Tuesday 24 September 2019

Membuka Gerbang Pengetahuan dengan Membaca








Sumber gambar : shutterstock


“Bacalah! Karena membaca kita bisa membuka gerbang pengetahuan. Bacalah! Karena membaca bisa membawa kita ke berbagai negeri seberang. Bacalah! Karena membaca bisa memberi kita kesehatan—terapi jiwa. Bacalah! Karena membaca kita berdaya guna.” (Ratnani Latifah)

Membaca merupakan salah satu gerakan literasi yang harus kita tanamkan kepada anak sejak dini. Usia dini merupakan waktu yang tepat dalam upaya mengenalkan kebiasaan membaca. Karena masa kanak-kanak, merupakan masa golden age—di mana pada masa tersebut, merupakan masa emas pada pertumbuhan anak. Artinya pada masa golden age, anak berada pada masa kondisi yang baik  untuk menumbuhkan atau meningkatan kecerdasan yang dimiliki,  dengan memberikan rangsangan-rangsangan yang baik atau memberikan pembelajaran yang baik kepada anak.  Masa golden age adalah masa kritis, yang akan menjadi landasan dan fondasi dari sikap anak itu sendiri.

Ketika kebiasaan baik—seperti pendidikan akhlak—sudah diajarkan sejak kecil, maka ke depannya kebiasaan itu akan terus melekat hingga tumbuh dewasa. Sebagaimana kebiasaan membaca. Ketika sejak kecil, kita sudah diberi rangsangan untuk mengenal dan mencintai membaca buku, maka ketika tumbuh dewasa, rasa suka itu akan terus ada. Karena disadari atau tidak, sering kali kita tumbuh berdasarkan kebiasaan yang sudah tertanam sejak kecil.

Keluarga sebagai orang terdekat anak, memiliki peran dan tanggung jawab pertama  untuk mengenalkan kebiasaan membaca, membangun gerakan literasi. Karena keluarga—tepatnya orangtua—merupakan role mode yang akan ditiru dan diteladani oleh anak. Di samping itu orangtua juga merupakan madrasah pertama anak. Oleh sebab itu, orangtua harus pintar-pintar dalam mendidik dan mengasuh anak, agar anak tumbuh sebagai generasi bangsa yang cerdas, beprestasi, berdedikasi, berguna bagi agama nusa dan bangsa.  Hal itu merupakan, tugas dan tantangan bagi orangtua.

Literasi sendiri adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan pada kehidupan sehari-hari. Sehingga literasi, tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa. [1]

Literasi di sini tidak hanya berhubungan dengan masalah baca tulis, karena literasi ternyata merangkum banyak hal, sebagaimana yang dipaparkan Ibnu Aji Setiawan, bahwa literasi terdiri dari beberapa jenis yaitu, literasi kesehatan, literasi finansial, literas digital, literasi data, literasi kritikal, literasi visual, literasi teknologi, literasi statistik, dan literasi informasi.

Dan hemat saya, membaca adalah pangkal atau awal mula, agar kita bisa berkembang untuk bisa menggalakkan semua jenis literasi tersebut. Tanpa membaca kita akan kering dari ilmu pengetahuan dan informasi.  Karena membaca adalah  guru dan sahabat yang bisa memberikan banyak sekali sumber pengetahuan. Dengan membaca, berbagai ilmu pengetahuan akan mudah kita peroleh, dan kita pun bisa berkembang untuk mempelajari suatu ilmu atau bidang berdasarkan minat atau passion kita.

Namun, fakta di lapangan, minat membaca di Indonesia masih sangat rendah. Berdasarkan berbagai survei dunia yang pernah dilakukan, Indonesia berada di urutan 62 dari 72 negara—diambil dari penelitian Program for International Student Assessment (PISA) 2015.  Dan pada tahun 2016, The World’s Most Literate Nations (WMLN), merilis daftar peringkat negara  perihal tingkat literasi di dunia. Di mana hal itu bersasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jhon W. Miller, Presiden Central Connecticut State Univesity (CCSU), di mana Indonesia berada di urutan nomor 60 dari 61 negara. Miris sekali bukan?

Sumber : Pustakawan Jogja

Dan terlepas dari penelitian yang ada, di daerah saya sendiri, minat baca di sana sangat rendah. Sebagai seorang yang berjibaku dengan buku—suka menulis dan membaca—saya sangat ingin mengajak orang-orang di sekitar saya untuk ikut gemar membaca. Saya bahkan menyediakan koleksi saya untuk dibaca atau bahkan dipinjam. Namun sayang sekali, respon yang ada menunjukkan sebaliknya. Banyak anak atau remaja yang lebih senang bermain gadget dari pada membaca.  Tidak hanya itu alasan kenapa tingkat membaca di daerah saya rendah, ada kalanya berhubungan dengan orangtua yang tidak mendukung anak ketika ingin membaca.

Ada sebuah pengalaman menarik yang beberapa kali saya temui di sekitar saya.  Ada dua anak sebut saja nama Indah dan Mila. Kedua anak ini sebenarnya memiliki rasa penasaran dan senang membaca buku. Namun sayangnya, kesenangan itu tidak mendapat dukungan dari orangtua mereka.  Ketika Indah dan Mila  ingin dibelikan buku, orangtua mereka langsung mundur teratur, ketika mendengar harga buku yang diinginkan anak. Di mana  menurut orangtua mereka harga buku yang diinginkan Mila dan Indah  terlalu  mahal.  Padahal orangtua mereka mampu membelikan Mila dan Intan gadget keluaran terbaru. Wow.

Kejadian itu sungguh membuat saya miris.  Saya benar-benar tidak habis pikir, kenapa satu buku seharga Rp 50.000, - terasa lebih mahal dari pada membelikan anak gadget dengan harga jutaan rupiah?   Dan yang lebih membuat saya tertohok adalah ketika ibu-ibu tersebut mengatakan dengan enteng, “Aku pikir harga bukunya cuma sepuluh ribu rupiah.”


Nah, kalau semua orangtua bersikap seperti itu, lalu bagaimana minat baca anak bisa meningkat? Harga sebuah buku itu tidak sebanding dengan isi dan pengetahuan yang bisa kita peroleh. Dan orangtua merupakan fondasi atau cikal bakal yang memiliki peran penting dalam mengenalkan minat baca. Agar anak tumbuh sebagai sosok yang gemar membaca, ada baiknya kita melakukan pendekatan sebagai beriku :

Cara Mengenalkan Kebiasaan Membaca pada Anak

1.                  Membacakan cerita dari berbagai buku pada anak sejak dini

Sebagaimana yang pernah saya di paparkan di atas, masa kanak-kanan merupakan masa golden age. Pada masa tersebut, anak memiliki potensi terbaik dalam merekam segala hal yang dicontohkan orangtua. Nah, ketika sejak dini kita sudah membiasakan anak mendengar berbagai cerita dari berbagai buku, maka secara tidak langsung kita telah mengenalkan buku serta membangun fondasi awal dalam gerakan literasi.

Selain memberi manfaat dalam mengenalkan buku, membacakan cerita kepada anak, juga bermanfaat dalam memberikan rangsangan daya pikir anak, sehingga anak lebih kritis, serba ingin tahu serta membangkitkan imajinasi anak.  Tidak kalah penting membacakan cerita pun berpotensi menjadi awal mula orangtua dalam mendidik karakter modal sejak dini. Karena buku-buku cerita yang ada saat ini, selalu memberikan pesan moral yang bisa dijadikan contoh dan teladan.

2.                  Mengajak anak membeli buku sendiri

Ketika orangtua ingin mengenalkan buku pada anak, maka salah satunya adalah dengan mengajak anak ikut berbelanja memilih buku sendiri.  Kita bisa memberikan kebebasan bagi anak untuk memilikih buku yang disukai dan tidak memaksan anak untuk membaca buku sesuai dengan selera kita. Yang terpenting adalah, kita tetap mengawasi dan memberikan masukan jika memang diperlukan.

3.                  Membuat perpustakaan untuk anak

Agar anak semakin semangat membaca, kita juga bisa membuatkan perpustakaan unuk  anak. Di sana kita menyediakan berbagai buku khusus tentang dunia anak. Keberadaan persputakaan anak akan membuat anak semangat untuk memilih buku sesuai dengan kesukaannya dan bisa membaca dengan puas. Dengan catatan dalam memilih buku anak kita juga harus menyesuaikan dengan usia anak. Kita tidak boleh sembarangan dalam memilih buku. Ketika anak baru usia 5 tahun, buku bergambar lebih direkomendasikan dari pada memberi anak buku novel yang terdiri dari banyak kata.  Dan tentunya itu  cara yang salah dalam tahap awal mengenalkan minat membaca. Ketika buku tidak sesuai usia, anak malah bisa jadi terbebani dan merasa takut. 

4.                  Mengajak anak pergi ke perpustakaan

Selain memiliki perpustakaan sendiri di rumah, mengajak jalan-jalan anak ke perpustakaan daerah atau perpustakaan nasioanl pun bisa menjadi salah satu cara untuk mengenalkan anak dengan kegemaran mencintai buku dan suka membaca. Lewat jalan-jalan tersebut kita bisa menjelaskan tentang manfaat dari membaca buku, dengan cara yang lebih santai dan menyenangkan.

5.                  Tidak Mengenalkan Gadget kepada Anak sebelum Waktunya

Saat ini hampir setiap orangtua membiarkan anaknya bermain dengan gadget. Padahal ada masa tersendiri bagi anak untuk dipebolehkan menggunakan gawai tersebut. Memang benar, ketika anak diberi gadget, anak akan diam dan tidak rewel. Sehingga orangtua bisa bebas melakukan aktivitas harian di rumah. Namun perlu kita ketahui, di balik kemudahan itu, gagdet memiliki banyak sekali dampak buruk bagi anak.

Dalam buku “Digital Parenthink”  karya Mona Ratuliu, memaparkan dengan gamblang tentang berbagai dampak gadget bagi pertumbuhan anak.  Di antara dampak yang akan terjadi pada anak ketika terlalu sering menggunakan gadget adalah anak akan kehilangan waktu untuk melakukan permainan dan melibatkan fisik. Hasilnya, anak akan mengalami kesulitan pada keseimbangan tubuh.  Selain gadget juga membuat anak malah bergerak sehingga mudah terserang penyakit, menjadi pribadi yang anti sosial dan banyak lagi.

Ikatan Dokter Anak di Amerika Serikat mengeluarkan waktu tatap layar yang tepat. Anak di bawah 18 bulan tidak diperkenankan menggunakan gadget, kecuali untuk aplikasi video chating.  Bagi anak berusia 2-5 maksimal satu jam perhari dalam menatap layar, namun harus dengan bimbingan orangtua. Anak berusia di atas enam tahun ke atas, bisa diberikan batasan waktu yang tegas, dalam menggunakan digital, di luar waktu “wajib” seperti sekolah, mengerjakan tugas sekolah, membantu orangtua dan tidur.  

Nah, daripada mengenalkan gadget kepada anak, alangkah lebih baiknya orangtua mengenalkan buku yang memiliki banyak potensi dalam mengembangkan daya kreativitas anak  juga bisa menambah pengetahuan anak.

Lepas dari bagaimana cara mengenalkan buku kepada anak, kita juga harus memerhatikan cara memiliki buku bacaan yang tepat bagi anak.  Mengambil referensi dari buku  karya Arleen A berjudul “Belajar Menulis Cerita Anak” kita bisa menemukan buku yang pas sesuai dengan kebutuhan anak.

Cara Memilih Bacaan Anak yang Baik Sesuai Usia

  1. Buku Kata-kata (Word Book)   (Bayi - 3 tahun)
Buku ini biasanya belum mengandung cerita atau hanya cerita tanpa plot. Halaman buku lebih banyak berisi gambar.  Buku ini terdiri dari 1-2 kata per halaman, untuk menjelaskan gambar. Untuk jumlah halaman buku biasanya hanya terdiri dari 10-20 halaman.

Contoh Buku Word Book

  1. Buku cerita bergambar pendek (Picture Book)  (2-5 tahun)
Untuk buku picture book, di sini sudah ada cerita sederhana. Seperti word book, buku ini juga dipenuhi gambar per halaman dengan tambahan 1-2 kalimat dengan kosakata yang sederhana. Jumlah halaman biasanya 16-24 halaman.

Contoh Buku Picture Books

  1. Buku dengan bab (Chapter Book) ( 5-8 tahun)
Buku ini biasanya memiliki cerita yang lebih panjang dan dibagi dalam beberapa bab.  Halamannya tidak lagi dipenuhi gambar, dan biasanya hanya ada beberapa gambar pada satu babnya. Kosakata yang digunakan sudah diperluas. Dan per halaman biasanya sudah penuh dengan teks cerita. Jumlah halaman buku sekitar 40-100 halaman

Contoh Buku Chapter Book

  1. Novel    (7 tahun ke atas)
Buku novel ceritanya panjang dengan plot yang rumit dan sulit ditebak dan biasanya dibagi dalam beberapa bab. Untuk buku berjenis novel sudah mulai tidak menggunakan gambar, dan susunan kalimatnya sudah menggunakan berbagai struktuk. Jumlah halaman untuk novel biasanya lebih dari 80 halaman.

Contoh Buku Novel Anak

Kemudian tidak kalah penting  untuk mengenalkan buku kepada anak, kita harus memahami genre-genre yang bisa dijadikan pilihan anak. Karena sudah tentu setiap anak memiliki selera berbeda dalam memilih buku.  Ada anak yang suka membaca buku misteri, petualangan, ada juga yang suka membaca bergenre sejarah atau nonfiksi.

Memilih Genre Bacaan untuk Anak

  1. Petualangan, Misteri  dan Horor
Genre ini meski kadang menakutkan, namun genre misteri dan horor, bisa mengasah keberanian dan rasa kritis anak dalam menyelesaikan masalah.

Buku Bergenre Petualangan, Mistri dan Horor. Sumber : Buku Erlita Pratiwi


  1. Fantasi
Membiarkan anak membaca buku bergenre fantasi akan membantu anak dalam mengembangkan imajinasi anak yang unik dan tidak terbatas.

Buku Bergenre Fantasi. Sumber : IG Gramedia Pustaka Utama 

  1. Sejarah
Buku bergenre sejarah—baik sejarah perjuangan atau sejarah nabi, pastinya akan banyak membantu anak untuk mengetahui sejarah di masa lampau juga untuk mengambil pembelajaran dari sana—baik itu tentang semangat juang, atau kesabaran orang-orang terdahulu.

Buku Bergenre Sejarah


  1. Nonfiksi
Untuk buku nonfiksi, buku-buku semacam ini akan menawarkan banyak berbagai pengetahuan baru dan wawasan bagi anak. Di mana pengetahuan itu tidak hanya tentang pengetahuan umum, namun juga pengetahuan sejarah, sains, keagamaan dan banyak lagi.

Buku bergenre nonfiksi 

Selain orangtua atau keluarga yang berupaya dalam mengenalkan dan meningkatkan minat baca, masyarakat pun harus ikut berperan aktif melakukan kegiatan yang serupa. Dengan kerjasama yang baik atau saling mendukung kegiatan gerakan literasi akan berpeluang lebih besar untuk berkembang.  Apa saja yang bisa dilakukan masyarakat dalam mengenalkan dan meningkatkan gerakan literasi? Kita bisa melakukan beberapa hal ini.

Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Budaya Membaca dan Literasi

  1. Membuka Taman Baca
Untuk meningkatkan minat baca kepada anak dan masyarakat luas, salah satu caranya adalah dengan membuat taman baca. Keberadan taman baca dengan menghadirkan buku-buku lengkap—baik buku anak, buku-buku untuk remaja, sastra dan buku-buku pengetahuan lainnya, hal itu akan membantu masyarakat dalam mengakses buku.  Apalagi jika daerah yang bersangkutan, memiliki akses buku yang sulit.

  1. Membangun Komunitas Membaca
Selain taman baca, membangun komunitas membaca juga bisa menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan minat baca. Di mana dalam komunitasi itu kita bisa membuat ide agar setiap anggota rajin membaca dan mendapat tugas membuat ulasan dari setiap buku yang sudah selesaikan dikhatamkan.  Atau bisa juga setiap berapa minggu sekali dilakukan diskusi  membahasa buku-buku terbaru.

  1. Mengadakan Pelatihan Menulis
Tidak kalah menarik, kita juga bisa mengadakan pelatihan menulis, bagi siapa saja yang tertarik untuk belajar menulis—baik itu menulis puisi, cerpen, opini, resensi atau bahkan novel.  Pelatihan menulis akan membantu kita menemukan bibit-bibit baru yang kompeten dan berbakat untuk meramaikan dunia literasi.

Namun untuk mensukseskan gerakalan literasi, semua harus dimulai dari kesadaran diri masiang-masing. Tanpa adanya kesadaran diri, kita tidak akan bisa mewujudkan semua rencana-rencana yang kita buat tersebut. Kita harus mulai berpikir terbuka dan berpikir maju. Ketika gerakan literasi semakin tumbuh berkembang, hal itu juga akan meningkatkan mutu sumber daya manusia di masyarakat.

#SahabatKeluarga  #LiterasiKeluarga

Srobyong, 24 September 2019

Sumber : 

Arleen A, Belajar Menulis Cerita Anak, Jakarta Erlangga for Kids, 2018

Damarjati Danu, Benarkah Minat Baca Anak Indonesia Serendah Ini?, https://news.detik.com/berita/d-4371993/benarkah-minat-baca-orang-indonesia-serendah-ini, diakeses tanggal 24 September 2019.

Pustakawan Jogja, “Peringkat Negara Literasi di Dunia : No. 1 Findaliandia, Lha Indonesia?” http://pustakawanjogja.blogspot.com/2016/03/peringkat-negara-literasi-di-dunia-no-1.html, diakeses tanggal 24 September 2019.

Ratuliu Mona, Digital Parenthink, Jakarta  : Noura Books,  2018.

Setiawan, Ibnu Aji, Kupas Tuntas Jenis dan Pengertian Literasi,  http://gurudigital.id/jenis-pengertian-literasi-adalah/ diakeses tanggal 24 September 2019.




[1] Ibnu Aji Setiawan, “Kupas Tuntas Jenis dan Pengertian Literasi”,  http://gurudigital.id/jenis-pengertian-literasi-adalah/ akses 24 September 2019

Sunday 15 September 2019

[Resensi] Kisah Tentang Pencarian Jati Diri



[Pict by RL]

Judul               : Hijrah Asmara
Penulis             : Madun Anwar & Sukma El-Qatrunnada
Penerbit           : Loka Media
Cetakan           : Pertama, Januaari 2019
Tebal               : 213 halaman
ISBN               : 978-602-5509-18-6


Tema cinta tidak pernah usang di makan waktu. Cinta selalu menarik untuk dijadikan kisah-kisah—baik dalam versi buku,  drama atau pun film. Karena disadari atau tidak cinta itu memang salah satu kebutuhan dasar manusia.  Cinta adalah fitrah yang dimiliki oleh setiap insan. Maka tidak heran,   meskipun sudah berkali-kali  disajikan,  kisah percintaan  tidak membuat pembaca bosan. Apalagi kisah itu ditulis oleh orang-orang yang  berbeda, yang sudah pasti memiliki takaran tersendiri dalam mengolah ide dan mengembangkannya untuk menjadi sajian yang apik, menarik dan unik.

Begitupun dengan novel “Hijrah Asmara”. Meskipun menawarkan kisah dengan tema yang sudah umum di pakai para penulis, kisah ini  juga  menawarkan sesuatu yang berbeda, sehingga membuat kisah ini  tetap memiliki sisi menarik untuk dibaca.

Sebagai gadis remaja pada umumnya, Ara memiliki rasa penasaran yang tinggi terhadap cinta. Apalagi saat ini, Ara merupakan  mahasiswa semester tiga jurusan PGSD di salah satu perguruan tinggi di Lombok. Ia merasa sudah cukup dewasa untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Karena itu ketika akhirnya ia jadian dengan Fatih, Ara begitu bahagia. Apalagi perasaan suka pada Fatih memang sudah cukup lama ia simpan sejak masa OSPEK dulu.

Ara  tidak memedulikan, bahwa sebenarnya ada larangan keras dari orangtuanya—khususnya sang ayah—agar Ara tidak berpacaran sebelum menyelesaikan pendidikan kuliahnya.  Berbeda dengan sang ibu, meski pun memberi izin, ibunya selalu mewanti-wanti Ara agar selalu bisa menjaga diri dan tetap bertanggung jawab dengan kuliahnya.  “Papa tidak mengizinkan aku pacaran sebelum selesai kuliah. Sedangkan mama setuju asal ketika pacaran aku bisa menjaga diri, dan nilai-nilai kuliahku tidak terganggu.” (hal 21).

Maka diam-diam di balik punggung ayahnya,  Ara merangkai kisah cintanya dengan Fatih.  Mereka sering menghabiskan waktu bersama, meski kebersamaan itu dibatasi oleh  tenggat waktu yang sejak awal sudah diputuskan Ara. Karena Ara memang hanya  boleh keluar sampai jam sepuluh malam. Beruntung Fatih mau memahami berbagai aturan yang ditetapkan Ara pada awal masa pacaran mereka. Di sanalah rasa cinta Ara terhadap Fatih semakin tumbuh subur.

Namun sebuah hubungan tidak mungkin ada badai bukan? Setelah sekian lama hubungan mereka nampak adem ayem dan berjalan lancar, tiba-tiba Ara dikejutkan sebuah kabar yang tidak terduga. Siapa yang menyangka bahwa Fatih yang selama ini ia kenal baik, ternyata tega berselingkuh di belakangnya. Di sinilah  Ara mulai  dilema dan bimbang—antara  harus percaya dan tidak percaya dengan selentingan kabar itu. Bertepatan dengan kabar buruk itu, ia juga harus mendapati murka ayahnya karena ia ketahuan pacaran serta nilai-nilai kuliahnya turun.

“Kecewa. Hal yang memang terasa sakit. Bayangkan, jika kamu percaya pada seseorang dan harapanmu sangat tinggi terhadapnya, tapi karena ketidakmampuan seseorang itu atau bisa saja karena sebab lain, ia membuatmu kecewa.” (hal 44).

Ara pun semakin terpuruk. Kepada Denia, sahabatnya Ara mencoba bercerita. Namun  siapa yang menduga, ternyata Denia juga memihak ayahnya. Denia berharap Ara melupakan Fatih dan mengikuti nasihat orangtuanya. Ara sungguh tidak habis pikir (hal 59). Di tengah konflik hidup yang tengah menerjang Ara,  sebuah kejadian tanpa sengaja mempertemukan Ara dengan Arum, gadis berjilbab yang mengelola Perpustaakan Canai bersama kakaknya, Arman. Pertemuan itu ternyata menjadi suatu awal babak baru yang pada akhirnya membuat Ara berani bersikap tegas.

Kisah apa yang tersimpan dalam pertemuan antara Ara dan Arum? Dan bagaimana pula akhir kisah cinta Ara dengan Fatih? Benarkah Fatih berselingkuh dan dengan siapa?  Untuk kisah selengkapnya bisa langsung membaca buku ini sendiri.

Secara keseluruhan novel ini cukup menarik untuk dibaca.  Dari segi tema, meski sudah sering dieksekusi penulis lain, kisah ini tetap memiliki keunikan tersendiri.  Dengan alur maju mundur novel ini mampu menciptakan rasa penasaran bagi pembaca. Pemilihan sudut pandang dalam bercerita, sedikit banyak membantu dalam membuat kisah ini lebih menarik. Untuk penokohan cerita pun sudah digarap dengan bagus oleh dua penulis ini. Mereka sukses membuat saya illfeel banget dengan salah satu tokoh dalam novel ini. Duch, kenapa "dia" plin-plan dan nggak bertanggung jawab banget, sih? Hehheh. Siapa tokohnya, cari sendiri ya. Nanti bisa spoiler.   

  
Hanya saja untuk setting cerita, di sini penulis belum cukup kuat dalam menampilkan Lombok secara lekat dan dekat. Padahal jika dieksekusi secara lebih mendalam, dan dibumbuni dengan adat atau budaya daerah setempat, maka novel ini akan jadi lebih bagus dan terasa kental dengan lokalitasnya.  Meskipun ada upaya mengenalkan obyek wisata di Lombok--Gili Lawang  dan Gilis Sulat dengan panorama yang indah--sayangnya hal itu juga  belum bisa dieksekusi  penulis secara matang. Padahal jika penulis bisa lebih mengekplore lagi perihal wisata tersebut, pastinya  kisah akan lebih seru dan menarik.


 [Pesona Gili Lawang, sumber : google]

[Pesona Gili Sulat. Sumber :  Rully Adriani

Dan untuk segi gaya bercerita, meski mudah dipahami, namun kadang-kadang gaya bahasanya masih terasa kaku dan kurang lentur. Misalnya dalam pemilihan kata oksigen, menurut hemat saya kata ini malah jadi agak menganggu dan aneh. Kenapa tidak menyebut udara saja? Saya rasa itu jauh lebih enak untuk dibaca.  Selain itu tampilan layout buku ini memang bagus, namun dari segi pemilihan huruf dalam pergantian bab nove,  hal itu malah membuat pembaca tidak nyaman. Karena beberapa kata jadi sulit dibaca dan tidak jelas.

Ada pula satu bagian yang terlihat tidak sinkron dalam menjelaskan usia tokoh. Pada halaman 107 dipaparkan Ara mendeskripsikan Arman setidaknya memiliki rentan usia dua tahun dari dirinya. Namun pada halaman 110, Ara mendiskripsikan bahwa Arman memiliki usia yang sama dengan dirinya.

Namun lepas dari kekurangan yang ada, novel ini tetap seru dan menarik untuk dibaca. Bagi penikmat kisah romance  bisa coba membaca novel ini.  Novel  ini selain mencoba mengangkat isu pergaulan  pada zaman sekarang,  kisah ini juga berkisah tentang kisah pencarian jati diri Ara.  Di mana kisah  tentang pencarian jati dari  tokoh Ara, diceritakan  dengan cukup rapi. Ara yang  awalnya  egois namun lambat laun mulai berubah dan menjadi pribadi yang lebih bijak. Ia yang dulunya masih bimbang dalam merangkai masa depan, kini ia telah memiliki misi dan visi dalam hidupnya.  Tidak hanya itu, pertemuannya dengan Arum juga menjadi kunci penting dalam pola pikir Ara dalam menilai kehidupan. Kehidupan Arum yang sangat berbeda, dari dirinya yang sejak kecil  serba kecukupan, mengajarkan Ara untuk menjadi pribadi yang lebih bersyukur.

Membaca novel ini kita akan menemukan banyak sekali  nasihat serta motivasi hidup yang menginspirasi. Di antaranya kita bisa belajar tentang pentingnya menjaga pergaulan,  kita juga bisa belajar untuk menjadi anak yang selalu mematuhi dan menghormati orangtua, jangan membantah apalagi berani terhadap orangtua“Seorang ibu pasti menginginkan hal baik pada anaknya. Apalagi, anaknya perempuan.” (hal 43).  


Di sini kita juga belajar bahwa cinta itu tidak hanya dibangun dengan rasa, namun  harus  dibentengi dengan saling menghormati dan menghargai. “Saling menghargai adalah hal utama dalam cinta.” (hal 20).


Kita juga harus memiliki cita-cita tinggi dan memiliki kegigihan untuk mencoba sesuatu.  “Memulai itu sulit. Namun, jika tidak dimulai kita tidak pernah tahu hasilnya.” (hal 200)


Ada pula nasihat untuk bijak dalam menghadapi kesedihan. “Kesedihan  itu tidak akan berakhir jika kita sendiri tidak mengakhiri itu semua. Kehidupan itu tetap berjalan. Jadi, perbaiki hidup dan berusaha tegar untuk menjalani hidup.” (hal 116).


Tidak ketinggalan, melalui novel ini penulis juga mencoba menularkan minat baca dan literasi. Keren dan inspiratif banget cara yang dipaparkan penulis. 

Salut dengan dua penulis ini. Tanpa adanya tanggung jawab dan konsisten, tentunya mereka tidak akan berhasil menyelesaikan naskah ini. Apalagi menyatukan dua kepala dalam satu ruang itu tidaklah mudah. Selamat membaca. 

Srobyong, 14 September  2019
  

Alhamdulillah bisa menjadi salah satu pemenang dalam lomba Resensi "Hijrah Asmara" yang diadakan Loka Media. 

Thursday 12 September 2019

[Traveling] Bukit Bejagan, Perjalanan Penuh Perjuangan



Pict. Doc. Pribadi

“Tidak ada yang mudah dalam upaya meraih mimpi dan harapan, sebagaimana ketika kau ingin menjejakkan kaki di tempat-tempat dengan pesona alam, harus ada perjuangan, jatuh bangun hingga akhirnya berhasil untuk meraih puncak. Karena hidup memang selalu butuh perjuangan, bukan?” (Ratnani Latifah)

            Selain pesona laut yang indah dan memesona, Jepara  juga memiliki pesona wisata alam yang tidak kalah memukau dan mengagumkan. Salah satunya adalah wisata Bukit Bejagan yang terletak di desa Duplak, Tempur, Keling, Jepara. Tempat ini menyuguhkan pemandangan alam yang begitu indah memesona, hingga akan mengingatkan kita akan kebesaran Allah. Yah, inilah salah satu tempat yang sudah sejak dulu ingin saya datangi. Saya sangat penasaran dengan keindahan alam yang selalu dielukan di sana-sini, khususnya bagi penikmat traveling.

 Karena itu, ketika mendengar suami  bilang ia ada jam bebas karena libur kerja, maka dengan semangat saya langsung mengusulkan untuk  melakukan perjalanan wisata ke Bukit Bejagan.  Alhamdulillah usul kali ini akhirnya diterima. Kenapa? Karena sebelumnya ketika berkali-kali mencoba mengajaknya ke Tempur, ia akan selalu menolak dengan berbagai alasan.

Hari Minggu 8 September 2019, Kami memulai perjalanan sekitar pukul 08.00 WIB.  Dari arah Mlonggo kami langsung melaju menuju jalan raya Keling- Jepara. Untuk tahap awal alhamdulillah semua berjalan lancar. Karena jalan itu sudah berkali-kali dilalui. Hehhe.  Hingga kemudian kami memasuki area wisata desa Tempur. Di sinilah perjuangan itu kami mulai. Karena jujur kami masih awam dengan daerah tersebut.

[Pemandangan yang akan sering kita lihat dalam perjalanan. Pict. Doc. Pribadi]

Di sana kami harus bersiap mengikuti arus jalan yang penuh lika-liku, naik turun dengan banyak tanjakan juga belokan. Jadi  sebagai pengingat sebelum melakukan perjalanan wisata ke Tempur, kita harus cek kesehatan motor dulu dengan baik. Karena  untuk menempuh perjalanan ke sana, kita akan menghabiskan cukup banyak waktu dengan berbagai tantangan. Mengingat letak desa ini berada di ketinggian kurang lebih 800 meter di atas permukaan laut.  Desa ini juga terletak cukup jauh dari arah kota. Kalau dihitung dari Mlonggo sendiri, kurang lebih 43,3 km untuk bisa sampai di sana. Wow banget, kan?  Jadi  untuk masuk awal ke desa Tempur, setidaknya kita harus melewati kurang lebih 25 km. Dan bertambah sekitar 18 km untuk sampai di Bukit Bejagannya.

[Pict. Doc. Pribadi . Ketika sempat berhenti sebentar di jalan menikmati pesona alam di sekeliling] 

Dalam perjalan ini sendiri, sebelum sampai ke sana, kami sempat tersasar menuju ke Desa Klepu.  Yah, perlu perjuangan panjang untuk sampai di sana. Tak sekali dua kali kami tersesat. Selain sempat tersesat dan hampir memasuki Desa Klepu, kami sempat teresat di kawasan jalan ekstrim di sana.  Asli jalannya sangat mengerikan, karena semua jalan terlihat menanjak.

[Pict. Doc. Pribadi] 

Akan tetapi yang lebih menegangkan adalah ketika kami hampir sampai di lokasi wisata, motor yang dalam keadaan menanjak tiba-tiba mati? Duch ... ngeri banget.  Namun hal itu tidak menyurutkan niat kami untuk mengunjungi desa yang memiliki pesona alam yang luar biasa ini.  Karena, di balik ketajaman jalan yang begitu menantang itu, kita akan ditemani pemandangan indah yang memanjakan mata. Asli kerena dan bikin kita betah untuk memandangnya berlama-lama.

Pict. Doc. Pribadi

Beruntung saat itu kami bertemu warga desa. Dengan cekatan beliau ini menjelaskan mungkin karena faktor motor yang lelah dan kepanasan, hingga akhirnya mesin mati. Kami diberitahu untuk tidak terlalu cemas. Kami hanya disuruh menunggu untuk istirahat agar motor kembali normal. Dan alhamdulillah tidak lama kemudian motor memang kembali normal. Fiuh ... leganya. Di sini  kami sudah sangat ketar-ketir. Apakah motor masih kuat menempuk perjalanan atau harus pulang ketika tempat wisata sudah hampir sejengkal.

Pict. Doc. Pribadi

Oh iya, untuk sampai ke desa Duplak, tempat dukuh wisata Bukit Bejagan berada, maka langkah awalnya adalah kita harus sampai terlebih dahulu di desa Tempur—yang mana jalannya sudah saya cerita dengan berbagai tanjakan, tikungan dan lain sebaginya. Di mana kurang lebih kita akan memakan waktu sekitar satu jam-an, tergantung kecepatan motor juga mungkin, ya.  Capek banget pastinya.  Namun jangan khawatir rasa capek itu akan terbayar ketika kita melihat sekeliling yang memiliki pesona yang luar biasanya.

Karena asli pemandangan dalam setiap jalan yang kita lalui itu memang sangat memesona. Jika lelah kita bisa rehat sejenak sambil penikmati aroma pedesaan yang masih asri. Boleh kok kita berswafoto di sekitar sawah atau di bebatuan sungai yang ada di sekitar jalan.  Karena hasilnya tidak kalah eksotis.

Pict. Doc. Pribadi

Lalu, ketika kita sampai di Desa Duplak, kita akan disambut penjaga yang akan meminta kita untuk melaporkan nama, alamat dan tujuan pendakian kita. Yup, dalam setiap pendakian kita diharapkan melapor terlebih dahulu. Setelah itu kita baru bisa melanjutkan perjalalan. Untuk rute jalan sejak awal sebenarnya sudah sangat bagus dan sudah diaspal licin. Hanya saja jalanan mulai ekstrim berbatu-batu dimulai ketika kita akan sampai di Bukit Bejagan. Yah, di sana jalannya masih cukup ngeri, dengan rute yang tidak kalah menanjak juga penuh kelokan.

Pict. Doc. Pribadi

Namun perjuangan itu akan terbayar ketika kita sampai di sana. Yah, setelah perjuangan panjang dan sempat ketar-ketir, akhirnya kami sampai di tempat tujuan. Duch ... rasanya campur aduk, antara senang, tidak menyangkan setelah perjuangan panjang dari rumah hingga lokasi.  Di sana kami disambut dengan pamandangan alam yang luar biasa. Indah dan memukau, tidak kalah dengan pemandangan alam yang kami lewati dalam perjalanan menunju tempat ini.

Pict. Doc. Pribadi

            Pilihan lokasi yang bisa dimanfaatkan untuk berswafoto pun cukup banyak. Tinggal pilih. Dari foto di gardu pandang yang ada rumah kecilnya. Atau ada pula gardu pandang berbentuk love, serta gardu pandang berbentuk segi tujuh. Itu belum seberapa. Kalau mau naik lagi ada pula gardu pandang seperti rumah burung dan banyak lagi. Tinggal kita pilih mana yang nyaman di hati.

[Pict. Doc. Pribadi]

            Wisata ini juga dilengkapi dengan kamar mandi yang bersih dan tempat shalat, serta warung-warung makan. Jadi ketika dari rumah nggak bawa bekal, kita nggak perlu khawatir kelaparan. Hehhe.

[Pict. Doc. Pribadi] 

            Oh iya untuk tiket masuk ke wisata ini juga cukup terjangkau, lho. Hanya Rp 5.000,-- per orang kita bisa menjelajahi wisata ini sepuasnya.  Namun  perlu kami ingatkan juga setelah turun dari pendakian kita, kita dianjurkan untuk menyiram rem cakram motor kita. Ada kok setelah dari tempat pendaftaran pendakian tidak lama nanti ada blung kecil tempat air, yang bisa kita manfaatka. Selamat berlibur dan semoga bermanfaat. J

Srobyong, 12 September 2019