Saturday 18 April 2015

Review : Ketika Cinta Menjadi Dewa



Ketika Cinta Menjadi Dewa
Senang bisa mendapat buku –Peri Pecicilan bareng novel Miss Katalis pas beli buku karya Bang Oke suderajat Ghost Next Door.  Bisa buat belajar nulis,  serta menemaniku belajar meresensi :) 

Judul buku      : Peri Pecicilan
Penulis             : Reni Erina
Tahun Terbit    : Nopember 2012
Penerbit           : Anza
Tebal               : viii +164; 13 x 19 cm
ISBN               : 978-602-18303-3-8

Ini bukan  novel, ya. Tapi kumcer—kumpulan cerpan dari Mbak Reni Erina yang dulunya dimuat diberbagai majalah remaja. Ada Majalah Gaul, Gadis, Anita Cemerlang, Kawanku, Horospop, Hai dan G2.
Kumcer ini terdiri dari 14 cerpan yaitu : Cerita Cinta Melan, Peri Pecicilan, Yang Tak Bisa, Arghh Tidakkk, My Best Friend, Ima, Kerlip Bintang, Nando, Rival, SMS dari Nana, Duka Dina, Cinta itu..., Pulang, Kita Lihat Saja, dan Cinta Begitu Hebat.

Membaca cerpen-cerpen di atas, akan membuat sebal—marah-marah nggak jelas. senang juga gemas. Semua bercampur aduk. Atau bilang kok bisa, sih. Kenapa. Ah, rasanya kayak nano-nano gitu.
Kenapa, karena cerita dikemas apik oleh si penulis. Gaya bercerita lalu keluesan membawa pembaca hingga pada titik klimak cerita. Kamu akan kaget dengan ending-ending yang tak terkira. Kok jadi gini, ini belum selesai apa bagaimana.
 
Salah satu cerpennya yang berjudul Peri Pecicilan. Di mana cerita ini berkutat pada Sarah  yang selalu ramah pada siapapun cowok di sekolah. Padahal dia tuh sudah punya cowok keren macam Abe.  Sewot dong Abe. Marah karena merasa ceweknya kecentilan pake banget. Mentang-mentang cantik seenaknya sendiri. Emang gue dianggap apaan. Begitulah kira-kira perasaan Abe.

Belum lagi kalau diingatkan Sarah selalu punya alasan, ngondokkan. Jadilah Abe pada tahap dongkol tingkat akut. Abe mulai mendiamkan Sarah.  Ini sebenarnya yang salah siapa, sih. Abe atau Sarah. Trus bagaimana kelanjutan kisahnya. Baca sendiri aja, deh. Biar tahu. Hehh.
 
Yang kedua Aargh .... Tidakkk. Ini tentang si kembar Raymond dan Renald yang sangat tidak patut dibilang kembar. Itu sih menurut Airin. Habis sikap mereka kayak bumi dan langit. Jauh. 

Raymond selalu mengusik ketenangannya. Sok cari perhatian sok yakin kalau Airin memang suka dia. Padahal bagi Airin itu sangat menyabalkan. Tipe cowok yang disukai itu seperti Renald, tapi itu cowok pasif banget. Bikin ngondok juga. Adiknya sudah susah payah, eh dia kalem aja. Jangan-jangan emang nggak suka.  Paling Cuma sapa sekilas doang. Walau jujur itu sudah membuat Airin melayang. Trus nanti jadinya sama siapa, ya Raymond atau Renald. Cari tahu sendiri deh. Pasti mak jleb.

Lalu berlanjut cerpen Bagai Sekerlip Bintang. Wina dia tak pernah menyangkan akan kembali bertemu dengan Kim—teman satu geng Roy—yang dulunya pacar Wina saat SMP. Pertemuan dengan Kim membuka tabir masa lalu. Rasa yang dulu membelenggu. Wina juga tahu sudah ada Lili dalam kehidupan Kim. Tapi dia tak bisa menghalau rasa itu, lagi pula Kim juga masih selalu datang jika dia butuh. Saling merasakan rindu. Namun, ada waktunya bukan ketika seseorang itu harus tegas untuk memilih. Di mana Wina harus siap antara pergi atau bertahan atas nama cinta. Dia sungguh tak tahu. 

Ada juga Rival. Menceritakan tentang aku—atau bisa disapa Pram. Cowok yang merasa paling keren di seantero sekolah. Lebih aneh lagi, kenapa dia yang sangat populer karena  tampan dan juga kepintaran harus kalah dari Arga. Yah, dia memang keren. Kalau diurutkan dia cowok terkeren nomor 2. Kalau menurut Pram tempat itu harusnya miliknya. Apalagi sikap Arga yang kelewat angkuh beda dengan dia yang selalu ramah. Nah, sudah ketahuankan siapa yang populer. Pram juga lebih tampan.

Kenapa dia segitu sensi dengan Arga? Usut punya usut Raya cewek paling cantik ternyata lebih terbius Arga dari pada Pram. Inilah masalahnya. Dia pun melakukan berbagai cara agar Raya tak bisa jadian dengan Arga. Bagaimanapun. Dan hasilnya sukses. Tapi kesuksesan itu malah membuat Pram lebih sengsara. Lho, kok bisa.

Selain keempat cerpen di atas. Semua juga memiliki kisah yang asyik dinikmati. Memberi kejutan-kejutan manis juga asam yang tak terkira. Lembut tapi menusuk. Menusuk tapi bisa membuat senyum terukir. Aneh deh rasanya.

Kalaupun ada sih, beberapa cerpen yang mudah ditebak. Tetap tak mengurangi keasyikan menikmati kumcer ini. Tetap ada nilai lebih.

Paslah buat dibaca sambil santai. Meringankan otak setelah kegiatan sehari-hari. Karena ini termasuk bacaaan ringan. J

Srobyong, 18 April 2015


No comments:

Post a Comment