SIFAT-SIFAT JIWA
Jiwa
yang Allah titipkan pada kita memiliki banyak sifat yang harus kita ketahui,
karena banyak sifat dari jiwa itu yang kadang berlawanan dengan sifat-sifat
baik yang ada. Karena pada dasarnya sifat jiwa itu sering berubah-ubah dengan
cepat, kadang menjadi pencerah diri, juga kadang bisa menjadi racun dan gelap
sehingga menjerumuskan sang pemilik hati. Disini akan dibahas sedikit dari
banyaknya sifat-sifat jiwa sebagai bahan renungan kita semua.
A.
Berubah-Ubah
Allah
berfirman dalam surat As-Syams ayat 7-10 yang artinya:
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya.”(As-Syams :7-10)
Ketahuilah
kiranya, bahwa hati itu seolah-olah menjadi tujuan yang selalu mendapat bahaya
dari semua penjuru. Maka apabila sesuatu menimpa kepada hati, yang membekas
padanya, niscaya menimpa kepadanya dari segi lain sesuatu yang berlawanan
dengan yang tadi.
Jiwa
adalah bagian dari hati yang mempengaruhi satu sama lain atau saling berkaitan.
Baik jiwa ataupun hati memiliki sifat berubah-ubah atau bolak-balik.
Sebagaimana firman Allah
dalam surat Al-An’am ayat 110
110.
dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka
belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan
mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.( Al-An’am: 110)
Sabda Nabi saw:
يَامُقَلِّبَ الْقُلُبْ ثَبِتْ قَلْبِي عَلَى
دِنِيْكَ.
Wahai Yang membolak balikkan hati!
Tetapkanlah hatiku pada AgamaMu.
Nabi saw bersabda : “ Hati itu seperti bulu
ayam pada tanah sahara, dibolak-baikkan oleh angin, muka belakang.[14]
Semua perbolak-balikan ini dan segala keajaiban
perbuatan Allah Ta’ala pada membolak-balikannya, dimana ma’rifah tidak mendapat
petunjuk kepadanya, maka ia tidak diketahui, selain oleh orang-orang yang
bermuraqabah dan menjaga keadaannya serta Allah Ta’ala.
Sifat jiwa yang berubah-ubah pada dasarnya sudah
ditetapak oleh Allah yang memberikan dua jalan atau pilihan yaitu untuk
melakukan kebaikan atau keburukan. Sebagaimana firman Allah dalam surat
Al-balad yang artinya:
“ Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.”[15]
Dua jalan yang dimaksud di sini adalah jalan kebaikan
dan jalan kejahatan.
Jiwa yang tersembunyi di dalamnya bebagai bentuk
persiapan. Risalah-risalah, arahan-arahan dan factor-faktor eksternal
membangkitkan persiapan-persiapan dan menajamkannya serta mengarahkannya ke
sini atau ke sana. Namun, ia tidak menciptakan suatu ciptaan, karena jiwa
adalah ciptaan yang fitrah, ciptaan berbentuk alami, dan diberi ilham secara
tersembunyi dari Sang Pencipta.
Karena itu, bohong jika ada kedustaan yang mengatakan
mereka tidak bisa melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan. Manusia telah
diberi hak untuk memilih antara yang baik dan buruk.
B. Tenang
Allah swt berfirman, dalam surat al-Fajr 27-30 ;
27. Hai jiwa yang tenang.
28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya.
29. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,
30. masuklah ke dalam syurga-Ku.
Imam
al-Qurtubi berkata, “ Jiwa yang tenang adalah yang tenang dan yakin, yakin
bahwa Allah Tuhannya dan tunduk untuk itu.”[16]
Ibnu Abbas berkata, “ Yaitu tenang dengan
pahala-pahala dari Allah.”
Hasan al-Bashri berkata, “ Sesungguhnya Allah swt.Jika
menghendaki menarik roh hambaNya yang mukmin, jiwanya tenang menuju Nya, dan
tenang kepada jiwanya.”
Sayyid Quthb mengatakan tentang jiwa ini, “Tenang
dalam kenahagiaan dan kesengsaraan, dalam keluasan dan kesempitan, dalam nikmat
dan dalam ketidaadaan nikmat. Tenang, maka tidak ragu; tenang, maka tidak
menyeleweng; tenang, maka tidak akan tersesat di jalan; dan tenang, maka tidak
akan kebingungan di hari penuh keguncangan dan menakutkan (hari kiamat).[17]
Ketika manusia dalam masalah, dalam musibah, merasa
ragu, takut, ataupun lalai, mereka tetap tenang dan tegar seperti batu karang,
rasa tenang yang dimilikinya membuatnya menjadi seorang yang selalu kuat dan
tegar dalam segala situasi.
C. Menyesali
“Tiadalah Allah mengetahui suatu penyesalan dari seorang hamba atas
perbuatan dosanya kecuali Allah mengampuni sebelum ia meminta ampun
(kepadaNya.)” (HR. Hakim melalui Aisyah r.a)[18]
Allah berfirman al-Qiyamah ayat 2
Dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri)
Maksudnya: bila
ia berbuat kebaikan ia juga menyesal kenapa ia tidak berbuat lebih banyak,
apalagi kalau ia berbuat kejahatan.
Berkata
Qurrah bin Khalid, dari Hasan al-Bashri mengenai kandungan ayat ini, “ Sesungguhnya
seorang muslim, demi Allah, kami tidak melihat, kecuali menyesali jiwanya. Aku
tidak menginginkan denha makananmu. Aku tidak menginginkandengan pembicaraan
jiwaku.
Imam
Mujahid menyifati jiwa ini, “Ia adalah
yang mengecam dan menyesal apa yang telah lalu, maka jiwanya menyesal dengan
keburukan yang telah dilakukannya, dan atas kebaikannya,kenapa tidak banyak
dilakukan.”[19]
Asy-Syahid
Sayyid Quthb rahimahullah berkata, “jiwa yang menyesal (lawwamah) yang bangkit,
siaga, takut, siap menghadapi musuh-musuh dari nafsu syahwat yang
mengintropeksi jiwanya, dan melihat sekelilingnya, sehingga tampak jelas
hakikat hawa nafsunya, dan berhati-hati akan kelicikan jiwanya, ialah jiwa
mulia yang mengikuti Allah. Sehingga, sampai mengingatkannya berbuat untuk hari
kiamat.[20]
D.
Menyuruh
Kepada Kejahatan
Sifat
ini disebutkan Allah dalam Al-Qur’an
ketika menuturkan perkataan istri seorang menteri, Zulaikha.
“
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu
selalu menyeluruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesunguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Yusuf: 53)
Yaitu,
“ Aku tidak menganggap suci jiwaku, dan tidak menganggap bersih dari perbuatan
keji, karena manusia cenderung kepada nafsu dan syahwat.”[21]
Jiwa
memang cenderung kepada syahwat, maka dari itu diperlukan pendidikan jiwa agar
bisa memanaje jiwa itu sendiri menjadikan jiwa yang buruk menjadi jiwa yang
baik.
E.
Membisikkan
Untuk Melakukan Perbuatan Baik Atau Buruk
Mengetahui
rekayasa setan, tampak dengan jelas bagi anda dengan cara mengetahui bisikan
hati dan pembagiaannya. Mengenai pembagian bisikan hati, ketahuilah bahwa
lintasan bisikan hati mempunyai pengaruh dalam hati seorang hamba dan
membangkitkan untuk melakukan atau meninggalkan perbuatan, semua dating dari
Allah karean Allah pencipta segalanya. Kalau dirinci, bisikan hati terbagi
menjadi empat macam yaitu:[22]
v Bisikan hati yang datang dari Allah sebagai sebagai bisikan awal,
maka disebutlah Al-Khatir (pengusik).
v Lintasan hati yang sesuai kareakteristik manusia yang disebut
dengan an-Nafs (Jiwa).
v Bisikan hati yang datang dari ajakan setan disebut dengan waswas.
v Bisikan hati yang dating dari Allah yang disebut Ilham.
Pahamilah,
bisikan yang datang dari Allah, pada awalnya berupa kebaikan, kemuliaan dan
dukungan argumentasi. Tetapi, kadang-kadang berupa keburukan atau ujian.
Lintasan
yang datang dari pemberian ilham tidak akan terjadi, kecuali mengandung amal
baik, karena ia pemberi nasihat dan petunjuk. Sedangkan yang dating dari setan,
tidak dating kecuali dengan kejahatan.
F.
Menghiasi
Perbuatan Buruk
Menghiasi
atau mempercantik, maksudnya adalah jiwa menghiasi pemiliknya untuk melakukan
kesalahan. Dan perhiasan diletakkan pada sesuatu sampai berubah dari gambaran
sebenarnya, sehingga diterima oleh jiwa.[23]
Allah berfirman:
Berkata Musa: "Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) Hai
Samiri? "Samiri menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak
mengetahuinya, Maka aku ambil segenggam dari jejak rasul,lalu aku melemparkannya,
dan Demikianlah nafsuku membujukku". (Thaahaa:95-96)
Kata
at-taswiil (memandang baik perbuatan buruk) tersebut dalam surat yusuf,
tepatnya pada perkataan Ya’qub as.
Ya'qub berkata: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang
baik perbuatan (yang buruk) itu; Maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku).(
Yusuf:18)
Begitu pula Ya’qub mengatakan hal yang sama ketika
Yusuf menetapkan saudara kecilnya, Bunyamin, bersamanya, tidak ikut pulang
bersama saudara-saudara yang lain.
Menunggu Bab 3
No comments:
Post a Comment