Tuesday 12 April 2016

[Review] Akibat Keputusan yang Gegabah


Judul buku                  : The Unbroken Vow
Penulis                         : Kezia Evi Wiadji
Penerbit                       : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan                       : 1, September 2015
Halaman                      : 227 hlm
ISBN                           : 978-602-03-1963-6

Novel ini mengajak untuk berpikirkan dengan masak sebelum mengambil keputusan. Bisa jadi keputusan yang diambil dengan cepat akan menimbulkan penyesalan dan akan berdampak pada kondisi psikologi anak juga penyesalan lain yang tidak terprediksikan.

Di usia yang relatif muda Ivy Sutedja boleh berbangga hati dengan segala prestasi yang dimiliki.  Usaha bridal yang mapan, putri kecilnya, Cindy yang manis dan kebersamaannya dengan pria tampan—Ethan Wicaksana. Namun itu dulu sebelum semua berubah karena ketidakcocokan yang membuat mereka akhirnya memutuskan untuk bercerai. (hal. 71)

Perceraian ini tanpa orang ketiga yang melatarbelakangi keputusan mereka. Tapi murni karena mereka baru menyadari bahwa cara pandang yang berbeda membuat mereka tidak lagi berjalan pada arah yang sama. Yang ada hanya pertengkaran demi pertengkaran, bentakan hingga tangisan. Keputusan mereka cukup sukses membuat Marta—ibu Ethan syok dan tidak terima. Dia sudah menganggap Ivy seperti anak kandungnya. Ditambah lagi Cindy, putri mereka yang juga secara naluriah menentang perpisahannya ini.  Gadis kecil berusai 4 tahun itu mulai rewel. Tidak mau sekolah, sering mengigau, bermimpi buruk dan berakhir dirawat di rumah sakit. (hal. 74) Melihat kejadian demi kejadian itu, Ivy dan Ethan mulai berpikir ulang tentang keputusan mereka. Keputusan yang ternyata berdampak buruk dan membuat banyak orang sedih.

Ivy dan Ethan mulai berkerjasama untuk kebaikan Cindy. Mereka mungkin sudah bercerai ..., tapi panggilan sayang tidak pernah berubah. Mereka menjadi teman lewat Cindy sebagai penghubung. Membagi waktu agar bisa meluangkan waktu bersama Cindy. Mereka mulai saling memahami dan memberi support. Sampai kedatangan Sally mengubah jalan cerita mereka. (hal. 77) Ivy  tidak setuju ketika Ethan memberitahukan bahwa dirinya  menjalin hubungan dengan Sally, yang notabene adalah guru Tk Cindy. Tapi bagaimana bisa Ivy mencela? Dia tidak punya hak. Ethan saat ini tidak lagi memiliki ikatan. Namun, entah kenapa ada sudut kecil hati Ivy merasa cemburu.

Ivy tahu, dia tidak boleh bersikap seperti itu. Dia harus move on. Lagipula Ethan bahkan sudah memutuskan akan menikah dengan Sally. Di saat Ivy berusaha tegar, sosok Max muncul dan memberi warna pada kehidupannya. Max yang perhatian dan menerima Ivy apa adanya. Cindy pun suka dengan Max yang sudah dianggap sebagai pahlawan. Hanya satu orang yang merasa gelisah dengan kedekatan Ivy dan Max. Ethan, entah kenapa dia tidak rela melihat mantan istrinya tersenyum padaa pria lain. Meskipun dia tahu Max adalah pria baik-baik.

Dalam dilema memikirkan perasaan terselubung yang tidak Ethan pahami dengan baik, dia menemukan sesuatu yang membuat hatinya berdesir dan terasa kaku. Sebuah rahasia yang selama ini meneror Ivy.  Entah keputusan apa yang akhirnya Ethan ambil. Membantu Ivy dari teror masa lalu atau melanjutkan rencana pernikahannya dengaan Sally. Dan Entah bagaimana pendapat Max yang saat ini posisinya adalah sebagai pria yang dekat dengan Ivy. Serta apa yang nantinya Cindy rasakan ketika mengetahui kebenaran semua ini.

Novel dengan teman cinta dan keluarga yang manis. Dalam novel ini pembaca diajaak untuk menyelami lebih dalam tentang potret keluarga yang memutuskan untuk bercerai. Bagaimana nasib sang anak, juga kehidupaan mereka selanjutnya.  Ada pesan tersirat yang disampaikaan dalam buku ini.  Bahwa dalam memutuskan sesuatu itu harus dipikirkan dengan masak-masak. Sehingga tidak menimbulkan penyesalan dikemudiaan hari dan tidak berdampak buruk hingga membuat orang lain merasa terluka, khususnya untuk anak.


Juga sebuah pesan dalam kalimat ini, “Semua orang mengalami masalah, karena ... bergitulah hidup. Selama kita bernapas, masalah akan selalu ada. Intinya, kamu akan memakai kacamata apa dan bagaimana kamu menyikapinya.” (hal. 216) Recomended untuk dibaca. Mengajari berpikir luas, tidak gegabah. 

No comments:

Post a Comment