Oleh : Kazuhana El Ratna Mida
Dingin menggigil menusuk serpihan hati
Berserak kepingan sakit menggerogoti
Aku berjalan mencoba menapaki
Anyir menyengat hidung ini
Kutatap lama jejalan sepi malam ini
Angin berhembus bulu kudu berdiri
Bayang kematian yang menyelimuti
tertusuk pisau belati
Sayatan tajam mengoyak paksa hingga terjungkal
Dilahap mangsa tak mampu melawan
Di jalan kenangan memilukan
Sesosok mayat mati tak terawat di makan belalang
Aku menangis menahan pilu
Melihat kekejaman bengis tersedu
Ingin menolong, tangan ini kosong
Tak mampu menyenggol apalagi mendorong
Aku terdiam hanya menatap nanar
Tubuh tergeletak dengan tak lagi bernyawa
Dipotongpotong layaknya danging siap di masak saja
Aku pasrah
Tak mampu berbuat apa
Karena jiwa hanya bisa menatap
Tanpa mampu membawa raga
Yang di sana di jalan kenangan
Itu aku yang dibunuh sadis tak berperasaan
Srobyong, 26 Desember 2014
Berserak kepingan sakit menggerogoti
Aku berjalan mencoba menapaki
Anyir menyengat hidung ini
Kutatap lama jejalan sepi malam ini
Angin berhembus bulu kudu berdiri
Bayang kematian yang menyelimuti
tertusuk pisau belati
Sayatan tajam mengoyak paksa hingga terjungkal
Dilahap mangsa tak mampu melawan
Di jalan kenangan memilukan
Sesosok mayat mati tak terawat di makan belalang
Aku menangis menahan pilu
Melihat kekejaman bengis tersedu
Ingin menolong, tangan ini kosong
Tak mampu menyenggol apalagi mendorong
Aku terdiam hanya menatap nanar
Tubuh tergeletak dengan tak lagi bernyawa
Dipotongpotong layaknya danging siap di masak saja
Aku pasrah
Tak mampu berbuat apa
Karena jiwa hanya bisa menatap
Tanpa mampu membawa raga
Yang di sana di jalan kenangan
Itu aku yang dibunuh sadis tak berperasaan
Srobyong, 26 Desember 2014
No comments:
Post a Comment