Dimuat di Jateng Pos, Minggu 2 April 2017
Judul : My Grandmother Asked Me to Tell You She’s Sorry
Penulis : Fredrik Backman
Penerjemah : Jie Efendie
Penerbit : Noura Books
Cetakan : Pertama, November 2016
Tebal : 496 hlm
ISBN :
978-602-385-164-5
Peresensi : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama,
Jepara.
Naskah ini merupakan resensi versi 2 versi pertama bisa dibaca di sini
Bullying adalah usaha penindasan
yang dilakukan satu atau sekumpulan orang kepada orang lain. Biasanya dilakukan
dengan menekan secara psikologis. Yaitu
dengan memberi ancaman, mengejek, menghina dengan kata-kata kasar atau berupa kekerasan fisik. Yaitu dengan memukul, menendang dan lain
sebagainya.
Sebagaimana yang terjadi dalam novel
ini. Elsa tokoh sentral dalam kisah ini adalah korban bullying
teman-temannya. Dia tidak tahu apa salahnya, tapi dia sering diejek,
bahkan syalnya pernah disobek oleh tiga
kakak kelasnya dan dibuang di tolilet (hal 13).
Gadis kecil berusia tujuh tahun itu setiap hari harus melalui berbagai
kejadian yang menyakitkan di sekolah.
Namun di sinilah uniknya. Elsa meski
seringkali di bully, dia bukan tipe anak yang mudah tunduk dan menerima
kekerasan yang dilakukan teman-temannya. Dia melawan. Bahkan seringkali
berakhir berkelahi hingga dia dan ibunya di panggil ke kantor.
Satu-satunya teman yang Elsa miliki
adalah neneknya yang berusia 77 tahun
dan menderita sakit kanker, tapi memiliki kepribadian yang sanga unik. Sang
nenek-lah yang sering membela Elsa jika dia disalahkan oleh ibu atau kepala
sekolahnya. Sang nenek juga benci dengan teman-teman Elsa yang nakal dan suka
menganggu cucunya.
Dari sang nenek pula Elsa mengenal
dongeng Negeri Setengah Terjaga yang terdiri dari beberapa kota dengan
kelebihan masing-masing. Seperti
Mirevas—kerajaan tempat menjaga mimpi. Miploris—kerajaan yang menyimpan
semua duka. Mimovas—tempat dari mana musik datang. Miaudacas—tempat keberanian.
Mitabolas—tempat para pejuang dan Miamas—tempat banyak dongeng berasal (hal
17). Dia berpetualang bersama nenek
menikmati masa kecilnya dengan suka cita tanpa memikirkan kenakalan-kenakalan
yang sering dilakukan teman-temannya di sekolah.
Sampai pada suatu hari, Elsa tidak
lagi bisa bersama neneknya. Dia harus
rela melepas kepergian neneknya dengan ikhlas. Di sinilah masa paling berat
yang harus dihadapi Elsa. Karena selain sering mendapat bullying di
sekolah, di rumahnya sendiri dia merasa tidak diperhatikan. Apalagi setelah
ibunya menikah lagi dan akan melahirkan bayi lagi. Ada ketakutan yang merongrong Elsa kalau
nanti dia akan terlupakan.
Dan pem-bully-an terhadap
dirinya juga semakin menjadi-jadi. Namun di sisi lain Elasa menyadari mereka
yang membuat masalah dengannya itu, memiliki macam-macam tipe. Ada yang suka menganggu
untuk membuktikan dia lemah. Ada yang menganggu hanya untuk kesenangan; mereka tidak
memukul hanya senang melihat orang yang diganggu merasa ketakutan. Atau ada
yang menganggu karena tidak suka dengan orang yang tidak memiliki prinsip yang
sama (hal 109). Elsa pun bertekada
tidak akan kalah dari semua itu. Dia harus kuat dan berani, meski tanpa
neneknya lagi. Dia tidak akan takut dengan teman-temannya yang suka membuat
ulah pada dirinya.
Membaca novel ini kita akan
dihadapkan pada kisah yang menyentuh dengan gaya bahasa yang unik dan
memikat. Menempatkan anak berusia tujuh
tahun sebagai tokoh utama, sedikit banyak akan membuat kita mengenal tentang
bagaimana pola pikir anak. Apa yang dirasakan ketika mendapat perlakuan yang
tidak baik di sekolah, misalnya ketika dia dikucilkan dalam pergaulan, dan para guru selalu memandang sebelah. Tidak
ketinggalan bagaimana pemikiran anak ketika ditinggal nenek yang paling
disayangi serta mendapati kenyataan
orangtuanya memilih cerai dan lahirnya adik dari ayah tirinya.
Sebuah buku yang patut dibaca. Namun
di sisi lain novel ini juga mengungkapkan tentang pentingnya meminta maaf dan
pemberian kesempatan kedua. Dan perlu kita sadari sebuah penyesalan itu memang
akan selalu berada di belakang, karena itu dalam mengambil berbagai keputusan
kita perlu memikirkannya dengan cermat. Dan dari novel ini juga kita diingatkan
untuk tidak menilai seseorang dari luarnya saja. Beberapa kesalahan yang ada
tidak mengurangi kenikmatan dalam membaca.
Srobyong, 26 Maret 2017
No comments:
Post a Comment