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 12 Maret 2017 


Judul               : Crazy Rich Asians
Penulis             : Kevin Kwan
Penerbit           : Gramedia     
Cetakan           : Pertama, Juni 2016
Tebal               : 480 hlm
ISBN               : 978-602-03-1443-3
Peresensi         : Ratnani Latifah


Novel ini berkisah tentang jalinan hubungan asmara antara Rachel Chu, seorang dosen ekonomi keturunan Cina dengan Nicholas Young seorang anak miliarder dari daratan Cina di Singapura. Sebuah kisah cinta dengan berbagai intrik yang menarik, seru, mendebarkan dan sesekali ada humor yang menjadi kisah ini semakin berwarna.  Penulis mengemas cerita dengan memikat dan seru.

Kisah dimulai dengan ajakan Nicholas kepada Rachel untuk menghabiskan musim panas bersama di Asia—tepatnya di Singapura, tempat kelahiran Nicholas.  “Rachel, aku akan senang jika kau ikut, kau tidak berencana untuk mengajar musim panas ini, jadi apa yang dikhawatirkan?”  (hal 23).  Meski sempat ragu, akhirnya Rachel memutuskan untuk ikut. Mereka toh sudah dua tahu menjalin hubungan. Mungkin ini merupakan sinyal yang baik bagi hubunga mereka. Begitulah anggapan Rachel.

Di sisi lain, ternyata tanpa sengaja ada seseorang  yang mengenal jati diri Nicholas yang sebenarnya dan  mendengar percakapan antara  Rachel dan Nicholas di New York, tentang rencana mereka. Orang itu  langsung menyebar gosip bahwa Nicholas akan membawa pulang seorang gadis ke Singapura.  Di sinilah Eleanor Young—ibu Nicholas, yang mendengar kabar itu cukup terguncang. Dia tidak percaya anaknya memiliki pacar, apalagi berasal taiwan yang konon terkenal gila harta. Dan dia harus melindungi putranya.

Di sinilah  masalah mulai timbul. Ketika Nicholas dan Rachel menyiapkan kedatangan mereka ke Singapura. Eleanor  menyusun rencana sendiri untuk menyelidiki latar belakang gadis yang dikencani putra semata wayangnya itu—bahkan dia menyewa seorang detektif.  Dia tidak ingin memiliki menantu sembarangan.   Sudah semestinya wanita yang masuk dalam keluarga Young itu harus sederajat.  Dan pada posisi Rachel, ketika akhirnya sampai di Singapura dia dikejutkan dengan berbagai hal yang tidak terduga. Dia teramat terkejut ketika akhirnya memasuki dunia Nicholas yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.   Apakah dia bisa beradaptasi dengan semua itu? Belum lagi seseorang di masa lalu Nicholas muncul. Begitu juga terbukanya masa lalu Rachel yang tidak pernah diduga gadis itu. Tentang jati diri serta rahasia masa lalu ibunya.

Membaca novel ini kita akan tersedot pada dunia lain kehidupan para miliarder yang penuh gemerlap. Tentang persaingan kekayaan, kehidupan yang glamor, kemunafikan serta intrik-intrik lain yang tidak terduga. Penulis dengan sempurna menggambarkan friksi antara golongan orang kaya lama dan orang kaya baru. Serta antara Cina Perantauan dan Cina Daratan.

Diceritakan dengan gaya bahasa yang renyah dan menarik, serta terjemahan yang mudah dipahami, membuat kita merasa nyaman ketika membaca.  Hanya saja ketika membaca novel ini, kita harus siap mengenal sederet nama yang ikut menjadi tokoh penting dalam keluarga miliarder ini. 

Selain ada kisah cinta antara Rachel dan Nicholas ada juga kisah cinta Astrid sepupu Nicholas yang tidak kalah menarik untuk diketaui kisahnya. Pada beberapa bagian dalam buku ini masih ditemukan kesalahan tulis, tapi itu tidak mengurangi keasyikan buku ini.

Membaca novel ini saya jadi memahami, kebahagiaan itu bukan hanya masalah memiliki harta yang melimpah, tapi ketika kita bisa menjadi diri sendiri dan hidup bahagia dengan cara kita sendiri dengan penuh keikhlasan.

Srobyong, 5 Maret 2017 

Saturday 18 March 2017

[Resensi] Sehat dengan Berjalan Kaki secara Baik dan Benar

Dimuat di Koran Jakarta, Selasa 7 Maret 2017 

Judul               : Rahasia Berjalan Alami (RBA)
Penulis             : Irmansyah Efendi, M. Sc.
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, Oktober 2016
Tebal               : xxxi + 308 hlm
ISBN               : 978-602-03-3503-2
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumna Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara.


Berjalan kaki itu sangat penting bagi kesehatan tubuh. Merupakan olahraga termudah dan termurah. Berjalan kaki adalah sarana yang Tuhan berikan untuk menetralkan semua hal yang tidak baik akibat kebiasaan buruk kita sehari-hari (hal 45). Hipokrates—bapak kedokteran moderen dari Yunani (450-377S M) pernah berkata, “Berjalan adalah obat terbaik bagi manusia.” Buku ini  mengungkapkan dengan lengkap bagaimana cara berjalan kaki yang baik dan benar berikut manfaatnya.

Dari penelitian yang pernah dilakukan Aosiasi Jantung Amerika, menjelaskan beberapa manfaat berjalan kaki. Di antaranya adalah memperbaiki profil kolestrol, mengurangi kemungkinan terkena serangan jantung, mencegah tekanan darah tinggi, mengurangi risiko kanker payudara dan usus besar, memperkuat tulang dan sendi, mengurangi stres dan depresi (hal 2).

Namun apa yang sudah dipaparkan di atas, ternyata  baru kulit luarnya saja, dari manfaat yang sebenarnya. Karena semua itu bisa diraih meskipun kita berjalan secara biasa. Berbeda jika kita berjalan dengan benar. Manfaat yang akan diperoleh akan lebih banyak dan menakjubkan. Cara berjalan yang benar sendiri berarti jarak antara kaki kiri dan kanan harus disesuaikan dengan lebar tulang pinggul. Dan jarak antara kaki depan dan belakang ketika melangkah jangan terlalu jauh jaraknya  (hal 5-8).

Berjalan secara baik dan benar juga bisa diartinya  dengan mempraktikkan RBA—Rahasia Berjalan Alami. Caranya yaitu, jarak antara kaki kiri dan kanan harus sama dengan lebar tulang pinggul, jarak antara kaki depan dan belakang saat berjalan normal adalah setengah dari panjang telapak kaki kita, dalam menapakkan kaki harus menapakkan tumit, dalam menapakkan tumit harus santai, perlahan dan tanpa ditekan, lalu berjalan lurus ke depan. Sebuah metode alami yang mengajak untuk mengenal bagaimana seharusnya berjalan secara alami. Karena selama ini banyak manusia memakai tubuh dengan tidak benar, sehingga sebagian kemampuan tubuh menjadi tidak berfungsi.

Perlu diketahui, cara berjalan kaki bukan sekadar berpengaruh terhadap betuk kaki, paha, pinggul atau sendi dan pinggang. Tapi juga bisa menimbulkan akibat yang jelek terhadap tulang belakang. Padahal tulang belakang itu bagian sangat penting dan terkait erat dengan seluruh organ tubuh.  Masalah tulang belakang biasanya akan menimbulkan masalah pada berbagai organ tubuh, pikiran dan sebagainya.

Oleh sebab itu, memperbaiki cara berjalan secara otomatis akan mengembalikan banyak kemampun alami yang sebenarnya dari tubuh. RBA dapat juga dikatakan sebagai terapi alami untuk meluruskan kembali, menyembuhkan masalah sendi, tulang, dan mengaktifkan lagi kemampuan penyembuhan alami tubuh (hal 117- 118).  Apabila berjalan secara benar, maka secara alami sendiri, pinggang, tulang belakang dan sebagainya akan pulih posisinya. Tidak ketinggalan kesehatan, energi dan stamina meningkat, serta seluruh tubuh akan lebih berbentuk dan kencang (hal 119).

Berjalan alami berarti melepaskan kontrol pada tubuh agar seluruh bagian tubuh dapat berfungsi secara alami, sambil santai tetapi tidak malas.  Sedangkan hal-hal yang kadang menyebabkan kesalahan dalam berjalan adalah  terburu-buru mengontorol tubuh bahkan menarik tubuh atau kaki depan, lalu kebiasaan menekan tubuh, termasuk kedua kaki, akibat kurang relaks dan malas (hal 124). Dijelaskan juga bahwa cara berjalan yang salah itu seperti, melangkah terlalu lebar, kaki terlalu terbuka ke samping, bantalan  telapak kaki terlalu dientakkan, hingga posisi paha dan lutut tidak lurus ke depan. 

Kesalahan cara berjalan dapat diperbaiki dengan cukup mudah karena di sini tidak berbicara mengenai cara berjalan yang sempurna. Tujuannya hanyalah untuk menghentikan kebiasaan jelek dalam berjalan.  Jika sudah memperbaiki cara berjalan, maka kesehatan tubuh otomatis secara menyeluruh akan berubah.  

Dipaparkan dengan berjalan  alami akan diperoleh banyak manfaat bagi tubuh. Yaitu bisa memperbaiki bentuk tubuh, memperbaiki postur tubuh, memperbaiki siklus darah, pernapasan dan pendistribusian oksigen di luruh tubuh, memperbaiki metabolisme tubuh, meningkatkan sistem penyembuh alami tubuh, mengurangi masalah (sakit pada sendi, pinggul, kaki dan lainnya yang disebabkan oleh cara berjalan yang tidak benar), serta bisa mencegah selulit dan varises.

Tidak hanya membahas manfaat yang akan diperoleh, dalam buku ini penulis juga menyertakan metode berjalan alami secara lengkap dan terperinci juga dilampiri gambar ilustrasi sebagai pendukung.  Sambil membaca, kita bisa langsung mempraktikkan cara berjalan yang alami.  Ada juga dilampirkan testimoni dari orang-orang yang sudah pernah melakukan RBA dan menuai manfaatnya.  Buku ini sangat memotivasi untuk menjadi pribadi yang mencintai kesehatan. Mengajak untuk sehat dengan berjalan kaki.

Srobyong, 4 Maret 2017

Naskah ini adalah naskah asli ketika mengirim ke Koran Jakarta, sedang versi pemuatannya bisa dibaca di sini (Koran Jakarta)

Wednesday 15 March 2017

[Resensi] Kisah Klasik Seribu Satu Malam

Dimuat di Jateng Pos, Minggu 5 Maret 2017 

Judul               : Arabian Nights
Penulis             : Husain Haddawy
Penerjemah      :Rahmani Astuti
Penerbit           : Qanita
Tebal               : 700 hlm
Cetakan           : Pertama, Oktober 2016                              
ISBN               : 978-602-402-046-0
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Unisnu Jepara.

Membicarakan asal mula munculnya buku ini sejatinya, cukup membingungkan. Karena tercatat banyak versi hingga akhirnya cerita ini tersebar dan kemudian menjadi karya klasik yang banyak disukai. Buku ini unik dan sangat memikat. Gaya bahasa dalam bercerita lues dan sangat lihai dalam mengajak pembaca ikut terjebak dengan rasa penasaran, hingga ingin melanjutkan setiap kisah lagi dan lagi. Bisa dibilang kisah-kisah dalam buku ini seolah mengalihkan, mengobati dan menyelamatkan jiwa. Karya ini terdiri dari empat kategori cerita—kisah binatang, dongeng, roman dan komik serta hikayat-hikayat sejarah (hal 11).

Kisah dimulai dengan kisah Raja Syahrayar dan Syahrazad—putri wazirnya. Di mana dipaparkan bahwa Raja Syahrayar yang memimpin kerajaan di India dan Indocina, memiliki adik yang juga memimpin kerajaan di tanah Samarkand, bernama Syahzaman. Pada suatu waktu Syahzaman memergoki istrinya berselingkuh dengan sang  juru masak. Hal itu sungguh memukul Syahzaman hingga lebih suka murung.

Dalam kemurungannya itu, Syahzaman memutuskan mengunjungi kakaknya. Tapi tetap saja pertemuannya dengan sang kakak, tidak bisa menyembuhkan kesedihan akibat sebuah penghianatan. Dia terus bertanya-tanya, “Kenapa kesialan ini menimpa orang seperti aku! Tak seorang pun pernah melihat apa yang telah kulihat.” (hal 51).

Sampai sebuah kejadian yang dilakukan istri kakaknya, Syahrayar yang kemudian membuat Syahzaman kembali ceria. Dia berkata, “ternyata yang terjadi padaku sungguh lebih kecil jika dibandingkan dengan itu. Aku selama ini mengira bahwa akulah satu-satunya orang yang menderita, tetapi dari apa yang aku lihat, ternyata semua orang menderita. Demi Tuhan kemalanganku lebih ringan dibandingkan kemalangan kakakku.” (hal 53).

Syahrayar pun penasaran ada gerangan apa yang membuat adiknya kembali semringah setelah sekian lama terjebak pada kesedihan. Syahzaman sebenarnya tidak ingin memberitahu, dia tidak tega melihat dampak apa yang akan terjadi pada kakaknya. Hanya saja kakaknya terus memaksa hingga akhirnya perbutan tercela istri dan selir-selirnya dilihat dengan kepalanya sendiri.

Syahrayar marah, lalu sejak itu dia membuat keputusan akan menikah hanya untuk satu malam dan membunuh wanita itu keesokan harinya, agar terhindar dari kelicikan dan kejahatan wanita. Kenyataan ini tentu saja membuat semua ibu-ibu khawatir. Banyak wanita muda di India yang meninggal. Keadaan itulah yang kemudian membuat Syahrazad ingin menikah dengan raja, agar bisa mengentikan perbuatan keji itu. Dia memiliki strategi yang menarik. Hanya saja berhasil atau tidaknya itu masih menjadi misteri.

Setalah kisah itu, perlahan pembaca akan digiring dengan kisah-kisah lain di setiap malam yang sangat menarik dan selalu mengundang rasa penasaran untuk terus membaca lagi dan lagi.  Seperti kisah Pedagang dan Jin,  lalu kisah Nelayan dan Jin Nabi Sulaiman, Kisah Raja Yunan dan Orang Bijak, Kisah Suami dan Burung Beo, Kisah Raja yang Tersihir dan masih banyak lagi.

Penulis  sangat pandai membangun rasa penasaran pembaca agar tidak berhenti membaca. Kelebihan lainnya adalah terjemahan buku ini juga sangat lugas, enak dibaca. Hanya saja dalam buku ini masih ditemukan beberapa kesalahan tulis. Namun tentu saja itu tidak mengurangi keseruan cerita.

Buku ini sunggah sarat makna. Banyak hal yang bisa dimbil untuk renungan dan muhasabah. Seperti anjuran untuk ikhlas ketika menerima segala cobaan dari Allah.  Selalu berhati-hati dengan segala tindakan yang kita lakukan. Karena karma itu masih berlaku. Selalu ada balasan dari perbuatan kita. Ada juga nasihat tersirat agar tidak suka menggunjing.

“Barang siapa membicarakan apa yang tidak bersangkutan dengan dirinya, akan mendengar apa yang tidak menyenangkan darinya.” (hal 156).

Serta larangan agar tidak suka berbohong “Meskipun suatu kebohongan mungkin dapat menyelamatkan nyawa seseorang, kebenaran itu lebih baik dan lebih aman.” (hal282).  Selalu berkata jujur, “Jujurlah, meskipun kejujuran itu akan menyiksamu dengan api neraka.” (hal 290).

Srobyong, 20 Februari 2017 

Friday 10 March 2017

[Resensi] Memecahkan Misteri Peti Tertutup

Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 26 Februari 2017 

Judul               : Closed Casket
Penulis             : Shophie Hannah
Penerjemah      : Lulu Wijaya
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, 1 September 2016
Tebal               : 448 hlm
ISBN               : 978-602-03-3385-4
Peresensi         : Ratnani Latifah




Bagi penikmat novel detektif misteri, pasti tidak akan asing dengan nama Hercule Poirot. Salah satu tokoh detektif karya Agatha Christie yang memiliki sifat eksentrik dan unik dalam setiap kali memecahkan kasus-kasus yang dihadapi. Di mana Poirot lebih mengedepankan pendekatan psikologis, menganalisis sifat dan karakter orang-orang yang terlibat dalam kasus untuk mencari pelaku yang sebenarnya.

Sophie Hannah mencoba menuliskan kembali tokoh gubahan penulis fiksi kriminal asal Inggris dengan cerita yang tidak kalah seru dan memikat. Di sini kisah terpusat pada seorang penulis misteri anak yang paling dicintai,   bernama  Lady Athelinda Playford. Di mana Lady Playford entah dengan maksud apa mengundang Hercule Poirot, detektif asal Belgia dan Inspektur Erdward Catchpool dari Scotland Yard (hal 40).  Seolah sang Lady seperti sengaja menunggu sebuah pembunuhan terjadi di rumahnya.

Dan sebagaimana yang sering terjadi, ketika terlibat dengan aksi Poirot, kita harus bersiap-siap dengan deretan nama-nama yang cukup banyak untuk diingat. Di sini setidaknya ada delapan tokoh yang memiliki andil cukup besar dalam kisah ini.   Sebut saja putranya—Harry Viscount Playford dan istrinya Doroty. Lalu  putrinya—Claudia Playford dan tunangannya  Dr. Randall Kimpton. Ada juga Michael Gathercole dan Orville Rolfe—pengacara Lady Plaford. Terakhir Joseph Scotcher—sekretarisnya, lalu perawatnya Shopie Bourlet.

Kisah dimulai dengan pengumuman rencana besar yang dibuat Lady Playford. “Berdasarkan ketentuan surat wasiatku yang baru—yang disusun tadi dan disaksikan oleh Michael gathercole dan Hotton—seluruh harta milikku akan diwariskan kepada Joseph Scotcher.” (hal 82).  Entah dengan alasan apa sehingga dia melimpahkan semua harta kekayaannya kepada Joseph, sekretaris yang konon katanya tidak akan hidup lama lagi. Berita ini tentu saja cukup membuat semua orang tercengang bahkan marah—tidak terima dengan isi wasiat tersebut. Namun mereka menyadari, apa yang sudah diputuskan Lady Playford tidak bisa ditarik lagi.

Pasca makan malam, mereka pun segara kembali ke tempat masing-masing. Kecuali Poirot dan Edward yang memutuskan jalan-jalan di kebun dulu sebelum ke kamar. Siapa sangka saat mereka sedang membahas alasan Lady Playford mengundang mereka dan juga masalah wasiat, mereka mendengar suara  isakan tangis dan kemudian berganti suara mendesis-desis (hal 105).

Dengan bergegas Edward mencari tahu asal suara itu, dan mulai mengecek siapa saja orang yang tidak berada di kamar, sebagaimana intruksi Poirot. Yang mana diketahui saat itu yang tidak berada di kamar adalah Shopie dan Michael. Dan tidak lama kemudian sebuah teriakan terdengar yang ternyata berasal dari suara Shopie yang melihat Joseph dalam keadaan terbunuh dengan keadaan yang mengenaskah. Lalu detik itu juga Shopie menuduh Claudia sebagai pembunuhnya (hal  156).

Di sinilah akhirnya Poirot mulai beraksi, untuk mencari pembunuh yang sebenarnya. Dia mulai memikirkan kembali tiap-tiap benang merah kejadian yang ada di rumah Lady Plaford. Dia mencoba mempelajari kisah hidup dan masa lalu orang-orang yang tinggal di rumah mewah itu. Mungkin dari sana ada keterkaitan siapa yang memiliki alasan kuat membunuh Joseph, atau pembunuhan itu terjadi hanya karena masalah wasiat yang dengan terbunuhnya laki-laki itu, maka wasiat lama bisa berlaku lagi, sebagaimana yang pernah diterangkan Michael.   

Sebuah novel yang memikat dan menarik. Kisah dipaparkan dengan gaya bahasa yang lues dan renyah. Terjemahannya tidak rumit sehingga mudah dipahami. Alurnya pun menarik, penuh kejutan di sana-sini. Penulis pandai membuat pembaca terus membalik halaman selanjutknya hingga cerita berakhir. Dan pemilihan sudut pandang pertama dari Edward membuat novel ini terasa unik.

Hanya saja pada beberapa bagian, masih ditemukan beberapa kesalahan tulis dan ada bagian di mana saya akhirnya bisa menebak dengan benar siapa pembunuh yang sebenarnya. Tapi lepas dari kekurangannya, novel ini sangat asyik untuk dinikmati. Dari novel ini saya bisa mengambil pelajaran, bahwa memelihara dendam hanya akan merugikan diri sendiri. Selain itu di sini kita diingatakan untuk menjadi seorang yang cermat. “Tindakan tanpa fondasi yang tepat akan menghasilkan bencana.” (hal 307).

Srobyong, 20 Februari 2017 

Thursday 9 March 2017

[Resensi] Tips Agar Rezeki Lancar dan Barokah

Dimuat di Jateng Pos, Minggu 19 Februari 2017 

Judul               :  Rahasia Suami dan  Istri Pembawa Rezeki
Penulis             : Agoes Noer Che
Penerbit           : Mizania
Cetakan           : Pertama, November 2016
Tebal               : 160 hlm
ISBN               : 978-602-418-128-4
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama. Jepara.


Setiap orang sudah pasti ingin memiliki rezeki yang lancar dan berkah. Apalagi jika sudah berkeluarga—di mana kebutuhan semakin meningkat setiap harinya.  Menilik dari fenomena tersebut, penulis mencoba menguraikannya dalam buku yang setebal 160 halaman ini.  Memaparkan perihal janji Allah yang akan memudahkan rezeki bagi orang-orang yang sudah menyempurnakan sunnah Nabi saw. Hanya saja pantaskah  pasangan suamai istri itu mendapat rezeki tersebut jika tidak dibekali dengan  akhlakul kharimah?

Di sini  penulis memaparkan rahasia karakter suami dan istri pembawa rezeki sekaligus rahasia-rahasia rezeki Allah bagi orang-orang yang sudah menikah. Apa saja karakter suami-istri yang harus dilakukan dan alasan apa kenapa kadang rezeki sulit sekali datang.

Di mana dipaparkan bahwa rahasia agar rezeki lancar dan barakah adalah seorang suami dan istri  itu harus  taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena ketaatan   akan membawa pada keridhaan dan keridhaan akan membawa pada kemurahan, cinta dan kasih sayang Allah (halaman 14). 

Dan Allah menjanjikan tiga hal bagi suami-istri yang taat pada Allah. Pertama, Allah memudahkan dan memberinya jalan keluar dari masalah-masalah yang menimpanya, terutama masalah ekonomi dalam  dalam rumah tangganya. Kedua, Allah memberikan rezeki yang tidak disangka-sangka. Dan ketiga mencukupkan keperluannya (halaman 18).

Kriteria lainnya adalah seorang suami harus  menjalankan kewajibannya kepada istri dengan baik. Yang dimaksud kewajiban itu adalah memberi nafkah. Dan pastinya dalam memenuhi nafkah itu dilakukan dengan cara yang benar. Inilah yang akan membuat rezeki tersebut barakah—membawa manfaat dan kebahagiaan.  Selain suami yang harus memenuhi kewajiban, seorang istri juga harus menaati suami. Karena itu juga merupakan kunci pembawa rezeki. Allah menjamin rezeki yang melimpah dengan ridha-Nya bagi para istri yang taat pada suaminya.

Jelas bahwa antara suami dan istri harus saling mendukung satu sama lain agar rezeki yang dimiliki lancar dan barakah.  Karena dalam rumah tangga keduanya memiliki peran masing-masing yang sangat mempengaruhi. Suami tidak boleh berbuat kasar pada istri dan menyepelekan tugas istri di rumah. Begitupun sebaliknya, seorang istri harus ikhlas menerima pemberian suami dan selalu menjaga kehormatan suami.  Dengan begitu kehidupan rumah tangga yang dibina akan tenteram penuh barakah.

Pada kondisi seperti itu, otomatis akan membuat suami merasa bersyukur dan bahagia, sehinga semakin rajin bekerja untuk mendapat rezeki halal demi keluarga. Dan sang istri dengan setia akan selalu mendoakan sang suami agar dimudahkan rezeki dalam pekerjaan yang dilakukan. Perlu diketahui doa adalah senjata bagi istri dalam  mendatangkan rezeki besar melebihi pekerjaan apa pun di dunia.

Kita tidak boleh meremehkan doa istri salehah untuk suaminya. Ketaatan istri kepada Allah, Rasul dan suaminya cukup untuk mengetuk pintu langit agar doa-doanya dijawab oleh Allah. “Jika istri salehah berdoa untuk kelancaran dan kemudahan rezeki, tiada halangan bagi Allah untuk tidak menjawab doa yang diucapkan dari hamba-Nya yang salehah itu.” (halaman 60).

Di sisi lain, rezeki akan sulit datang jika suami  suka bertindak kasar dan gemar membuka aib sang istri bahkan berselingkuh. Ini mendandakan bahwa suami tersebut tidaak amanah dan tidak menaati Allah. Begitu pula dengan istri yang tidak mau taat pada suami, tidak ikhlas dengan hasil keringat suami hingga menimbulkan percekcokan. Rumah tangga jadi tidak tenang dan jauh dari ketenteraman.  Begitu pula perihal rezeki yang diterima.

Kesimpulannya adalah agar rezeki lancar dan barakah baik suami atau istri harus selalu memperbaiki diri dan menanamkan dengan pasti akhlakul kharimah agar diridhai Allah.  Suami dan istri harus saling mendukung dan tidak menikung. Keharmonisan dalam hubungan suami istri akan sangat mendukung keridaan dari Allah.

Dipaparkan dengan gaya bahasa yang renyah dan mudah dipahami membuat buku ini menarik dibaca. Banyak  hal yang bisa dijadikan acuan untuk memperbaiki diri. Sebuah buku yang inspratif dan memotivasi.

Srobyong, 9 Januari 2016