Saturday 7 May 2016

[Review] Pentingnya Memiliki Harapan





Judul               : Hope, Terapi Terindah
Penulis             : Indri Listya R
Editor              : Dekik Yassir
Penerbit           : AE, Publishing
Cetakan           : Pertama,  Agustus 2015
Halaman          : viii + 164 hlm
ISBN               : 978-602-1189-59-7

Jika sesuatu yang buruk menghampiri, mengingat Allah adalah yang terbaik untuk menghindarinya. (hal. 149)

Mengingat Allah memang akan membuat hati menjadi tenang.  Dan salah satu agar selalu mengingat Allah adalah dengan melafalkan ayat-ayat-Nya. Al-Quran bisa dikatakan sebagai obat paling mujarab dari berbagai macam obat di dunia juga sebagai sarana berdoa.  Dan harapan adalah sebuah jalan menuju perbaikan. Karena dengan memiliki harapan orang akan terus berjuang untuk mencoba menggapainya. Keduanya adalah dua hal yang harus saling dipadukan agar bisa mewujudkan impian. Namun, bagaimana jika seseorang itu tak memiliki harapan bahkan putus asa hingga memilih jalan salah?

Novel ini menceritakan tentang Claris. Dia mungkin tercukupi dalam urusan materi, tapi untuk kasih sayang, gadis itu merasa ditelantarkan. Ayah dan ibunya terlalu sibuk dengan bisnis keluarga.  Padahal bagi Claris yang terpenting itu bukan masalah materi yang dia dapat tapi mereka bisa berkumpul.

Lalu suatu hari dia bertemu Darrel, sosok yang memiliki nasib sama yang kemudian membuat mereka dekat.  Dari kedekatan itulah kemudian mereka menjalin hubungan. Semula tentu saja semua baik-baik saja. dari Darrel,  Claris merasa mendapat perhatian yang selama ini dicarinya. Dia tidak peduli pada nasihat temannya—Tara, kalau Darrel tidak sebaik perkirannya. (hal.  28)

Tapi siapa sangka, kecurigaan Tara benar, tapi semua telah terlambat. Rasa cinta Claris yang terlampau tinggi telah membuat logikanya tidak berjalan baik. Dia tetap memilih bersama Darrel. Mengikuti segala tindakan yang dilakukan kekasinya itu—mengkonsumis narkoba. Toh, Claris mengakui dengan meminum obat laknat itu dia jadi bisa merasakan kebahagian meski hanya sesaat.
Tapi sepandai-pandainya tupai melompat, akan jatuh juga. Begitupun dengan Claris. Selama ini dia memang menyembunyikan kenyatan bahwa dia menjadi pecandu. Ayah dan ibunya melihat dirinya sedang sakau. (hal.  67) Mereka memaksa Claris untuk masuk rehabilitasi.

Meski berat Claris terus mencoba bertahan demi sebuah harapan yang dipupuknya. Kembali seperti dulu dan berkumpul dengan keluarga. Tapi harapan itu tinggalah harapan ketika sebuah kenyataan yang tidak pernah terduga malah menamparnya. Tapi apakah dia harus kembali hilang harapan?

Mereka mulai sadar, atas kecintaannya pada harta, telah  menjerumuskan cinta yang seharusnya ada. Mengubah yang seharusnya hangat  menjadi dingin. Yang seharusnya terang menjadi kelam. (hal. 67)

Novel ini sangat sarat makna. Diceritakan dengan gaya bahasa yang ringan dan renyah. Sebuah novel yang mengingatkan tentang pentingnya memiliki harapan. Dan betapa pentingnya keluarga sebagai madrasah pertama. Bahwa sebuah kasih sayang itu tidak hanya diukur dengan materi tapi kasih sayang itu sendiri.  

Ada juga bagian tentang spiritual yang membuat kita memahami konsep bahwa hanya pada Allah-lah kita harus bersandar.  Betapa kekuatan iman itu selalu diperlukan agar terhindar dari jalan yang tidak diridhai.

Ingatlah kepada Allah
Dalam keadaan senang atau pun susah
Dalam keadaan sehat atau sesakit apa pun
Allah pasti memberikan yang terbaik. (hal. 125)

Dan kelebihan lainnya adalah tentang masalah ending yang cukup mengehentak. Pada awalnya memang ada bagian yang bisa ditebak, tapi pada babak akhir, ternyata ....

Hanya saja sebagaimana yang diturukan penulisnya masih banyak kesalahan kepenulisan di sini. Tapi lepas dari itu sebagai buku perdana, novel ini segar untuk dinikmati.

Srobyong, 7 Mei 2016


2 comments:

  1. waawwww seeprtinya menarik, di lihat dari reviewnya aja menarik. pengen baca keseluruhan bukunya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah terima kasih sudah berkan mampir dan membaca review ini. Jika tertarik bisa pesan pada penulisnya ^_^

      Delete