Judul : Menggapai Bintang
Oleh : Kazuhana El Ratna Mida/Ratna Hana Matsura
Cika
sedang senang saat ini. Pasalnya sekarang dia sedang dekat dengan
Bintang. Dia cowok paling popular di seantaro SMA Budi Utama ini. Semua
bermula dari ketidak sengajaan yang membuat mereka bertemu dan menjadi
akrab seperti sekarang ini.
Hari jumaat lalu ketika Cika
dan Yasmin—kakaknya sedang asik memilih novel dan manga terbaru, dia
bertemu dengan Bintang kakak kelasnya di sekolahnya itu. Siapa sangka
mereka ternyata memilki hobi yang sama yaitu doyan membaca manga. Jadi
sejak hari itu, mereka berikrar menjadi teman. Cika senang bukan
kepalang. Bagaimana tidak, dulu untuk berbicara dengan Bintang saja
rasanya sulit. Dia selalu beriringan dengan teman-temannya yang super
duper elit. Cika tahu diri, siapa dirinya yang hanya seorang siswa di
Budi Utama karena beasiswa. Jadi dia sedikit minder jika berteman
dengan para elit pemilik yayasan ini. Meski Cika tahu dia bukan orang
sombong yang membanggakan harta orang tuanya.
“Senang
bertemu denganmu Cik, lain kali kita mengobrol lagi.” Bintang berlalu
meninggalkan Cika yang masih terbengong itu. Bintang cowok yang selalu
dia idolakan. Ini seperti mimpi.
Dengan perasaan
berbunga-bunga Cika pulang. Dia sudah tidak sabar menuangkan segala
rasa yang ada di dada pada buku diarynya tercinta. Yasmin hanya
tersenyum melihat tingkah adiknya.
Dear Diary, Aku senang
sekali hari ini bisa bertemu dengan Kak Bintang. Cowok yang selalu aku
banggakan. Yang selalu membuat jantung berdetak dikala melihat
senyumnya yang menawan. (Jumat, 28 Agustus 2014)
~*~
Sekolah
geger ketika melihat Cika datang ke sekolah bareng dengan Bintang.
Semua mata tertuju padanya. Dia sekarang bak cinderela.
“Kenapa Cika bisa bareng Bintang?” kasak-kusuk itu terus terngiang.
“Paling Bintang kasihan jadi diajak sekalian,” salah satu siswa menebak asal.
Padahal kenyataanya adalah Bintang hari ini memang sengaja menjemput Cika untuk diajak sekolah bersama.
Di
kelas Cika langsung di serbu teman-temannya. Semua menodong ingin
mendengar cerita dari Cika. Untunglah bel masuk kelas berbunyi, jadi dia
selamat dari teman-temannya yang masih ingin mengorek informasi.
“Cik, aku penasaran deh,” ucap Mita teman sebangku Cika dan juga sahabatnya.
“Nanti aku ceritakan.” Cika berjanji pada sahabatnya itu.
Namun, belum sempat Cika untuk bercerita pada Mita di waktu istirahat, Bintang muncul dan memanggil Cika.
“Cik, ke kantin yuk.” Tanpa menunggu persetujuan Cika, Bintang langsung meraih tangan Cika untuk diajak ke kantin.
Sekarang semua cewek semakin cemburu dengan Cika. Bintang selalu membuat sensasi dengan siapa pun yang ada di dekatnya.
“Wah, aku jadi terkenal gara-gara dekat dengan Kak Bintang,” ucap Cika jujur.
“Benarkah? Bukankah dulu kamu memang sudah terkenal?” Bintang menatap Cika.
“Terkenal
apa Kak? Ngaco deh, Kak Bintang tuh yang terkenal. Jago basket banyak
penggemar pintar di pelajaran pula,” Cika menjelaskan semuanya.
“Hahha, masak sih? Kok aku nggak merasa ya?” Bintang cuek.
“Aku
pikir kamu terkenal Cik, dengan segala prestasi belajar dan kompetensi
yang kau ikuti, kau juga selalu mempersembahkan juara untuk sekolah.
Kau sudah pintar sejak dari SMP kan, hingga kau bisa mendapat beasiswa
di sini untuk melanjutkan SMA,” ucapan Bintang mengangetkan Cika. Dari
mana dia tahu semua prestasinya.
“Lho Kak Bintang kok tahu,” Cika bingung.
“Ada
deh, pokoknya aku salut sama kamu, coba aku ini satu kelas dengan
kamu, pasti aku kalah telak tidak bisa mengalahkanmu.” Bintang
terkekeh. Cika hanya tersipu malu.
“Wah, ini ya yang namanya Cika.” Tiba-tiba, teman-temannya Bintang ikut bergabung dengan meja mereka.
“Manis juga.” Mereka tertawa renyah. Membuat Cika sedikit salah tingkah.
“Tidak usah dipikirkan Cik, mereka memang seperti itu. Suka sekali iseng,” Bintang menjelaskan.
Semakin
hari, Cika dan Bintang semakin dekat. Mereka selalu berangkat bersama
dan pulang bareng dari sekolah. Cika juga selalu meluangkan waktu untuk
menunggu Bintang yang latihan basket di setiap ada jadwalnya.
Mereka sudah seperti lem dan perangko yang tidak terpisahkan.
“Hari ini, kita mau ke mana nih?” Bintang bertanya lembut pada Cika yang ada di sampingnya.
“Ke mana ya?” Cika nampak berpikir, dia memandang langit seolah meminta jawaban.
Tapi, sebelum Cika menentukan pilihan, Bintang malah sudah membawa Cika ke café shop langganan mereka.
Bintang
memesankan menu kesukaan Cik yang sudah dia hafal di luar kepala. Cika
semakin kagum dengan cowok di depannya. Cowok yang selalu perhatian
dan memanjakannya. Entah sampai kapan jalinan pertemanan itu bertahan.
Cika tidak tahu.
Jujur, sebenarnya Cika memiliki rasa
lebih dari sekedar teman pada Bintang. Namun, dia belum berani bilang
pad Bintang. Dia malu. Apakah Bintang juga memiliki rasa yang sama
terhadapnya? Entahlah Cika tidak tahu. Dia berharap kisah mereka bisa
terus beradu.
Cika merebahkan tubuhnya di kasur
kesayanganya. Di carinya buku diary yang selalu menemaninya. Dia
membolak-balik membaca kembali setiap cerita yang dia tuangkan saat
kedekatan dengan Bintang semakin mesrah.
Dear Diary,
Kamu tahu ngak, aku semakin cinta mati dengan Kak Bintang. Aku ingin
dia menjadi milikku seutuhnya. Apa itu mungkin diary? Aku selalu ingin
di dekatnya.
Diary, kenapa ya dia selama ini
baik sekali padaku, selalu memerhatikanku dengan berlebih. Apa dia juga
menyukaiku? Diary ayo ngomong jangan diam saja dong, jawab aku?
(Sabtu, 13 September 2014)
Cika memeluk bukunya
erat, menentramkan rasa yang kini menggerogotinya karena memikirkan
Bintang yang selalu dalam benaknya. Senyumnya, kebaikannya. Sikap
lembutnya, semua membuat Cika makin mabuk kepayang.
Sebagian
orang menganggap mereka pacaran. Kalau pun iya Cika sangat senang.
Tapi, pada kenyataannya mereka itu teman yang terlihat mesrah. Bintang
tidak pernah mengatakan rasa suka pada Cika.
Cika sampai
gemas dibuatnya. Dia juga ingin tahu alasan Bintang yang selalu
memanjakannya,kenapa Bintang selalu berusaha membuat dia senang.
Minggu pagi, Bintang sudah di depan rumah. Cika yang masih kucel kaget dengan kedatangannya.
“Kak Bintang pagi-pagi udah ke sini? Kangen Cika ya?” ucap Cika tersenyum.
Bukannya menjawab Bintang malah mengacak-acak rambut Cika yang tergerai itu.
“Mau
tahu aja, dah mandi sana? Cewek kok jam segini masih kummel, bau!”
Bintang menutup hidungnya. Cika mendelik dan langsung kabur untuk
mandi.
“Rajin sekali,” Jasmine, Kakak perempuan Cika
menimpali. Sambil menunggu Cika, mereka melewatkan waktu dengan obrolan
ringan di teras rumah.
Memicarakan tentang Cika yang tidak ada habisnya.
“Ehem
ehem,” Cika sudah muncul dengan khas bau wangi di sepanjang teras ini.
Dia mendekati Yasmin dan duduk di samping kakaknya.
“Kelihatannya, seru sekali, tawa kalian sampai terdengar tadi,” Cika mengomentari.
“Benarkah?
Sayang?” Yasmin menatap adiknya lembut. Cika mengangguk pasti. Bertiga
kini mereka saling berbagi cerita bersama. Angin menjadi saksi bisu
keakraban yang tercipta itu.
Setelah kepulangan Bintang, diam-diam Cika menangis dalam kesendirian. Dengan menatap diarynya tersayang dan mulai bercerita.
Dear diary,
Aku sungguh bodoh,ketika mengangap Kak Bintang menyukaiku. Mana mungkin
dia suka dengan cewek ingusan sepertiku? Cewek yang seharusnya masih
duduk di bangku kelas 2 SMP masih berusia 13 tahun. Ya, aku memang
sekarang kelas satu SMA, karena ikut kelas acceleration. Tapi tetap
tidak merubah usiaku bukan? Aku masih ingusan di matanya. Kak Bintang
hanya menganggap aku seperti adik kecilnya.
Diary, aku sedih sekali dengan kenyataan pahit ini. Tapi, aku tidak
ingin merusak kebahagiaan dua orang yang kukasihi. Kak Bintang dan Kak
Yasmin yang ternyata baru mengikrarkan jalinan cinta yang tertata rapi
yang tidak Cika ketahui. Aku yang tak peka, padahal selama ini kami
memang selalu bertiga. Tapi aku seolah menyingkirkan keberadaan Kak
Yasmin. Hanya menganggap aku dan Kak Bintang sebagai tokoh utama.
Kak Bintang dekat denganku karena aku adik Kak Yasmin, orang yang dia suka.
Betapa bodoh aku yang tidak menyadari kedekatan mereka selama ini.
tentang Kak Bintang yang tahu segala prestasiku, itu pasti karena cerita
Kak Yasmin yang tahu segalanya tentang aku. Kecuali secuil rasa yang
aku simpan dalam goresan ini. Ah! Cintaku bertepuk sebelah tangan diary.
Diedit tanggal 29 Desember 2014.
Srobyong
No comments:
Post a Comment