Tuesday 26 April 2016

[Review] Unexpected Love, Cinta di Tengah Permasalahan Rumah Tangga


Judul               : Unexpected Love
Penulis             : Nurillah Iryani
Editor              : Weka Swasti
Penerbit           : Stiletto Book
Cetakan           : 1, November 2015
Halaman          :  175 hlm
ISBN               : 978-602-7572-43-0

“Karena pernikahan  itu penuh cobaan. Saat itu terjadi, yang dibutuhkan  adalah pengertian.” (hal. 110)
           
Membaca novel karya Nurillah Iryani mengingatkan, bahwa mengarungi bahtera rumah tangga itu tidak selamanya berjalan mulus.  Karena kadang ada kalanya pernikahan itu penuh percobaan. Kesetiaan diuji dan pengertian satu sama lain sangat diperlukan. Hanya saja mampukan seseorang menurukan ego yang dimiliki demi sebuah ikatan?

Novel ini menceritakan tentang Anya.  Perempuan urban yang memang lebih mementingkan karir daripada cinta. Yang memiliki pandangan single itu jauh lebih baik daripada berada dalam relationship yang membuat tidak bahagia. (hal. 7)

Lalu Radit yang tengah bermasalah dengan pernikahan yang sudah dijalaninya selama 10 tahun terakhir bersama Gina. Awalnya pernikahan mereka nampak baik-baik saja. sampai kemudian kenyataan Gina yang tidak bisa memiliki anak, membuat perempuan itu teramat sedih dan kemudian memilih sibuk dengan pekerjaannya sebagai penggacara kondang. Hal ini membuat Radit merasa kosong. Dia memiliki istri tapi seperti menjadi lelaki lajang.

Di tengah keadaanya yang tengah tidak stabil itu, dia bertemu Anya. Sikap Anya yang polos dan menyenangkan membuat kekosongan yang selama ini Radit rasakan perlahan mencair. Bersama Anya dia seperti mendapat udara baru yang menyegarkan.

Bagi sebagian orang yang sudah menikah sering mengatakan ini, “It’s good tobe alone sometimes.” Tapi tidak dengan Radit. Dia malah sebaliknya. “I’m sure good to be together sometimes.” (hal. 48)
Kesibukan Gina membuat Radit benar-benar merasa kesepian. Dia selalu ingin memperbaiki hubungan itu. Dia ingin mempertahankan pernikahan yang sudah dibangun. Radit bahkan tidak marah dengan kekurangan Gina yang tidak bisa memiliki anak. Tapi ternyata hal itu tidak semudah perkiraannya karena Gina tetap memilih berjibaku dengan pekerjaanya dan selalu sensitif jika menyinggung masalah anak.

Anya sangat tahu, bahwa Radit adalah lelaki yang sudah beristri. Tapi apa salanya berteman dengan lelaki yang memiliki istri. Apakah berteman itu dosa? Itulah pemikiran Anya pada awalnya. Meski pemiriran itu ditolak mentah-mentah oleh Muti, sahabatnya.

Hanya saja apakah benar kedekatan antara laki-laki dan perempuan bisa hanya sebatas teman? Itulah yang menjadi permasalahannya sekarang. Mengingat berbagai kejadian yang selama ini mereka alami, baik Radit dan Anya merasa menyadari ada segaris perasaan aneh yang harus ditepis.  Entah bagaimana kisah mereka. Apakah Anya akan menyerah dengan perasaanya? Dan siapa yang nanti akan dipilih Radit mengingat rumah tanggnya memang sudah kacau balau.

Novel ini asyik. Gaya bahasanya ringan dan enjoy untuk dinikmati. selipan-selipan komedi yang ada cukup membuat senyum mengembang. Memakai sudut pandangan orang pertama dari masing-masing tokoh, membuat seolah bisa menyelami karakter masing-masing. Hanya saja kadang masih terasa ada persamaan dari tutur bahasa dari Radit dan Anya. Untungnya memang ada kebiasaan yang menjadi ciri khas keduanya yang bisa langsung mengingatkan bahwa ini adalah Radit—yang suka mengatakan ketek dan Anya—dengan kutu-nya. Tapi entah kenapa porsi antara Anya dan Radit malah lebih banyak Radit, ya? Tapi lepas dari itu novel ini patut dibaca. Karena akan membuka mindset lain tentang celah sebuah perselingkuhan.

Kisah ini mengingatkan bahwa dalam membina pernikahan hal yang terpenting adalah saling keterbukaan dan pengertian.  Pernikahan tidak akan berjalan jika hanya satu pihak yang selalu berusaha mengalah.

Setiap permasalahan yang ada dalam rumah tangga itu harus diselesaikan berdua. Seberapa berat keadaan seseoang harusnya berusaha move on bukan malah menyalahkan diri sendiri terus hingga membuat orang lain ikut tertekan.

Quote yang aku sukai dari novel ini adalah :

You know, making someone happy will always make you happy too. (Hal.  76)

Ternyata kehilangan satu sahabat itu lebih berat daripada kehilangan emas sekarung.  Emas sekarung bisa dicari lagi meskipun mungkin ngumpulinnya harus sampai jompo. Sedangkan sahabatkan, enggak ada yang jual. (Hal. 95)

Srobyong, 25 April 2016

No comments:

Post a Comment