Monday 18 April 2016

[Review] Dunia Cecilia; Dialog Antara Manusia dan Malaikat



Judul               : Dunia Cecilia
Penulis             : Jostein Gaarder  
Penerjamah      : Andityas Prabantoro
Penerbit           : Mizan
Cetakan           : Pertama, Juni 2015
Halaman          : 216 halaman
ISBN               : 978-979-433-886-5

Alam semesta maupun surga adalah misteri akbar yang tak bisa dipahami manusia di Bumi ataupun malaikat di Surga.  (hal. 187)

Novel ini menceritakan tentang gadis kecil bernama Cecilia. Cecilia adalah seorang gadis kecil yang tengah sakit keras. Sehari-hari, dia hanya bisa menghabiskan waktu di kamar. Kebiasaannya adalah menghintung cincin di rel gorden. Atau menghitung malajah Science Ilustrated yang bertumpuk di bahwa meja tulisnya.  Dia juga suka menulis di “Diari Cina” yang disembunyikannya di kolong meja. Diari itu pemberian dokter di rumah sakit. Hanya saja Cecilia merasa agak kesulitan menulis karena tidak punya tenanga. Juga tidak punya bahan untuk ditulis. (hal. 11)

Sampai pada suatu hari, Cecilia melihat satu sosok yang duduk di pinggiran jendela kamarnya. (hal. 28) Sosok itu mengenakan  jubah puting panjang dan bertelanjang kaki. Sosok itu mengaku bernama Ariel yang mengaku sebagai malaikat. Sejak itu Cecilia sering melakukan dialog dengan Ariel. Mereka membuat berjanjian. Cecilia akan memberitahukan segala sesuatu tentang bagaimana rasanya menjadi manusia dan Ariel akan menceritakan segala sesuatu tentang surga.

Ariel menjelaskan kenapa malaikat tidak memiliki rambut. “Kulit dan rambut tumbuh di badan dan meluruh sepanjang waktu. Keduanya berhubungan dengan darah dan daging dan menjadi pelindung dari debu dan kotoran, panas dan dingin. Kulit dan rambut  punya kaitan dengan binatang dan tak ada kaitannya dengan malaikat.” (hal. 49)

Dari percakapan dengan Ariel, Cecilian baru tahu bahwa malaikat  tidak melakukan seperti yang dilakukan manusia—memotong kuku atau sikat gigi.  Hanya saja Ariel mengatakan bahwa antara malaikat dan manusia, walaupun berbeda mereka  ternyata memiliki persamaan. “Malaikat dan manusia sama-sama punya ruh yang diciptakan Tuhan. Tapi manusia juga punya badan yang tumbuh. Kau tumbuh dan berkembang seperti tumbuhan dan hewan.” (hal. 49) Dan Ariel menambahkan, “Kau adalah hewan dengan ruh malaikat, Cecilia. Itu berarti kau diaugerahi hal-hal terbaik dari dua dunia.” (hal. 50)

Lalu Cecilia bertanya apakah malaikat memiliki jenis kelamin atau tidak, Ariel dengan tangkas mengatakan, “Perbedaan aneh semacam itu tidak pernah ada di surga.” (hal. 51)

Belum puas, Cecilia pun bertanya lagi, kepada Ariel kenapa dia tidak memiliki sayap. Namun pertanyaan itu malah ditertawakan Ariel. “Sayap malaikat hanyalah takhayul kuno yang dimulai pada masa ketika manusia menganggap Bumi ini datar seperti kue dadar,  dan bahwa malaikat sepanjang waktu terbang pulang-pergi antara surga dan Bumi. Sebenarnya tidak sesederhana itu.” (hal. 84)

Dialog antara Ariel dan Cecilia terus berlanjut. Cecilia adalah gadis kecil yang sangat kritis dalam bertanya. Dan Ariel dengan sabar menjelaskan semuanya.  Ketika gadis kecil itu bertanya tentang surga, Ariel menjawab, “Pertama-tama, kau harus memahami bahwa sekarang kau sudah berada di surga. Inilah Bumi Surgawi, Cecilia. Inilah Taman Firdaus tempat tinggal manusia. Para malaikat tinggal di tempat-tempat lainnya.” (hal. 157-158)

Cecilia sungguh bingung dengan penjelasan Ariel, sehingga otak kritisnya itu kembali mengeluarkan pendapat lagi. “Aku selalu bertanya-tanya di manakah surga berada, tapi tak seorang pun astronot pernah melihat Tuhan atau malaikat.” (hal. 158)

“Tak seorang pun ahli bedan otak pernah menemukan pikiran dalam di dalam otak. Dan tidak seorang pun psikolog pernah melihat mimpi orang lain. Itu tak berarti pikiran dan mimpi tak benar-benar ada di dalam kepala manusia.” (hal. 158)

Novel karya Jostein Gaarder ini memenangi Norwegian Bookseller Prize dan diadaptasi ke dalam film yang juga memenangi Amanda Award—anugerah tertinggi perfilmann Norwegia pada tahun 2009. Novel ini juga telah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa dan terjual lebih dari 2,5 Juta Kopi.

Sebuah novel yang menggabungkan antara fiksi dan filosofi, bisa dijadikan untuk renungan karena sangat sarat makna. Mengingatkan bahwa segala alam dan isinya baik di dunia juga diakhirat,  hanya Tuhan-lah  yang Maha Mengetahui. Dipaparkan dengan bahasa yang renyah dan mudah dipahami. Recomended untuk dibaca.  

2 comments:

  1. Wah....sepertinya menarik, dulu waktu baca dunia sophie harus baca berulang-ulang biar paham betuk hhhehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak meski agak berat tapi memang menarik. Aku juga baca ini berulang biar paham sepaham-pahamnya. ^_^

      Delete