Thursday 26 June 2014

Hakikat Akhlak yang Baik dan Buruk



Hakikat Akhlak yang Baik dan Buruk


Ketahuilah , bahwa seluruh kebahagiaan dan keabadian yang saya salihat, hanya pada dua perkara:
Pertama, bersih dan suci hati dari selainAllah:
Kecuali orang-orang yang menghadap kepada Allah dengan hati yang bersih.
(QS As-Syu’araa (26):89)
Kedua, melimpahi hati dengan makrifat kepada Allah, dan Nabi Muhammad saw.sebagai utusan Allah. Adapun akhlak yang baik adalah akhlak yang melingkupi dua hal tersebut. Allah memuji akhlak Rasulullah saw.:
Sesungguhnya kamu memiliki akhlak yang agung (QS al-Qalam (68):4)
Dalam ayat lain berkata:
Kepada-Nya naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang salih naik kepada-Nya
(QS Faathir (35):10)
 Yang dimaksug perkataan yang baik adalah tauhid dan makrifat. Adapun amal salih adalah kesucian hati yang dinaungi karena kadar tauhid dan makrifat. Arti naik (dalam ayat diatas) adalah hadirnya dan terpengaruh oleh tauhid dan makrifat sehingga merasakan tunduk, tenteram dan wibawa. Ketika hati dalam keadaan seperti itu, ia dekat kepada Allah SWT.
Ketahuilah hakikat akhlak yang baik adalah manusia mempunyai bentuk batin. Bentuk batin inilah yang menjadi sasaran diutusnya para nabi. Meraka diberi tugas meluruskan, membersihkan dan menyempurnakan. Jika jiwa sudah seperti itu adanya, dengan  mudah akan muncul akhlak yang terpuji (baik) tanpa rekaan nalar dan berpikir. Inilah arti hakikat akhlak yang baik. Kebalikan akhlak yang baik adalah akhlak yang buruk. Akhlak baik atau buruk muncul dari tiga sifat. Tiga sifat ini merupakan perkara yang sangat pokok:
Pertama,akal dan potensinya. Akal bisa dengan ilmu dan hikmah. Arti hikmah sendiri adalah memahami mana yang benar dan yang batil dalam perihal keyakinan, memahami mana yang jujur mana yang dusta dalam ucapan, seta memahami mana yang baik dan mana yang tercela dalam perbuatan.
Kedua, potensi marah yang mengandung bahaya. Potensi ini diciptakan untuk menolak yang membahayakan. Keadaanya ditundukkan kepada hikmah juga. Jika hikmah mengisyaratkan bahwa ia perlu dilepas, maka lepaskanlah. Jika hikmah member isyarat bahwa ia harus dipegang, peganglah. Persis seperti anjing yang dididik.
Ketiga, potensi syahwat yang selalu cenderung pada keuntungan. Potensi syahwat diciptakan untuk tunduk pada akal. Baik dan stabilnya syahwat hanya ada pada kutundukkan pada hikmah
Perlu diketahui, yang dituntut dari akhlak adalah keteguhan dan berdiri di tengah-tengah segala perkara(adil). Allah berfirman:
“janganlah kamu menjadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya” (QS al-Isra’(17):29)
Adil merupakan salah satu rukun keempat dari tiga sifat diatas.
Induk akhlak-akhlak baik adalah hikmah, Syaja’ah(berjiwa pahlawan) dan Ifah(berharga diri ). Sedangkan adil adalah penyempurnaan masing-masing dari tiga induk tersebut. Adapun sifat selain tiga, itu hanya cabang dari empat sifat diatas. Tidak ada yang bisa mencapai kesempurnaan empat sifat tadi, kecuali Rasulullah saw.
Hakikat dan tanda-tanda tawadhu
Secara garis besar, orang tawadhu adalah orang yang berakhlak dengan aklhlak Allah. Sabda Rasulullah saw.: Orang yang tawadhu karena Allah, akan diangkat derajatnya oleh Allah."
Pengertian tawadhu adalah menguji perilaku bahwa sadar dari tafrith( melampaui batas) dan ifrath(kebablasan) sehingga dirinya tidak takabur. Hakikat twadhu adalah berserah, tunduk danmenerima hak dengan mudah. Istilah hak di sini berkonotasi dengan nama Allah dan perintahNya.
Tanda-tanda tawadhu adalah:
Seseorang tidak enggan melaksanakan kebenaran jika diperintah. Jika dalam diri seseorang ada rasa enggan untuk melakukan yang benar, apapun bentukntya, maka ia ternasuk orang yang sombong dari menerima kebenaran. Perilaku ini merupakan maksiat yang paling besar.

Al-Ghazali  Raudhah ath-thaalibiin wa Umdah as-saalikiin
Membawa Hati Menuju Ilahi: Rahasia Hidup selamat sampai Akhirat

#Akhlak-Akhlak Mulia# (Makaarimul Akhlaq)
Allah SWT berfirman:
bersikap pemaaflah engkau dan suruhlah orang lain melakukan kebaikan serta jangan hiraukan orang-orang bodoh
(QS al-A'raf(7):199)
Maksud ayat tersebut adalah hendaklah engkau mengampuni orang yang berbuat zalim kepadamu, dermawan kepada orang yang kikir kepadamu dan sambunglah silaturrahmi dengan orang yang memutuskan kepadamu, tidak menghiraukan perbuatan tidak baik orang bodoh dan berbuat baik kepada orang-orang yang berbuat buruk kepadamu.
Sabda Nabi saw:
Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak tahu
Diantara akhlak mulia adalah:
#menebar salam
#memberi makan
#silaturahmi
#shalat di waktu malam di saat orang-orang sedang tidur
#meraih berbagai kemuliaan dengan menjauhi perkara-perkara yang diharamkan
Akhlak-akhlak mulia adalah bagian dari amalan ahli surga yang dapat dilihat indikasinya dari ucapan lembut diikuti dengan tindakan mulia.Termasuk aklhlak mulia adalah
#membalas budi baik orang lain dengan balasan yang lebih besar.
akhlak mulia tidak pernah menghalangi dirimu berbuat kebajikan.Akhlak mulia juga tidak Sombong.
Belajarlah melupakan kesalah teman, dan punya sifat pemaaf, segerahlah penuhi kebutuhan mereka, dan bantulah orang yang membutuhkan bantuan

YANG TERBAIK ADALAH YANG DIPILIHKAN ALLAH

SYAIKH ‘ABDUL QADIR JALAINI R.A  Berkata: Janganlah memilih untuk mendatangkan nikmat atau memilih musibah. Karena kenikmatan akan datang kepadamu kalau itu memang bagianmu, baik itu engkau inginkan ataupun tidak.
            Adapun musibah, ia akan datang kepadamu jika itu memang merupakan ketentuanNya bagimu, baik engkau tidak suka atau menolaknya dengan doa, atau berusaha sabar untuk mendapat keridloanNya dalam segala hal, karena Dial ah yang Mahakuasa atas dirimu.
            Apabila engkau mendapat nikmat, maka sibukkanlah dirimu dengan bersyukur. Dan jika musibah yang engkau dapatkan, maka sibukkanlah dirimu dengan bersabar, menerima atau menikmatinya, atau tidak menikmatinya dan membuangnya. Sesuai dengan kondisi yang diberikan, maka engkau berubah-ubah dalam keadaan itu. Engkau berjalan di atas jalan menuju Yang Maha tinggi, yang telah memerintahkanmu untuk mentaatiNya, dan engkau berhenti di suatu padang luas yang gersang menuju beberapa maqam, untuk sampai pada Yang Mahatinggi.

 



IMAN ADALAH KETEGUHAN DAN KEYAKINAN

SYAIKH ‘ABDUL QADIR JAILANI R.A Berkata: Rasulullah saw. telah bersabda:”Tinggalakanlah apa-apa yang meragukanmu menuju apa-apa yang tidak meragukanmu.
              Apabila bergabung antara yang meragukan dan tidak meragukan, maka tinggalkanlah yang meragukan, lalu ambillah dengan sunguh-sungguh apa yang tidak meragukanmu.
              Adapun jika hanya yang meragukan saja dan belum termasuk yang merusak hati, sebagaimana yang disebutkan dalam Khabar(dari Nabi saw)”Dosa itu adalah segala sesuatu yang merusak hatimu” maka berhentilah di situ dan tunggulah perintah batinmu. Apabila datang perintah batin untuk mengambilnya, maka engkau ambil, dan jika dating larangan, maka tahanlah dirimu, dan anggaplah seolah tidak ada, dan kembali serta raihlah rizki di sisi Tuhanmu.

UJIANMU SESUAI DENGAN MAQAMMU

SYAIKH ‘ABDUL QADIR JAILANI R.A. Berkata: Allah ‘Azza wa Jalla akan senantiasa menguji hambaNya yang mukmin sesuai dengan kadar keimanannya. Barang siapa yang besar imannya, dan terus bertambah, maka ujiannya besar pula.
              Seorang rasul, ujiannya lebih besar daripada nabi, karena keimanannya lebih besar, sedangkan ujian seorang nabi lebih besar daripada ujian seorang badal, dan ujian seorang badal lebih besar daripada ujian seorang wali, begitulah masing-masing sesuia dengan kadar keimanan dan keyakinannya.
              Ujian adalah cambuk bagi hati mereka, pengendali jiwa mereka, mwnahan mereka dari berbelot kepada hal-hal yang bukan tujuan mereka dan bukan penciptaan mereka.



SELALULAH BERSANDAR KEPADA ALLAH

مَا تَوَقِّفَ مَطْلَبٌ أَنْتَ طَاِلِبُهُ بِرَبِّكَ وَلاَ تَيَسَّرَ مَطْلَبٌ أَنْتَ طَالِبُهُ بِننَفْسِكَ
Tidak akan sulit suatu permintaan yang engkau mohon dengan menyandarkannya kepada Tuhanmu, dan tidak akan menjadi gampang suatu permintaan yang engkau minta dengan menggantungkannya kepada dirimu sendiri (Ibnu ‘Atha’illah)
              Segala sesuatu yang kita sandarkan kepada Allah akan menjadi mudah. Sedangkan sesuatu yang kita minta dengan bertumpu pada diri kita sendiri, maka akan  menjadi sulit. Karena itu, hendaknya kita meminta sesuatu hanya kepadaNya saja, dan tidak pernah pupus harapan kepadaNya.
              Menurut Muhammad Al-Ghazali, bahwa seseorang bisa memancarkan kekuatan yang besar ketika bekerja kalau sambil mengharapkan dari Allah tekad, kesungguhan, taufik dan keberhasilan.
              Sudah seharusnya kita senantiasa memohon pertolongan kepada Allah dalam segala urusan. Tanpa pertolonganNya sesuatu tidak akan terwujud. (Syaikh Muhammad Al-Ghazali)


Sumber:
Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jailani
Raihlah Hakikat Jangan Abaikan Syariat
Adab-Adab perjalan spiritual
Sulaiman Al-Kumayi
Sarah Al-Hikam_Cahaya Hati Penentaram Jiwa_
(Pesan-pesan Spiritual Ibnu ‘Atha’illah)

No comments:

Post a Comment