Cahaya Mahabbah
Kazuhana El Ratna Mida
Judul Buku : 77 Cahaya Cinta di Madinah
Penulis : Ummu Rumaisha / Ririn Rahayu Astuti Ningrum
Penerbit :
Al-Qudwah Publishing
Tahun Terbit : 2015
ISBN : 978-602-317-023-
Halaman :
264 halaman (vii+256 halaman)
Kisah 77 cahaya cinta terdapat di sini. Menjadi
obat pelepas dagaha, yang haus aka sinar cinta dari Allah. Sungguh kisah yang
tertoreh dalam buku ini, mampu membuat hati ikut bergetar merasakannya. Tentang
cinta pada sesama, Rasul juga Allah.
Pertama kisah dibuka dengan cinta suci
dari Abu Al-Ash bin Rabi’ dan Zainab. Kisah dua insan yang terpisah karena
perbedaan keyakinan. Yah, mereka dulunya menikah sebelum kenabian. Ketika Zainab
putri Rasulullah memilih mengikuti Islam, sang suami tetap bertahan dengan
keyakinan nenek moyang. (hal. 9)
Apa mau dikata, cinta yang terhalang
sekat itupun tak bisa diraih. Mereka berpisah meski cinta masih menggelayuti.
Kisah kedua masih tentang Zainab dan Abu
Al-Ash bin Rabi’. Setelah enam tahu berpisah mereka bertemu lagi, meski itu
bukan untuk kembali. Zainab hanya menolong orang yang pernah dicintai, ketika
dia datang meminta perlindungan. Saat itu Abu Al-Ash bin Rabi’ dan rombongnnya kembali ke Makkah setelah
berdagang di negeri Syam. Namun, mereka bertemu rombongan muslim hingga saling
bersitegang, dengan akhir harta mereke dirampas tentara muslim. (hal.12)
Diam-diam Zainab masih mengharap Abu
Al-Ash mau memeluk islam dan kembali melanjutkan kisah cinta mereka, namun
harapan tetaplah harapan. Abu Al-Ash tetap dengan pendiriannya. Dia datang
hanya untuk menggambil hartanya yang diambil. Lalu, Nabi pun memerintahkan
kaumnya untuk mengembalikan harta Abu al Ash. Siapa sangka cahaya itu pun
akhirnya menyapa.
Ada juga kisah tentang Keikhlasan
Fatimah Az-Zahra dalam menolong sesama. Kalung yang diberikan pada seorang
kakek membawa berkah yang tak rekira. Dari satu tangan ke tangan lain, bahkan
kembali lagi ke tangan Fatimah. Skenario Allah sungguh indah untuk hamba-Nya.
(hal 16-19)
Lalu tentang kisah Zaid bin Harist yang
berbuka dengan bidadari. Allah hu Akbar—maha besar Allah untuk hamba yang telah
dipilih-Nya. Berkat keimanan dan keteguhan hatinya, Zaid bisa berbuka dengan
Bidadari-rizki yang tidak disangka. (hal.22)
Kisah yang lain tentang Julaibab menjadi
rebutan bidadari. Dia bukanlah seorang yang tampan—malah lebih tepatnya dikenal
dengan seorang yang buruk rupa. Namun, Allah tak melihat dari rupa hambanya. Melainkan
berdasarkan akhlak yang dimilikinya. Bahkan Julaibab bisa menikahi putri
pemimpin Anshar yang cantik jelita. Yang lebih mengejutkan dia bahkan dijadikan
rebutan para bidadari ketika dia syahid di peran uhud. (hal. 37)
Tak tertinggal kisah Amr bin Uqaisy ‘Masuk Surga Tanpa Shalat’. Allah
memang Maha Besar. Memiliki cara tersendiri untuk mengangkat derajat hamba yang
dipilih. Keburukan yang pernah dimiliki di masa lalu, bisa terhapus dengan cahaya
terang yang sudah menyapa qalbu. Subhanallah. (hal. 158)
Juga tentang kisah Halimah as-Sya’diyah ‘Menyusui
Jiwa Yang Berkah’. Ketika mencinta Kekasih-Nya, maka berkah pun ikut menyertai.
Semua itu sudah dibuktikan Halimah ketika dia menyusui Nabi Muhammada, hamba
yang dipilih. (hal. 248)
Tak ketinggalan kisah-kisah lain yang
menyentuh hati. Menguatkan iman, semakin ingat dengan keagungan Allah.
Kisah yang dipaparkan di sini sungguh menggugah
hati. Memberi cahaya terang, sebagai pelajaran yang patut diteladi. Kisah-kisah
sahabat yang kadang terlupakan, karena terkiskis zaman.
Dengan gaya bahasa yang mudah dipahami,
penulis menceritakan kembali kisah-kisah yang begitu mengharukan. Jika cinta
yang mereka miliki bersandar pada Allah dan Rasul-Nya. Insya Allah, keberkahan
akan selalu menyertainya.mSebuah renungan untuk bermuhasabah diri. Semoga Allah senantiasa
memberi rahmat serta hidayah untuk kita semua. Aamiin.
Srobrong, 5 April 2015
Re-Post dari artikel saya yang pernah dimuat di web bersamadakwah.
Re-Post dari artikel saya yang pernah dimuat di web bersamadakwah.
No comments:
Post a Comment