Sunday 24 April 2016

[Review] Dari Mitos Yunani, Masa Lalu dan Cinta

Judul               : Summer Triangle
Penulis             : Hara Hope
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan           : Ketiga, Januari 2016
Halaman          : 176 hlm
ISBN               : 978-602-03-2322-0

Summer Triangle  merupakan  Juara 2 dari Lomba Novel Teelit Gramedia Pustaka Utama 2005. Sebuah novel yang mengambil tema perbintangan dipadukan dengan mitos yunani yang menjadi warna dalam kisah ini.  Tentang cinta, persahabatan juga keluarga.
Menceritakan tentang sosok Vega. Dia gadis yang duduk dibangku kelas XI IPA 3 SMA Arcadia Jakarta. Dia setuju melakukan tantangan yang diajukan bokapnya untuk memotret bintang jatuh  karena diiming-imingi hadiah.  Padahal dia tahu melakukan hal itu adalah hal mustahil.
Tapi bukan Vega kalau tidak mau mencoba dan cepat menyerah. Dia bahkan nekat bolos sekolah demi memotret  bintang jatuh.  Dia mendapat kabar kalau di Pantai  Parangtritis  langitnya tampak luas dan indah, jadi mungkin itu tempat yang pas dijadikan untuk perburuannya.  Bersama Wiwi sahabatnya, mereka duduk manis menunggu bintang duduk di pasir Parangtritis beralasakan tikar. (hal. 23)
Namun saat berkosentrasi menanti bintang jatuh segerombolan  lelaki yang terlihat mabuk mendekati mereka. Sontak saja Vega dan Wiwi ketakutan. Untungnya sebelum kejadian buruk terjadi seseorang datang menolong mereka—Nina. Teman mereka satu sekolah. Cuma beda kelas.  Sejak kejadian itu mereka pun menjadi dekat.
Vega, Wiwi dan Nina, dalam pandangan Rio mereka adalah summer triangle. “Lo mirip Lyra, Wiwi mirip Cygnus dan Nina mirip Aquila. Kalian dari latar belakang yang berbeda tapi klop banget. Pertemuan kalian bertiga sejak awal pasti bukan karena kebetulan, tapi sudah digariskan dengan tujuan tertentu.” (hal. 67) Rio meyakini mereka adalah reinkarnasi dari summer triangle.
Tentu saja Vega tidak bisa percaya begitu saja. Atas dasar apa Rio yang notebane selama ini adalah musuh bebuyutannya mengatakan semua itu? Apalagi ditambah cowok itu mengaku Orefeus, pemilik Lyra—yang artinya harpa dan berarti Vega itu sendiri.
Belum kelar keanehan yang Vega rasakan, keanehan lain muncul dari sikap Nina yang menadak sewot ketika Vega menceritakan tentang  Rio yang sempat mengajaknya ke puncak untuk melihat summer triangle.  Apa hubungan antara Nina dan Rio sebenarnya?
Dan perasaan Vega semakin tidak karuan ketika Nina menceritakan sesuatu tentang Rio. Kisah yang selama ini tidak pernah Vega dengar. Dia sangat bingung haruskah dia mempercayai cerita Nina atau tidak. Kebingungannya semakin menjadi ketika tiba-tiba Rio tidak masuk kelas. Memang selama ini mereka lebih sering bertengkar, tapi tetap saja sebagai manusia biasa ketika mengetahui temannya tidak berkabar, Vega tetap khawatir.  Cowok itu masuk rumah sakit.
Entah  apa yang sebenarnya terjadi dengan Rio. Dan kenapa pula dia sangat mempercayai mitos tentang summer triangle dan terlihat tidak suka dengan keberadaan Nina. Vega sungguh bingung.  Ada kisah apa di balik summer triangle?
Novel ini dipaparkan dengan bahasa yang sangat renyah—khas remaja hingga asyik ketika membacanya.  Banyak kejutan yang membuat kisah ini semakin menarik untuk diikuti. Dari novel ini juga akan membuat kita mengenal lebih jauh tentang astronomi—khususnya tentang bintang.  Penulis sangat piawai menjelaskan dengan detail tentang  bintang dan mitos yunani.
Tentang beberapa kesalahan tulis dan pada beberapa bagian yang menurutku masih agak loncat-loncat, tetap tidak mengurangi kesyikan membaca kisah ini.  Keseluruhannya novel ini asyik buat dibaca. Karena tema yang diangkat memang terlihat berbeda dari kebanyakan teenlit lainnya. Recomended.
Novel ini mengajarkan kita untuk bersikap terbuka, baik itu pada teman juga keluarga. Serta mengajarkan untuk tidak terjebak pada masa lalu.  Kita harus move on dan tidak membuat diri sendiri menderita dengan terus menerus menyiksa diri. Kita harus percaya bahwa setiap musibah pasti ada hikmahnya.
Beberapa quote yang aku suka dari novel ini adalah
Bintang itu ciptaan Tuhan. Kita juga ciptaan Tuhan. Masa sih ciptaan Tuhan menentukan nasib ciptaan Tuhan lainnya? (hal. 69)   Mengingatkan kita bahwa hanya Tuhan-lah yang Maha Kuasa atas takdir makhluknya, bukan benda-benda langit atau sesuatu ciptaan Tuhan.

Memangnya jadi mama harus melahirkan? Kalau  melahirkan tapi nggak sayang sama kita? Yang namanya mama itu  orang yang sayang pada kita, yang mau dengerin keluh kesah kita, yang mau nemenin  kita pas sakit, yang mau marahin kita. (hal.119) Kita tidak boleh menilai orang dari covernya saja. Memang banyak dari ibu tiri yang terlihat jahat, tapi tidak semua ibu tiri itu jahat. Jadi kita harus selalu berpikir positif. 
Srobyong, 24 April 2016 

No comments:

Post a Comment