Thursday 27 April 2017

[Resensi] Mitologi dan Dongeng dalam Cerita

Dimuat di Radar Madura, Minggu 9 April 2017 

Judul               : Mata Bara
Penulis             : Diani Savitri
Penerbit           : Gramedia
Cetakan           : Pertama, Oktober 2016
Tebal               : 216 hlm
ISBN               : 978-602-3387-8
Peresensi         : Ratnani Latifah. Alumni Universitas Islam Nahdlatul Ulama. Jepara.


Mitologi adalah sekumpulan mitos dan legenda yang berkisah tentang para dewa dan pahlawan. Sedangkan dongeng adalah kisah-kisah berbentuk khayalan yang menarik dan luar biasa.  Sebagaimana diketahui baik mitologi atau dongeng itu sama-sama memiliki sifat mistis dan ketidakpastian. Hanya saja keberadaan mereka tetap menjadi sajian yang asyik untuk dikulik dan dinikmati.

Dalam kumpulan cerpen  yang dipaparkan dengan gaya bahasa renyah dan memikat ini,  penulis mencoba memadukan unsur mitologi dan dongeng dengan kisah cinta, kehidupan sehari-hari, kepahitan dalam satu kesatuan yang asyik untuk dinikmati. Terdiri dari  16 cerita, kita akan diperkanalkan dengan kisah-kisah yang penuh intrik, dan penuh kejutan.

Sebut saja cerpen yang berjudul “Cerpen yang Menerbangkan Kupu-Kupu dari Untaian Rambuatnya”.  Dalam kisah ini kita dikenalkan dengan sosok Socha gadis cantik yang konon katanya bisa menerbangkan kupu-kupu dari rambutnya (hal 11). Pada awalnya penduduk tidak mempercayai berita itu. Sampai kemudian mereka melihat secara langsung.  Dengan munculnya gadis yang bisa menerbangkan kupu-kupu, maka kehidupan penduduk pun berubah lebih baik. Sebagaimana yang diberitakan, keberadaan gadis itu adalah anugerah dan menjadi ketergantungan bagi penduduk.

Namun siapa sangka, di kala kehidupan peduduk tengah dalam masa kesuksesan, Socha tiba-tiba menghilang. Hal ini tentu saja membuat penduduk kecewa dan marah.  Bahkan sampai ketika keberadaan Socha sudah bisa ditemukan, penduduk tetap tidak berdaya. Cerpen ini memiliki judul panjang dengan ending yang tidak terduga. Penulis memadukan kisah mitos. dongeng dan kehidupan sehari-hari yang kerap dilakukan masyarakat umum.

Kisah lain yang tidak kalah seru adalah “Ros Menemukan Suaminya”.  Dalam kisah ini kita diajak memecahkan misteri keberadaan suami Ros. Setelah kepergiannya yang tanpa kabar, Ros akhirnya berhasil menemukannya. Namun pada titik itu, ditemukannya Satar—nama suami Ros—malah menjadi masalah.  Membuka sesuatu yang tidak pernah diguga Ros, kenapa Satar bisa menghilang tanpa jejak (hal 27).

Pada cerpen ini kita kembali dihadapakan realita kehidupan yang sering dilakukan oleh orang-orang yang rakus dan tidak sabaran. Di mana, tanpa berpikir dua kali berbagai cara dilakukan agar bisa memenuhi nafsu untuk mencapai kepuasan.

Lalu ada pula cerpen yang berjudul “Betina” judulnya sangat padat, tapi juga sangat kuat karena bisa langsung mengundang rasa penasaran.  Belum lagi endingnya yang benar-benar tidak terduga, jika dipikirkan secara logika. Penulis memiliki ide-ide yang suka bertabrakan. Namun disitulah keunikannya.

Di sini cerita berfokus pada toko aku yang memiliki anjing  bernama Izsla—anjing betina. Tokoh aku memiliki kegemaran melakukan lomba pacu hewan dan Izslah adalah lakon utama yang selalu dia banggakan. Karena Izsla sangat pintar dan selalu bisa menyenangkannya. Izalah selalu menang jika ikut lomab pacu hewan. Apalagi karena Izsla juga kekayaan si tokoh aku semakin melimpah ruah. 
Namun pada suatu waktu, Izsla memperlihatkan sikap yang membuat tokoh aku marah. Hingga pada puncaknya mereka bertengkar dan diakhiri dengan kenyataan yang tidak terbayangkan (hal 44).

Membaca buku ini, kita akan diajak berpetualang dengan kisah-kisah yang tidak terduga.  Yang menarik lagi dari kumpulan cerpen ini adalah perihal ide-ide yang dimiliki penulis. Idenya tidak biasa dan akan membuat pembaca terkaget-kaget. Hanya saja ada beberapa cerpen yang menurut saya agak lamban.  Dan perihal cover back yang terasa kurang menarik. Tapi lepas dari itu, secara keseluruhan buku ini sangat asyik untuk dinikmati.

Membaca buku ini kita bisa mengambil sedikit gambaran realita kehidupan yang sering terjadi saat ini dan memetik hikmahnya untuk perbaikan diri. Dari cerpennya penulis mencoba mengingatkan bahwa dalam hidup kita janganlah suka mengandalkan sebuah mitos atau dongeng masa lalu. Yang terpenting adalah kita harus mau berusaha dan tidak mudah menyerah. Pesan lainnya adalah janganlah menjadi pribadi rakus yang rela menjual diri demi kekayaaan. Karena penyesalan selalu berada di akhir.

Srobyong, 1 Januari 2017 

No comments:

Post a Comment