Yang Beda Kadang Luar Biasa
Judul Buku : Miss Katalis
Penulis :
Butet Benny Manurung
Penerbit : Anza
Tahun Terbit : Februari 2013
Tahun Terbit : Februari 2013
Tebal : vi+ 188 hlm ; 13 x 19 cm
Isbn :
978-602-18303-4-5
Namanya Agustina Hotma
Mahardika. Namanya yang agak aneh jika itu dipakai seorang perempuan. Yaiyalah,
nama itu cocoknya dimiliki anak laki-laki. Masak seorang anak perempuan
dipanggil Agus? Seperti anak laki-laki. Tina?
Menurutnya pemilik nama itu Tina itu nama udik. Nanti bisa dipanggi Tin—sama dong
dengan panggilan pembokatnya—Mbak Titin. Ogah. Hotma? Tambah aneh lagi. Dika? Masih saja nama laki-laki. Hardi? Ah kenapa semua menjurus nama cowok
sih. Mahar? Memangnya mau kawin. (hal.
1-3)
Bahkan nama saja hancur
seperti ini. Sungguh malang nian nasibnya. Untuk segera dia mendapatkan nama
panggilan Gina yang diambil dari AGustINA. Kan ada Gina di sana meski harus
nyebrang. ( hal. 6)
Sudah soalnya nama, kin
membahas soal wajah dan kepintaran. Gina sungguh malang. Perpaduan antara ayah
dan ibunya sungguh tak berpihak padanya. Bayangkan ayahnya seorang jenius—seorang
dosen, tapi tak banyak kepintaran yang menempel padanya. Ibunya yang cantik
juga tak mewarisi kecantikan untuknya. Sungguh hidupnya sangat nelangsa. Berbeda
jauh dengan adinya—Margaretha Aurora Dyia—oh namanya secantik rupanya. Dan disitu
kadang Gina merasa sedih. Ini sungguh tak adil. (hal. 9)
Untunglah sang papa selalu
memberi semangat padanya. Mengatakan bahwa cantik itu relatif, meski
sejatinya jelek itu mutlak. Nah lho.
(hal. 15)
Namun sejelek-jelekknya orang
pasti dong ada kegunaannya—emang barang? Maksudnya berguna bagi orang lain. Yah,
setelah pembicaraan tak sengaja dengan sang ayah tentang katalis. Tiba-tiba
Gina kepikiran untuk menjadi seorang
miss katalis. Dia harus bisa. Katalis TIDAK BOLEH IKUT BEREAKSI DAN TIDAK BOLEH
DITEMUKAN DI AKHIR REAKSI. (hal. 32)
Katalis hanya mempercepat
prosesnya. Nah sedikit bingungkan. Kenapa Gina pengen jadi miss katalis. Eit...
tunggu dulu katalis bagi gina itu ya mak comblang. Bukan mau meneliti seperti
ayahnya yang seorang dosen itu. salah besar kalau kalian menebaknya seperti
itu.
Yakin dengan pilihannya, Gina segera hunting buat
mencari client pertama. Timingnya pas banget Thalita sahabatnya yang superduper
cantik sedang galau karena naksir Marchel. Tapi sayang Thalita menolak karena
belum percaya sepenuhnya sama Gina. Ngenes banget. Untung ada Mbak Titin yang
akhirnya jadi kelinci percobaannya.
Sudah dengan Mbak Titin, pada
akhirnya Thalita mau tuh dicomblangin Gina. Gina merasa tersanjung. Dia segera
beraksi mendekati Marchel. Bahkan sampai dibela-belain ikut gabung di majalah
sekolah (hal. 92)
Dari sinilah, entah kenapa
semua jadi runyam. Gina yang harusnya tidak ikut bereaksi nyatanya juga kena. Oh.
Apa yang harus dilakukan? Dia sudah
berjanji pada Thalita. Ah ... dilema banget. Satu sisi dia senang bisa dekat
dengan Marchel yang sudah sangat akrab. Marchel bahkan sering memujinya. Mereka
sungguh dekat. Satu sisi dia tidak mau sahabatnya menderita. Pilihan
yang sulit. Sakitnya tuh di sini. Tapi dia juga cinta ..., seolah sisi jahatnya
tak mau kalah.
Di tambah lagi, tiba-tiba ada
client darurat yang harus diselamatkannya. Oh. Kenapa ini harus terjadi? Gina
sungguh tak mengerti. Dibantu Harry dia mencoba menyelamatkan pernikahan papa
dan mamanya yang diambang kehancuran. Ini sebenarnya ada apa sih, kenapa jadi
melankolis gini.
Demi menyelamatkan orang yang
dicintai, dia sampai rela melakukan hal gila. Pokonya sangat gila deh. Tapi dari
kegilaan itu malah muncul anugerah. Wow. Anugerah yang sangat tidak pernah
dibayangkan Gina sebelumnya. Cinta yang dulunya selalu berusaha ditolak. Apakah
kali ini juga sama atau akhirnya Gina Luluh juga.
Temukan jawabannya di buku
ini. :D
Srobyong, 12 April 2015
pasti menarik..
ReplyDeletekalau boleh usul, halaman posting jangan dibuat transfaran..huruf-hurufnya jd tidak begitu kelihatan.. atau mataku aja kali, ya? ^-^
Saran ditampung Mbak. Ini aku juga masih bcari-cari ganti back ground :D tapi bingung
Delete