Saturday 29 October 2016

Jika Ingin Menjadi Penulis


Sumber Google 

Perjalan membuat saya mendapat pengalaman. Dan dari pengalaman itu saya menyadari, modal utama ketika ingin menjadi penulis.

Ini hanya berdasarkan versi yang sudah saya lakukan selama belajar menjadi penulis. Meski sampai sekarang saya masih terus belajar lagi dan lagi untuk meriah mimpi itu.  Karena belajar tidak akan berhenti sampai embusan napas akan berhenti.

1.      Mulai Menulis

Sumber Google
Yah, kalau kita tidak memulainya, bagaimana bisa kita bisa tahu apakah kita bisa menghasilkan karya, merajut kata menjadi sebuah cerita. Memang pada awalnya agak susah. Kita akan kesulitan memulai apa yang akan kita tulis. Namun, jika setiap hari, kita mau berlatih, sudah pasti lambat laut akan semakin lues dalam merangkai kata.

2.      Membaca

Sumber Google 
Kita tahu dengan membaca akan menambah pengetahuan yang ada. Membaca akan menambah kosa kata, menjadi nutrisi otak. Dengan membaca bisa jadi menjadi langkah menstimulus otak untuk mendapat ide-ide yang luar biasa. Jika kita tidak membaca bagaimana kita tahu naskah seperti apa yang baik dan menarik? Yang memiliki nilai jual?

3.      Mulai Mempelajari Kode Etik dalam Menulis atau Tata Bahasa yang Baik dan Benar

Sumber Google
Kita tahu, setiap hal sudah pasti ada ilmunya. Misalnya dalam masalah, shalat kita butuh ilmu fiqih. Pun dengan kepenulisan, kita butuh ilmu agar tulisan kita terlihat bagus dan tentu saja rapi. Itulah pentingnya kita belajar kode etik dalam menulis.

Bagaimana penulisan huruf kapital, penempatan kata depan, bagaimana menulis kata sapaan dan masih banyak lagi. Kita harus mempelajarinya. Baik itu lewat suatu komunitas atau kita belajar dari buku yang kita punya. Masalah cara itu kembali pada masing-masing individu. Namun yang pasti kita  harus mempelajarinya.

Sebagus apa pun cerita yang kita rangkai, jika cara penulisan salah, hal itu pun akan menjadi bumerang. Antara cerita yang bagus dan tata bahasa harus saling berdampingan agar menjadi satu kesatuan yang indah.

4.      Mau berusaha

Sumber Google

Ini juga sangat penting. Seseorang tidak akan mudah dalam meraih impian jika tidak ada usaha. Dalam menulis pun demikian. Tidak ada yang instan. Misalnya saja jika kita ingin mengetahui tata cara mengirim naskah atau mengetahui alamat media yang kita tuju. Maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah mencari informasi. 

Beruntunglah, saat ini sudah banyak info yang sudah di share di sana-sini. Di berbagai blog banyak orang berbagi alamat media, pun bagaimana cara mengirimkan naskah. Tak hanya alamat media, alamat redaksi penerbitan pun sudah banyak sekali di share. Kita hanya perlu klik dan membacanya. Dengan begitu bertambahlah informasi yang kita punya. Mudah bukan? Just klik, maka semua informsi akan keluar.

Beberapa link info alamat media Redy'sRedWorldPenulis MembelajarNaqiyyahsyamNegeri Guntur Alam,  dan masih banyak lagi. 

Selain itu, jangan malas juga untuk mencari informasi bagaimana naskah-naskah yang sering dimuat di media atau naskah yang diterbitkan. Inilah gunanya kita harus rajin membaca. Baca dan baca, dengan begitu kita tahu selera redaksi dari mempelajarinya.

Jika kita malas membaca dan survei bagaimana kita tahu naskah seperti apa yang disukai? Tengok saja klipingsastra, lakon hidup. Di sana naskah-naskah yang pernah dimuat di media bisa kita temukan. Atau di blog para penulis yang sering post, naskah mereka setelah dimuat di suatu media atau majalah.

5.      Tidak Mudah Putus Asa
Sumber Google 
Dalam segala hal, sudah pasti akan ada suka dan duka. Begitupun dalam dunia kepenulisan. Di tolak ketika mengirim naskah ke media atau penerbit adalah resiko yang harus kita terima.  Di sinilah tantangannya. Jika sekali ditolak kita marah dan berhenti, maka usai sudah mimpi itu. Berbeda jika kita mau berjuang. Kegagalan itu bukan akhir dari segalanya. Kegagalan ada sahabat yang akan mengingatkan pada kita untuk terus berusaha lebih baik lagi. Bagaimana kita bisa kuat jika tak pernah menjadi mengalami kegagalan?

Percayalah, setiap orang memiliki masa sendiri-sendiri untuk meniti karir yang disukai. Kita hanya perlu berusaha ditambah doa. Insya Allah jika diijabahi Tuhan akan memudahkan langkah kita. 

Masih ingin menjadi penulis? Kalau iya, yuk mulai action


Friday 28 October 2016

[Resensi] Mengungkap Misteri Pesta Pembunuhan

Dimuat di Kabar Madura, 18 Oktober 2016

Judul                :  Hercule Poirot And Pesta Pembunuhan
Penulis             : Agatha Christie
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan           :  Pertama, Juni  2016
Halaman          : 168 hlm
ISBN               : 978-602-03-2897-3
Peresensi         : Ratnani Latifah, penikmat buku dan literasi. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara.

Siapa yang tidak mengenal Agatha Christie? Dia adalah penulis misteri paling terkenal di dunia. Karya-karyanya selalu laris manis dalam berbagai bahasa—menurut data dalam wikipedia dipaparkan buku-bukunya telah terjual sebanyak lebih dari satu miliar eksemplar dalam bahasa Inggris dan satu miliar lagi dalam 45 bahasa asing (hingga 2003). Sebagai contoh kepopulerannya yang luas, dia adalah penulis paling laris di Perancis, dengan lebih dari 40 juta eksemplar novelnya terjual dalam bahasa Perancis (hingga 2003) dibandingkan dengan 22 juta untuk Émile Zola, saingan terdekatnya.

Karya yang sudah dihasilakn  Agatha Chirtie kurang lebih 80 novel yang kebanyakan merupakan kisah detektif dan misteri ruang tertutup. Salah satu tokoh besar dalam karyanya adalah Hercule Poirot. Agatha Christie memiliki kelihaian dalam mengatur plot yang tidak mudah ditebak. Selalu ada kejutan-kejutan tidak terduga yang membuat pembaca berdecak.  

Novel ini berkisah tentang Hercule Poirot yang mendapat undangan dari  Mrs. Ariadne Oliver—seorang novelis detektif—untuk mengunjungi The Greenshore Follly.  Mrs. Oliver sendiri diundang oleh keluarga Stubb untuk mengatur pembunuhan dalam sebuah festival besar yang akan dilakukan di Greenshore Folly.  Hanya saja Mrs. Oliver khawtir mungkin dalam fesitival yang akan terjadi ini akan ada pembunuhan secara nyata.  (hal. 42.)  Itulah alasannya mengundang Hercule Poirot—detective yang tersohor.

Lalu Mrs. Oliver menjelaskan siapa saja yang kemungkinan akan terlibat dalam pembunuhan di festival. Yaitu  Sir George Stubbs—pemilik Greenshore Folly, Laddy Stubb—Hattie dua puluh tahun lebih mudah dari sang suami yang menikah hanya karena harta, Michael Weyman—arsitek muda yang cukup tampan yang bekerja untuk memperbaiki Folly. Lalu ada Miss Brewiss—semacam sekretaris rumah tangga, Alec Legge dan istrinya Peggy—pasangan yang memiliki pondok di tepi sungai, Kapten Warborough—agen keluarga  Masterton, keluarga Masterton serta Mrs. Folliat. (hal. 46-47)

Berdasarkan asumsi itu Hercule Poirot mencoba mencari tahu benar atau tidaknya kecurigaan Mrs. Oliver.  Tentu saja melalui caranya yang khas dalam melakukan penyelidikan. Dan benar saja kecurigaan Mrs. Oliver berbuah nyata. Ketika festival terjadi Marlene Tucker yang memang bertugas menjadi mayat dalam misteri pembunuhan buatan itu benar-benar sudah tidak bernyawa. (hal. 109) Belum hilang rasa kekagetan itu, Hattie Stubb (Lady Stubb) dinyatakan hilang setelah tersiar kabar Paul Lopez—sepupunya akan datang berkunjung.

“Kelihatannya seolah-olah dua hal itu saling bertautan—pembunuhan itu dan hilangnya Lady Stubb. Tak mungkin keduanya peristiwa yang sama sekali tak ada sangkut pautnya.—terutama karena tak ada alasan bagi Lady Stubb untuk mendadak pergi seperti ini—“ Inspetur Bland berpendapat. (hal. 119) Belum lagi dalam pembunuhan itu tidak ada tanda-tanda perlawanan dari korban.  Hercule Poirot pun berpendapat, “Itu mudah dilakukan –jika dia mengenal pelaku. Bisa dibilang, itulah yang ditunggunya.”  (hal. 123) Lalu siapa sebenarnya pembunuh dari  Marlene Tucker dan ke mana hilangnya Lady Stubb?

Membaca karya Agatha Christie ini seperti memasuki labirin panjang yang entah kapan bisa keluar. Pembaca digiring pada praduga-praduga, yang ternyata pada akhirnya dikejutkan dengan jawaban yang membuat tidak percaya. Cara Agatha Christie mengelabui pembaca pun tidak sembarangan, karena dia memang sangat piawai dalam menyusun alur dengan fakta-fakta yang tidak bertabrakan. Jadi analisis yang dipaparkan akan membuat pembaca terkagum-kagum.

Bagi pecinta kisah detektif dan misteri, novel ini sangat recomended untuk dibaca. Gaya bahasa terjemahan pun lugas dan enak dibaca tidak membuat bingung.  Dalam novel ini saya belajar bahwa sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga—bahwa kebohongan itu tidak akan bertahan lama dan kejahatan pasti pada akhirnya akan terungkap dan mendapat balasan. Hercule Poirot berkata, “Dengan seorang pembunuh tak ada yang namanya akhir.” (hal. 150)


Srobyong, 26 Agustus 2016 

Thursday 27 October 2016

[Resensi] Membangun Rumah Tangga Surga

Dimuat di Kabar Madura, Kamis 29 September 2016

Judul               : Rumah Tangga Surga
Penulis             : Ikhsanul Kamil & Foezi Citra Cuaca
Penerbit           : Penerbit Mizania
Terbit               : Agustus 2015
Cetakan           : Kedua, April 2016
Halaman          : 320 hlm
ISBN               : 978-602-1337-73-8
Peresensi         : Ratnani Latifah, Penikmat buku dan penyuka literasi. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara


Pernikahan bukanlah perkara sembarangan, ia adalah mitsaqan ghalizhan, perjanjian kuat yang setara dengan perjanjian para nabi dan Tuhan. Berani menjalaninya berarti perlu berani memilih jalan yang akan tercipta, surga atau neraka. (hal. 24)

Rumah Tangga, Surga adalah sebuah rumah yang di dalamnya menjadi surga bagi para penghuninya. Rumah, Tangga Surga adalah sebuah rumah, yang menjadi tangga surga, yang mengantarkan penghuninya berkumpul lagi di surga-Nya kelak. (hal. 292)

Setiap orang sudah pasti berharap dalam membangun rumah tangga itu ingin menciptakan surga dalam rumah. Bukan malah sebaliknya yang bercita-cita membangun neraka penuh dengan konflik. Yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana merengkuh dan menciptakan rumah tangga surga agar penikahan menjadi sakinah mawadah wa rahmah?

Buku karya Ikhsanul Kamil & Foezi Citra Cuaca bisa dijadikan referensi untuk mengetahui kiat baik yang akan menuntun para pasangan pernikahan dalam usaha menciptakan rumah tangga surga. Sebagaimana yang dipaparkan Foezi Citra Cuaca, “Rumah kita. Rumah yang kau dan aku bangun bersama, berfondasi iman, bertianglan Islam, dan bertembokkan ihsan. Kita isi dengan cinta dan kasih sayang.” (hal. 34)

Menciptakan rumah tangga surga memang bukan perkara yang mudah. Namun jika kita mau berusaha pasti akan jalannya.  Menurut penulis ketika ingin merengkuh surga dalam biduk rumah tangga yang dibangun, maka ada tiga point penting yang harus dilakukan. Yaitu, Cleansing, nurturing dan designing

Cleansing adalah usaha untuk memaafkan segala masa lalu yang selama ini menimbun dan tersimpan dalam diri kita. Baik itu tentang trauma masalah orangtua, diri sendiri dan pergaulan yang pernah kita lalui. Dalam Cleansing, pasangan diajak untuk mensyukuri segala apa yang pernah terjadi lalu mulai memperbaiki diri dengan menata niat dalam ikatan pernikahan yang sudah terjalin. 

Proses cleansing  ini akan menetralisasi trauma yang tersimpan, membuang sampah-sampah emosi yang menyumbat dalam diri, serta membuat kita menjadi pribadi yang lebih baru. (hal. 73)  Mengajarkan diri untuk melepas masa lalu dengan memaafkan. Karena memaafkan orang—baik itu orangtua atau teman—yang pernah menyakiti di masa lalu, akan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang bersikap dalam pernikahan.

Perlu diingat bahwa pernikahan  bukan sekadar menuju kebahagiaan, tapi juga tentang bagaimana ia menciptakan keberkahan. Salah satu pintunya adalah doa orangtua yang meridhai, hingga Tuhan pun tersenyum memberkahi. (hal. 117)

Selanjutnya adalah nurturing yaitu sebuah upaya lanjutan setelah melakukan cleansing. Tentang bagaimana merawat  cinta dalam pernikahan  agar senatiasa harmonis, melanggengkan pernikahan dalam ikatan cinta dan kasih sayang.  Dalam proses nurturing akan ada tiga prisip yang dipegang. Yaitu, nyaman,  percaya dan  dukungan.

Cinta yang sempurna dalam rumah tangga adalah ketika keduanya sadar tentang komitmen pernikahan, komitmen yang menyerupai komitmen para nabi untuk mengemban risalah-Nya, dilengkapi dengan membangun keintiman layaknya sahabat karib antara suami dan istri sehingga yang satu menjadi tempat curhat ternyaman bagi yang lainnya, sambil menikmati gairah untuk membuat api cinta semakin lama semakin membara. (hal. 202)

Terakhir adalah designing yaitu menyemai bersama pernikahan dan keluarga yang harmonis. Canun berkata, “Kalau pernikahan laiknya layar dalam sebuah kapal menuju pulau impian, aku yang jadi nahkoda dan kau jadi navigatornya.” (hal. 267)

Pernikahan itu ibarat mengarungi gelombang kehidupan bersama. Sayangnya, banyak yang (tanpa sadar) memilih berlayar tanpa menentukan pulau tujuannya.  Jika pernikahan tidak jelas ke mana tujuannya, jangan heran jika kehidupa pernikahan itu akan hambar.  Oleh karena itu pernikahan perlu kita desaain. Setidaknya ada tiga hal yang perlu kita desain. Yaitu, pulau impian yang dituju,  berbagi peran dan  desain rules dan SOP dalam rumah.

Dipaparkan  dengan bahasa yang lugas dan bersahabat, membuat buku ini sangat asyik untuk dibaca karena tidak terkesan menggurui. Keunikan lain dari buku ini adalah penulis tidak hanya menjelaskan teori saja. Namun juga dilengkap kisah-kisah nyata sesuai pembahasan dari peserta yang mengikuti workshop  yang dibina penulis juga.  Hanya saja agak tergangguu dengan beberapa pembahasan yang kerap diulang-ulang. Lepas dari itu buku ini patut dibaca. Selain itu banyak bertebaran quote menarik yang membuat buku ini semakin cantik. Diantaranya, Ketika diri telah melakukan segenap ikhtiar, lengkapilah dengan sabar. (hal. 245)

Srobyong, 9 Agustus 2016 

Tuesday 25 October 2016

[Resensi] Suka Duka dalam Membangun Rumah Tangg

Dimuat di Harian Singgalang, Minggu 23 Oktober 


Judul               : Cinta Segala Musim
Penulis             : Maya Lestari Gf
Penerbit           : Indiva
Cetakana         : Pertama, Juni 2016
Halaman          : 224 hlm
ISBN               : 978-602-1614-59-4
Peresensi         : Ratnani Latifah



Setiap orang sudah pasti mendambakan memiliki rumah tangga yang sakinah mawadah wa rahmah.  Dalam artian  rumah tangga itu bahagia dalam segi finansial, jasmani dan  rohani.  Namun tentu saja hidup tidak akan seindah dongeng cinderella. Bahagia selemanya setelah melakukan ikrar janji setia. Hidup akan berputar. Mengalami pasang surut. Ada cobaan untuk belajar saling menguatkan. Hanya saja, mampukan pasangan itu tetap saling bersisian mewujudkan mimpi rumah tangga yang diidamkan?

Novel ‘Cinta Segala Musim’ ini, merupakan pemenang harapan pada Lomba Menulis Indiva (LMNI) 2014. Mengisahkan tentang suka duka dalam membangun rumah tangga.  Pada awalnya pernikahan Rae dan Rampak begitu sempurna.  Rampak sangat sukses dengan pekerjaanya sebagai developer. Rae menjadi seorang istri yang sangat bahagia. Namun ternyata sebuah badai tiba-tiba menyerang rumah tanggah indah mereka.

Perusahaan Rampak dilaporkan masyarakat ke polisi karena dianggap merusak lingkungan. Berita tentang dirinya dipampang di berbagai surat kabar Sumatra Barat. Dia dianggap sebagai penipu karena membangun kompleks perumahan tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan. (hal. 16).  Dia dituntut untuk mengganti rugi pada semua pihak, yang kemudian membuat harta bendanya habis. Karirnya hancur.

Di sinilah kehidupan rumah tangga mereka diuji. Rampak sangat terpukul dengan kehancuran yang menimpanya. Dia menolak menggantungkan nasib dengan bantuan ayah atau ayah mertuanya, karena masalah harga diri.  Namun begitu dia tetap berusaha yang terbaik untuk memperbaiki ekonominya. Rampak berusaha menghubungi teman-temannya. Hanya saja, tak seorang pun yang berani mempekerjakan Rampak setelah insiden itu.

Meski merasa sedih dengan keadaan mereka saat itu, ada sebuah kabar bahagia yang membuat mereka bertahan dan terus berusaha. Kehamilan yang sejak dulu dirindukan Rampak dan Rae akhirnya terwujud (hal. 64).  Namun, siapa sangka kebahagiaan itu hanya sebentar. Cobaan kembali datang. Rae mengalami keguguran (hal. 105)

 Di sinilah, hubungan Rae dan Rampak dipertaruhkan. Keguguran membuat Rae sangat terpukul. Dia marah pada keadaan juga pada Rampak yang terlalu keras kepala. Dan ketika Rampak memberi pilihan, Rae  menyuruh laki-laki itu pergi.  Benarkah hanya sampai ini kesetiaan Rae? Dan mampukah Rampak bangkit dari keterpurukan dan mengembalikan kepercayaan Rae? 

Selain dua pertanyaan ini sejatinya masih banyak misteri yang membuat novel ini sangat menarik. Pada novel ini nanti akan ditemukan nama  Rampak kembali diberitakan di berbagai koran besar di Padang.

Novel ini dipaparkan dengan gaya bahasa yang enak dan mengalir.  Penulis yang berasal dari Padang—Sumatra Barat, ini memang sudah tidak diragukan lagi dalam karya-karyanya. Banyak penghargaan yang telah diraih dan coretannya bisa ditemukan di berbagai media.

Membaca novel ini, seolah diajak mengenal lebih jauh tentang pekerjaan seorang arsitek dan filosofi-filosifi yang inspiratif, tentang pemaknan rumah di mata Rampak. “Rumah bukan hanya sekadar tempat berteduh saja. Rumah adalah sebuah konsep tentang kehidupan yang manusiawi.” (hal. 28).  Hal yang sering dilupakan orang saat membangun rumah adalah, tidak membuatnya sedekat mungkin dengan kehidupan si pemilik rumah. Mengapa orang merasa bahagia bisa tinggal di  resort bergaya tradisional? Itu karena mereka merasa dekat dengan semua unsur pembuatannya. (hal. 185-186)

Keunggulan lain dari novel ini adalah penokohan yang kuat, sehingga kisah teras hidup. Dan penjabaran settingnya pun, tertata dengan rapi. Karena penulis mengambil setting asal daerah sendiri
Hanya saja untuk beberapa bagian ada yang terasa agak membosankan, masih ditemukan beberapa typo.  Serta konfliknya terasa agak datar. Tapi  lepas dari itu, penulis berhasil meramu dan mengeksekusi cerita dengan sangat apik. Membuat pembaca enggan melepaskan kisah ini sebelum tamat. Mengesankan.

Setelah membaca novel ini, dapat disimpulkan bahwa selalu ada badai dalam rumah tangga. Dan untuk mempertahankan harus dilakukan oleh kedua pihak untuk saling memahami dan berbagi baik suka atau duka. Selain itu novel ini juga mengajarkan banyak hal. Di antaranya kegagalan bukan akhir dari segalanya. Jangan mudah menyerah dan terus berusaha.

 “Selalu ada jalan keluar dari setiap masalah, selama yakin dan bertahan untuk sabar. Selalu ada hikmah dari setiap musibah.” (hal. 222)


Srobyong, 16 Oktober 2016 

Monday 24 October 2016

[Resensi] Cinta Bersemi di Blue City

Dimuat di Harian Singgalang, MInggu 23 Oktober 2016 

Judul               : Love in Blue City
Penulis             : Irene Dyah
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, Mei 2016
Halaman          : 212 hlm
ISBN               : 978-602-03-2865-2
Peresensi         : Ratnani Latifah


Membaca novel ini kita akan dikenalkan dengan kota kecil bernama Chefchaouen atau juga dikenal dengan sebutan Blue City. Sebuah kota yang terletak di sebelah timur laut Maroko. Memiliki keunikan, di mana  hampir di semua tempat, kota ini didominsi warna biru. Itulah kenapa Chefchaouen dijuluki sebagai mutiara biru.  Di sini pembaaca akan diajak jalan-jalan menimati kota biru ini.

Selain mengenalkan setting kota yang indah, novel ini juga menyajikan kisah yang memikat. Nada Aleema Shahir sangat ingin mengunjungi Chefchaouen, Maroko. Dan keinginannya terwujud berkat kakaknya—Tristan yang berencana berbulan madu ke Maroko. Namun siapa sangka, Tristan harus membatalkan perjalanan itu karena istrinya, Miyu hamil.  Akhirnya hanya Nada yang tetap pergi dengan ditemani Rania sahabatnya (hal. 8).

Alasan kenapa Nada sangat ingin mengunjungi kota ini karena dia sangat tergila-gila dengan warna biru.  Dan dia menjadikan kota ini sebagai tempat yang wajib dikunjungi.  Namun di balik alasan itu sejatinya Nada juga punya misi. Dia ingin bertemu kembali dengan Haykal, sahabat Tristan yang diam-diam disukai Nada.   Tapi betapa kecewanya Nada ketika akhirnya bertemu dengan Haykal, pria itu malah muncul dengan seorang gadis cantik bernama Noemie.

Sedih dan kecewa itulah yang Nada rasakan, tapi, dia tidak ingin berlarut dalam kesedihan. Bagaiamana pun dia tengah liburan di kota impiannya. Jadi dia harus menikmatinya. Begitulah keinginan Nada dalam hati.

Tapi betapa Nada berusaha untuk bersikap wajar, dia tetap kesulitan. Dia sedih juga marah. Masalahnya, meski Haykal nampak dekat dengan Noemie, pria itu tetap perhatian dan suka usil pada Nada.  Belum lagi Nada terjebak menjalin persahabatan dengan Neomie yang ingin belajar tentang Islam pada Nada.

“Aku hanya berharap kamu tidak keberatan berkawan denganku. Aku ingin punya lebih banyak teman muslimah.” (hal. 83-86).

Di lain sisi Haykal mengkhawatirkan sikap Nada yang terlihat agak berubah. Jika sebelumnya gadis itu selalu cerewet dan suka marah-marah, maka kali ini Nada terlihat lebih pendiam. Padahal dia sudah berjanji pada Tristan untuk selalu menjaga Nada selama berada di Blue City. Bahkan di saat Nada selalu menjaga jarak, Haykal terus berusaha menjaga gadis itu.

Akan tetapi meski Haykal selalu bersikap baik, sikap Nada tidak berubah. Gadis itu masih suka marah tidak jelas dan kadang sangat pendiam.  Dan sikap Nada semakin aneh ketika mendengar percakapan yang tidak sengaja dia dengar. Percakapan yang merubah segalanya. Membuat Nada sedih, Haykal bingung dan Noemie marah dan tidak habis pikir.  Entah bagaimana para tokoh di novel ini menyikapi tumbuhnya cinta di kota biru itu.

Novel ini mengambil mengambil tema sederhana namun dieksekusi dengan sangat baik. Gaya bahasanya renyah, percakapan antara tokoh membangun kisah ini semakin asyik untuk diikuti dan terasa hidup.

Dan yang paling menarik tentu saja setting dari kisah ini sendiri.  Penulis menjabarkan dengan baik  kota yang memiliki sebutan mutiara biru.  Di sana Nada menikmati perjalanan melewati lorong biru Medina, lalu melakukan perjalanan ke Spanish Mosque.

Hanya saja, saya merasa kurag sreg dengan sikap Nada. Sebagai seorang muslimah yang berhijab saya merasa karakternya belum terlalu kuat.  Atau mungkin tokoh Nada sengaja dipaparkan seperti ini, karena bercermin dari para muslimah saat ini. Tapi lepas dari kekurangannya, novel ini tetap asyik untuk dinikmati. 

Membaca novel ini mengajarkan bagaimana cara menjemput cinta yang baik.  “Bidadari istimewa, hanya bisa dipesan setelah membayar mahal. Dan rasa sayang itu harus diperjuangkan.” (hal. 131-135)

Serta mengajari untuk selalu menyukuri apa yang dimiliki dan menerima semuanya dengan ikhlas apa yang telah digariskan Tuhan.  “Hidup selalu indah jika kita pandai bersyukur. Kalau kita ikhlas menerima skenario Tuhan, apa pun bentuknya. Kadang yang menurut kita baik, belum tentu baik menurut Dia.” (hal. 192)

Srobyong, 16 Oktober 2016 


Sunday 23 October 2016

[Review] Cinta, Persahabatan dan Keluarga

Judul               : Janji Matahari
Penulis             : Koko Ferdie
Penerbit           : Diandra
Cetakan           : Pertama, 2016
Halaman          : 121 hlm


Blurb
Aku tidak pernah cukup paham tentang cinta.
Bertemu denganmu, bisakah kukatakan adalah suatu kebetulan?
Kau menyeretku begitu dalam,
Hingga membuat ruang di dada serta pikiranku hanya tertuju padamu.
Tatapanmu dingin dan menyimpan luka teramar dalam.
Bisakah aku menjadi penghapus akan kesedihanmu itu?
Namun, ketika aku berlari dan mencari tahu banyak hal tentangmu.
Aku justru kian menyadari,
Bila kita ditakdirkan bertemu namun tidak bersatu.

~*~

Cinta memang tidak bisa terprediski, dia datang secepat mata memandang. Lalu bagimana agar cinta itu tidak menjadi pesakitan? Karena cinta memang selalu memberi kejutan.

Novel ini menceritakan tentang  Tomomi Kawaguchi.  Gadis itu memilih melanjutkan pendidikannya di Koishitai Gakuen. Ada beberapa alasan kenapa Tomomi memilih sekolah ini.  Salah satunya adalah alasan yang sengaja dia rahasiakan (hal. 6) Hal ini masih da hubungannya dengan cerita masa lalu.

Keputusannya untuk sekolah di sana, mempertemukan Tomomi dengan Haruna. Teman SMP-nya yang tidak begitu akrab.  Haruna juga punya alasan kenapa memilih sekolah itu.  Yaitu untuk mengejar cinta pertamanya—Makoto Miura.  Sebuah alasan yang cukup membuat Tomomi terkejut.  Kenapa Haruna jatuh cinta dengan Makoto? Apa alasannya?

Menginta mereka berasal dari sekolah yang sama di masa lalu ..., pada akhirnya membuat mereka dekat.  Persahabatan pun tercipta di antara mereka. Apalagi bagi Haruna yang dulu memiliki masa lalu suram tentang persahabatan. Begitupun dengan Tomomi.

Selain itu, di tempat ini  juga membuat Tomomi bertemu dengan orang-orang yang tidak terduga.  Salah satunya adalah sosok laki-laki yang  diusir  dari sebuah kedai. Dan laki-laki itu meninggalkan  gantungan kunci yang berbentuk lonceng, bertuliskan nama Haru.  Laki-laki itu membuat Tomomi sangat penasaran.  Di sana

Ketika Tomomi masih  memikirkan  bagaimana cara mengembalikan lonceng itu pada laki-laki misterius itu, Tomomi malah dipertemukan dengan Makoto Miura (hal. 25-26)

Di sinilah masalah bermula.  Siapa sangka ketika Haruna berjuang ingin mengejar Makoto Miura, laki-laki itu malah menyukai Tomomi. Itu bisa dilihat dari bahasa tubuh Makoto.   Sedang Haruna pernah berpesan pada Tomomi sesuatu yang mengejutkan.

“Aku menyukai kalian berdua. Dan, aku  hanya berharap kau tidak akan menyukai Makoto-senpai karena aku akan membencimu.  Begitu pula jika Makoto-senapai menyukaimu. Maaf jika aku egois. Tapi Makoto-senpai sudah seperti kakak yang menyenangkan bagiku setelah kakakku meninggal. Kau pun sama Tomomi.” (hal. 38)

Namun siapa yang bisa mencegah cinta yang tumbuh  tanpa  bisa diduga itu?  Di sisi lain, Tomomi juga mengalami hari-hari yang tidak terduga dengan laki-laki yang bernama Haru itu.  Entah mengapa mereka selalu dipertemukan.  Dan Haru memiliki sisi yang membuat Tomomi simpati. Ada pertanyaan yang menganga di hati Tomomi. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Haru?

Di tengah kebingungan Tomomi memikirkan masa Haru, Tomomi juga harus berhadapan dengan kenyataan, bahwa persahabatannya diambang kehancura. Entah apa yang ada dilakukan Tomomi.  Belum lagi satu persatu misteri yang selama ini menghantui Tomomi mulai terkuak. Ada apa dengan masa lalu Tomomi? Dan apa alasan sebenarnya  Tomomi memilih sekolah ini? Selain dua pertanyaan ini, sebenarnya masih banyak pertanyaan yang lain yang membuat pembaca akan bertanya-tanya.

~*~
Novel ini diceritakan dengan gaya bahasa yang manis dan mengasyikkan.   Mengambil tema sederhana tentang cinta, persahabatan dan keluarga, membuat novel ini terasa dekat dengan pembaca.
Pertama membaca novel ini, saya pikir kisahnya berpusat pada cinta itu sendiri.  Semacam cinta segi tiga atau segi empat.  Tapi, ternyata setelah membaca secara perlahan, saya menyadari ada konflik lain yang ingin dibangun oleh penulis.

Memang ada cinta yang terlihat nyata dari kekukuhan Haruna yang menyukai Makoto. Sedang  Makoto malah tertarik dengan Tomomi. Di salin sisi Tomomi bertemu Haru yang membuatnya simpati, juga sebuah janji masa kecilnya.  Tidak ketinggalan sebuah masa lalu tentang keluarga Tomomi yang ingin dia pecahkan.  Juga persahabatan yang diambang kehancuran. Kompleks dan agar rumit, memang. Tapi itulah yang menjadi poin penting.  Pembaca diajak  mengurai satu persatu agar puzzle-puzzle tersebut.

Novel ini cukup memikat. Saya menikmati setiap lembar halaman yang ada. Hanya saja, saya merasa buku ini terlalu tipis, kurang tebal.  Dalam novel ini saya menemukan banyak karakter tokoh yang ada. Namun  saya belum merasakan ketuntasan pada setiap tokoh, kecuali Tomomi yang paling menonjol.  Seolah tokoh selain Tomomi hanya singgah sebentar dan kemudian berlalu.  

Tapi lepas dari itu, novel ini tetap memikat dengan kelebihan yang dimiliki. Banyak pelajaran yang bisa saya petik setelah membaca novel ini.

Saya belajar arti persahabatan yang seharunya dibina dengan kejujuran. “Sahabat memang harus saling melengkapi.” (hal. 95)

Begitupun dengan masalah keluarga. Kadang kenyataan pahit itu harus diungkapkan agar tidak menjadi beban dan membuat orang lain terluka lebih dalam. Selain itu, saya diajak untuk bisa move on dari masa lalu.  Maafkan, lah, maka hatimu akan ringan. Begitulah, hidup tidak selamanya mengalami fase bahagia saja. ada sedih juga suka. Jadi cobalah menjadi seorang pribadi yang selalu menerima setiap fase hidup. Tegar dan teruslah melangkah.   Selamat membaca.