Saturday 8 October 2016

[Resensi] Petualangan, Perjuangan dan Persahabatan

Judul               : Matahari 
Penulis             : Tere Liye
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Terbit Pertama : Juli, 2016
Cetakan           : Kedua, Agustus 2016
Halaman          : 400 hlm
ISBN               : 978-602-03-3211-6

Hidup adalah petulangan. Semua orang memiliki petualangan masing-masing, maka jadilah seorang petualang yang melakukan hal terbaik. (hal. 362)

Novel Matahari masih berkutat dengan kisah petualangan tiga sahabat—Raib, Ali dan Seli. Pada  buku sebelumnya—Bumi dan Bulan, Raib diceritakan memiliki kekuatan Klan Bulan. Raib bisa menghilang. Bahkan dijelaskan bahwa Raib masih keturunan putri di Klan Bulan. Sedang Seli adalah anak yang memiliki darah Klan Matahari. Seli bisa mengeluarkan petir. Dan Ali, sebagai makhluk paling rendah—Klan Bumi, bisa berubah menjadi beruang raksasa.
Pada seri sebelumnya, Raib, Ali dan Seli sudah berpetualang ke Klan Bulan[1] dan Klan Matahari.[2] Maka pada seri ini, mereka ingin melanjutkan petualangan ke Klan Bintang. Sebuah Klan  yang sampai saat ini belum diketahui keberadaannya dengan pasti. Bahkan ada yang beranggapan Klan Bintang hanyalah sebuah mitos dan tidak pernah ada.

Ali berusaha membujuk Raib agar mau membuka portal menuju Klan Bintang melalui buku kehidupan yang dimiliki.

“Kita bisa ke sana, Ra! Bayangkan! Kita bisa ke klan paling jauh, bagian dari dunia paralel misterius.  Ayolah, Ra, sedikit sekali yang pernah pergi ke Klan Bintang. Bahkan Av tidak tahu-menahu di mana lokasi klan tersebut. Buku-buku di perpustakaannya juga tidak pernah menulis tentang klan yang seolah hilang itu.” (hal. 33)

Namun dengan keras pula, Raib menolak ajakan Ali yang menurutnya gila. Mereka tidak tahu bahaya apa yang akan menunggu mereka di Klan Bintang. Apalagi Av melarang Raib menggunakan buku matematika itu untuk membuka portal apa pun.

Pada awalnya Ali tidak bisa berkutik dengan penolakan itu. Tapi beberapa bulan kemudian, Ali yang jenius itu, bermodal hadiah dari Av—sebuah soft copy seluruh  buku di perpustkaan Klan Bulan, telah berhasil mengira-ngira di mana letak Klan Bintang berada. Ali akhirnya menemukan satu buku yang pernah menyinggung tentang lorong-lorong, dua ribu tahun silam, saat pertempuraan si Tanpa Mahkota dengan saudara tirinya.
Ali berasumsi bahwa Klan Bintang itu bukan berada  di atas awan. Tapi sebaliknya, klan itu justru berada di bawah—di perut bumi. (hal. 69)   Seli antara percaya tidak percaya. Lagi pula di sana sudah pasti ada magma yang sangat panas.  Tapi lagi-lagi berhasil menjelaskan kemungkinan yang tidak pernah terpikirkan oleh Raib dan Seli.

“Itu tidak masalah bagi teknologi Klan Bintang yang memang paling maju dari klan lain. Lagipula, jika mereka mengeduk kedalaman tiga ribu kilometer misalnya. Itu tetap masih jauh dengan inti bumi, masih tiga ribu kilometer lagi. Menurut perhitunganku, penduduk Klan Bintang awalnya pernah tinggal di permukaan, mungkin pendudukanya campuran dari tiga klan sekaligus. Kemudian entah dengan alasan apa, mereka pindah ke dalam sana, membentuk peradaban baru. Mereka membuat lubang menuju perut bumi.” (hal. 70-71)

Selain menemukan jalan menuju ke Klan Bintang, ternyata Ali juga berhasil membuat sebuah kapsul yang diberi nama ILY[3] yang memiki kekuatan gabungan antara kekuatan Klan Bulan dan  Klan Matahari.  Ada alasan tersendiri kenapa Ali menamakan kapsul itu dengan nama sahabat barunya itu.

Pada akhirnya Raib dan Seli  setuju dengan ajakan Ali,  untuk berpetualang ke Klan Bintang. Mereka berangkat setelah ujian semester akhir—tepat pada masa liburan.  Pada awal perjalanan, baik, Raib, Seli dan Ali nampak menikmati petualangan baru yang mengasyikkan itu.  Mereka melewati pengunungan berselimut kabut, melintasi sungai besar di dataran tinggi lalu melewati lembah perkebunan luas dengan beberapa perkampungan permai  di tengah-tengahnya. (hal. 111)

Namun tentu saja tidak ada yang namanya perjalanan mulus. Di tengah perjalanan, saat mereka berusaha menghancurkan sebuah lorong, ular besar menghadang mereka. Ular itu sangat gesit dalam berkelit. Membuat Seli dan Raib cukup kelelahan.  Tak hanya ular, mereka juga harus menghadapi  kelelawar yang besarnya hampir menyerupai  seekor sapi. Mereka dalam keadan terdesak. (hal. 157)
Beruntung, mereka akhirnya bisa sampai di tempat yang dituju—Klan Bintang. Di sana mereka disambut ramah oleh Faar—salah satu penduduk Klan Bintang yang masih keturunan Klan Bulan.  Tapi ternyata tidak dengan Dewan Kota Zaramaraz—dewan tertinggi di Klan Bintang. Mereka memiliki pendapat berbeda dengan kedatangan tiga sahabat itu. Mereka menganggap Raib, Seli dan Ali yang memiliki kekuatan adalah orang yang berbahaya dan harus diringkus—mereka menjadi buronan. (hal. 209)  Lalu bagaimana petualangan Raib, Seli dan Ali di sana? Mungkinkah akan  ada bantuan dari Av dan Miss Selena?

Selama ini Tere Liye  dikenal sebagai penulis yang  produktif  dalam menghasilkan karya.  Bisa dibilang, setiap tahun  penulis ini selalu mengeluarkan karya baru. Dan  hampir semua bukunya selalu masuk jajaran buku best seller. Dan pada tahun ini pun Tere Liye  hadir menyapa penggemarnya dengan dua buku terbaru yang sama-sama diterbitkan di Gramedia Pustaka Utama. Hujan  yang terbit 28 Januari 2016.  Dan berselang beberapa bulan, Tere Liye kembali hadir dengan novel  Matahari—seri ketiga dari serial ‘Bumi’ pada 25 Juli 2016.  Pantaslah jika kemudian,  Tere Liye mendapat penghargaan sebagai Writer of The Year 2016 pada  acara Indonesia International Book Fair (IIBF) oleh IKAPI—Ikatan Penerbit Indonesia.

Berbeda dari buku-buku sebelumnya, kali ini Tere Liye mengambil genre science fiction dengan sentuhan fantasi juga. Sebuah genre yang bisa dibilang memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi daripada genre yang lain.  Karena sudah pasti penulis harus melakukan riset yang mendalam dalam berbagai hal. Tapi pada kenyataannya Bumi disambut hangat di pasar Indonesia. Karya-karyanya itu memberi warna pada literasi di Indonesia dan menunjukkan kepiawaian penulis dalam menulis berbagai genre.

Kelebihan pada novel ini adalah kisah dikemas dengan gaya bahasa santai dan renyah. Penokohan di garap dengan baik dan kuat. Sehingga ketika membaca novel ini, pembaca seolah bisa merasakan apa yang dirasakan tokoh tersebut. Seperti Ali yang sangat jenius dan  Raib yang judes dan selalu tidak percaya dengan Ali.  Juga kekonyolan Seli yang sangat menggemari drama Korea. 

Selain itu adalah tentang setting juga digarap dengan sangat teliti, hingga tidak terkesan tempelan saja. Setting yang baik akan membuat pembaca seperti berada di lokasi kejadian. Dan saya merasakan itu dalam setiap perjalanan yang dilakukan tiga sahabat itu. Lalu percakapan antara tokoh yang semakin menghidupkan kisah petualangan Raib, Ali dan Seli. Ditambah memakai alur maju mundur yang juga memiliki kekuatan tersendiri untuk memancing rasa penasaran pembaca untuk menyelesaikan membaca novel ini.  Pemilihan pov satu dari tokoh Raib juga turut membantu keseruan cerita.

Meski pada awalnya, saya pikir pov akan berganti pada setiap seri. Yaitu pov Raib pada novel Bumi, pov Seli di novel Bulan dan pov Ali di novel Matahari. Tapi ternyata saya salah. Penulis tetap konsisten memakai pov satu dari tokoh Raib  pada setiap novel. Dan ini menarik.

Membaca buku ini seperti diajak berpetualangan ke dunia paralel. Mengasyikkan dan mendebarkan. Kita juga diajak memaknai arti persahabatan.  Di mana sahabat itu harus  saling memahami dan membantu dalam segala situasi.  Lalu mengajarkan akan perlunya berjuang dalam segala situasi. 

Saya pikir, adanya novel ini mengokohkan Tere Liye sebagai penulis multilatenta dengan berbagai genre yang selama ini digarapnya.  

Dan kelemahannya saya rasa berada pada  masalah plot. Di mana plot sudah bisa dibaca sejak awal, karena memiliki pola yang mirip dengan seri sebelumnya.  Serta masih ditemukan beberapa kesalahan kepenulisan di sini. Beberapa kesalahan tulis yang saya temukan.

*Aku tersentum tpis Aku tersenyum tipis. (hal. 79)
*Anak itu pastil genius sekali = Anak itu pasti genius sekali. (hal. 105)
*Tapi sudah menjad tugasku = Tapi sudah menjadi tugasku. (hal. 239)
*Seandinya pun gagal = Seandainya pun gagal. (hal. 363)
*Getaran itu melewati tubuku = Getaran itu melewati tubuhku. (hal. 367) 

Satu hal lagi bagi saya yang merasa kurang seru sejak membaca seri ini dari awal adalah tentang bahasa dari Klan Bulan, Klan Matahari dan Klan Bintang. Alangkah lebih baik jika penulis menjelaskan lebih detail akan bahasa itu dan tidak terasa memakai bahasa Indonesia.  Sebenarnya pada halaman 170 pada novel ini, ada sedikit disinggung tentang bahasa Klan Bulan yang patah-patah diucapkan Faar ketika menyapa Raib. Namun bahasa itu masih tetap terlihat seperti bahasa Indonesia.  Mungkin jika di seri selanjutnya soal bahasa khusus setiap Klan bisa dibuat biar lebih hidup.  Sebagaimana dalam Lord of The Ring—ada bahasa khusus elf. Misalnya saja.

Namun begitu, secara keseluruhan  novel ini  keren dan tetap asyik buat dinikmati.  Memiliki sisi kejutan di akhir cerita dan itu memberi kepuasan tersendiri setelah membaca. Bagi yang suka genre science fiction, fantasi,  novel ini sangat direkomendasikan untuk dibaca. Apalagi ditambah bumbu persahabatan dan serta tambahan ilmu pengetahuan alam lewat si jenius Ali.  Di antaranya :
“Lapisan-lapisan bumi secara sederhana dibagi menjadi tiga. Paling atas disebut dengan lithosphere atau crust, dalamnya 100 kilometer. Lapisan kedua disebut mantle. Tebalnya hingga 2.900 kilometer.  Mantle adalah bagian terpenting yang menentukan masa depan permukan bumi. Lapisan ketiga atau terakhir disebut inti bumi, yang dibagi menjadi dua, outer core dan inner core.” (hal. 124-125)

“Kebanyakan ular merasakan getaran udara melalui organ yang disebut membran typhani. Ular akan mendeteksi segala sesuatu yang ada di sekitarnya dengan menggunakan lidahnya yang bercabang. Itulah sebabnya mengapa ular sering menjulurkan lidah. Sebab lidah tersebut digunakan untuk menghimpun informasi melalui partikel udara.” (hal.142)

“Ubur-ubur abadi tidak pernah mati. Ditemukan di laut Mediterana dan perairan Jepang, ubur-ubur ini bisa bertansformasi, mengubah sel-selnya dari usia dewasa kembali menjadi bayi.” (hal. 185)

Tidak ketinggalan pada novel ini, terdapat  quote inspiratif yang bisa dipetik pelajaran. Misalnya. “Setiap klan memiliki keistimewaan masing-masing.” (hal. 194)  seolah mengajarkan  agar setiap orang itu saling menghargai antara klan yang ada.

Lalu “Selalu ada jalan keluar sepanjang kita terus berpikir positif.” (hal. 338) dari quote ini kita bisa belajar  agar selalu berpikir positif,  selalu semangat dalam berjuang tidak mudah menyerah.

~*~

Hasil ini tentu saja sangat mengejutkan, bagi saya. Karena  saya sadar sekali dalam lomba ini sudah pasti akan banyak saingan. Hai ini Tere Liye! Ini yang mengadakan Gramedia! Tapi pada akhirnya  tetap nekat ikutan. Dan omo ... ternyata Allah punya rencana indah buat saya.  





[1] Bisa dibaca di buku “Bumi.”
[2] Bisa dibaca di buku “Bulan.”
[3] Terinspirasi dari nama sahabat ketika berpetualang di Klan Matahari. Bisa dibaca di buku “Bulan”

22 comments:

  1. Untuk seri yang ini saya sama sekali belum tertarik membaca. Soalnya aneh saja. Saya sudah nyaman dengan genre drama yang biasa Bang Tere buat di buku-bukunya. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kembali ke masalah selera Mas, kalau menurut aku. Tapi keberanian Tere Liye menulis novel genre ini cukup membuktikan dia penulis yang multitalen. :)

      Delete
  2. Nice, mbak. (Y) Lengkap banget resensinya. Detail. Walau belum baca, jadi punya gambaran deh tentang keseruan petualang para tokohnya. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Mbak Leli. Ayo dang diburu dan baca novelnya. ^_^

      Delete
  3. selamat atas kemenangannya. Resensinya keren :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih :) Dan selamat juga buat kemenangan kamu ya ^_^

      Delete
    2. hehe iya sama-sama. :)
      Btw udah dihubungi sama panitianya?

      Delete
    3. Sampai sekarang, belum dihubungi Yohananada

      Delete
    4. berarti sama, aku kira cuma aku yang belum dihubungi. Terimakasih infonya :)

      Delete
    5. punten, klo sudah dikabari panitia tolong kabar2in juga yak
      * udah gak sabar mau make vouchernya soale, hehehe

      Delete
    6. Yup, insya Allah nanti aku kabari, kalau kebetulan dapat kabar ^_^

      Delete
  4. Mba Ratna... Tahu ga, setelah baca resensi mba Ratna saya jadi kepengin beli dan baca novelnya. Padahal sebelumnya, waktu utek utek gramed, baca sinopsisnya aja males.. ga mudeng soalnya. Belom pernah baca genre ini.. keren mba Ratna...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Monggo diburu Ari, semoga suka. Dan terima kasih sudah mampir ke blog ini :)

      Delete
  5. Saya punya novel ini, tapi belum kelar bacanyaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga bisa kelar secepatnya, Mbak. Dan temukan keseruannya ^_^

      Delete